Artikel

UNGKAP MISTERI “KELAPARAN” PADA TANAMAN BAGI KETAHANAN PANGAN INDONESIA

Aliman ; Arnia Wahidah ; Dania Kristiana Darma Yohanes ; Dubesly Hutagalung ; Imelda Zahra ; Nadila Nuraenina ; Nurma Wibi Earthany - UNGKAP MISTERI KELAPARAN PADA TANAMAN BAGI KETAHANAN PANGAN INDONESIA
Artikel / Hortikultura / Pertanian

UNGKAP MISTERI “KELAPARAN” PADA TANAMAN BAGI KETAHANAN PANGAN INDONESIA

Kehidupan di bumi sangat bergantung pada pertanian, di mana tanaman memegang peranan utama dalam memelihara rantai makanan global. Sayangnya, dalam beberapa dekade terakhir, kelaparan pada tanaman telah menjadi masalah serius yang mengancam ketahanan pangan dan lingkungan. Meskipun sejumlah studi menunjukkan peningkatan ketahanan pangan di Indonesia pada tahun 2022, namun levelnya masih di bawah tingkat yang dicapai antara tahun 2018 hingga 2022.

Data Global Food Security Index (GFSI) pada tahun 2022 mencatat nilai 60,2, mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya yang sebesar 59,2. Perlu dicatat bahwa dalam dekade terakhir, pencapaian tertinggi GFSI untuk Indonesia tercatat pada tahun 2018.

GFSI menetapkan empat indikator utama untuk mengukur ketahanan pangan suatu negara, yaitu keterjangkauan harga pangan (affordability), ketersediaan pasokan (availability), kualitas nutrisi dan keamanan makanan (quality and safety), serta ketahanan sumber daya alam (natural resources). Salah satu faktor yang memainkan peran penting dalam produksi tanaman adalah kualitas nutrisi. Oleh karena itu, masalah kelaparan pada tanaman memiliki dampak yang signifikan terhadap ketahanan pangan di Indonesia.

Kelaparan pada tanaman memiliki dampak signifikan terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan kelaparan pada tanaman meliputi perubahan iklim, yang dapat meningkatkan suhu global dan mengubah pola cuaca, yang pada gilirannya mengancam tanaman dengan stres panas dan kekurangan air.

Selain itu, kerusakan lingkungan seperti deforestasi, degradasi tanah, dan polusi juga berkontribusi dengan mengurangi lahan yang tersedia untuk pertanian. Hama dan penyakit juga menjadi ancaman, karena serangan hama dan penyakit dapat merusak tanaman dan mengurangi hasil panen. Tidak kalah penting, kekurangan nutrisi juga merupakan faktor yang perlu diperhatikan dalam konteks kelaparan tanaman.

Perlu upaya segera dari pemerintah untuk mengatasi permasalahan ini. Penerapan berbagai solusi menjadi krusial, dengan perkembangan inovasi yang sangat luas menjadi kunci efisiensi dalam mengatasi tantangan ini. Inovasi-inovasi tersebut dapat mencakup berbagai metode dan teknologi yang mendukung ketahanan tanaman terhadap faktor-faktor yang menyebabkan kelaparan. Langkah-langkah proaktif dan inovatif perlu ditempuh untuk menjaga keberlanjutan pertanian dan ketahanan pangan di masa depan.

Menurut informasi yang dilansir oleh Dinas Pertanian pada tahun 2019, pertanian berkelanjutan dapat didefinisikan sebagai suksesnya pengelolaan sumber daya dalam usaha pertanian, dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia yang terus berubah sekaligus menjaga atau meningkatkan kualitas lingkungan dan melestarikan sumber daya alam.

Esensi dari pertanian berkelanjutan sejatinya adalah mencapai keberlanjutan ekonomi, yang dapat diwujudkan melalui penggunaan energi yang lebih efisien, jejak ekologi yang minimal, pengurangan penggunaan barang kemasan, promosi pembelian lokal dengan rantai pasokan pangan yang singkat, pengurangan bahan pangan yang telah diolah secara berlebihan, peningkatan keberadaan kebun komunitas dan kebun rumah, serta berbagai aspek lainnya.

Pertanian berkelanjutan memunculkan beberapa pendekatan, antara lain, pertanian organik, agroforestri, dan pertanian permakultur. Masing-masing pendekatan ini mencerminkan upaya konkret dalam mencapai keberlanjutan dalam konteks ekonomi, lingkungan, dan sosial dalam sektor pertanian.

Kesadaran terhadap pentingnya pertanian berkelanjutan semakin berkembang sebagai respons terhadap tuntutan zaman yang menekankan perlunya harmoni antara produksi pangan, keberlanjutan ekonomi, dan konservasi lingkungan.

Penerapan sistem irigasi modern yang efisien memiliki peran penting dalam mengatasi kekurangan air, khususnya di daerah yang rentan mengalami kekeringan. Menurut informasi yang dilaporkan oleh Kementerian Pertanian Republik Indonesia pada tahun 2022, salah satu jenis irigasi yang telah dikembangkan untuk mendukung pertanian modern adalah irigasi tetes.

Irigasi tetes merupakan sistem irigasi bertekanan rendah yang menonjolkan tingkat penggunaan air yang sangat efisien jika dibandingkan dengan saluran terbuka atau sistem gravitasi. Penerapan irigasi tetes memiliki keunggulan khususnya pada usaha tani di lahan kering yang memiliki ketersediaan air yang terbatas.

Pada sistem ini, pemberian air dilakukan dalam bentuk tetesan, yang secara efektif mengurangi kehilangan air akibat evaporasi. Pendekatan ini tidak hanya efisien dalam penggunaan sumber daya air, tetapi juga dapat meningkatkan produktivitas pertanian di daerah-daerah yang memiliki tantangan air terbatas. Dengan demikian, irigasi tetes menjadi solusi yang relevan dan berpotensi untuk meningkatkan ketahanan pangan di wilayah-wilayah yang menghadapi masalah kekurangan air.

Selain mempertimbangkan pertanian berkelanjutan dan penerapan irigasi yang efisien, diperlukan inovasi berupa pertanian berbasis teknologi informasi (IT) untuk mengukur kondisi tanah, deteksi keberadaan hama, dan analisis kandungan unsur hara pada tanaman. Pemanfaatan teknologi pemantauan yang canggih memiliki potensi besar dalam membantu petani membuat keputusan yang lebih tepat waktu dan akurat dalam merawat tanaman mereka.

Masalah kelaparan pada tanaman menjadi fokus yang harus diatasi secara serius oleh para petani, dan untuk itu, mereka memerlukan akses informasi yang beragam untuk mengatasi tantangan ini. Pengetahuan yang diperlukan oleh petani mencakup informasi praktis tentang teknologi produksi tanaman, serta aspek pasca panen seperti pengolahan, penyimpanan, dan penanganan hasil panen.

Sayangnya, akses terhadap informasi ini masih terbatas karena minimnya pengetahuan yang dimiliki oleh sebagian petani. Oleh karena itu, diperlukan inovasi dalam bentuk pertanian berbasis IT agar dapat mengukur kondisi tanah, mendeteksi keberadaan hama, dan menganalisis kandungan unsur hara.

Dengan demikian, petani dapat segera merespon dan mengatasi permasalahan yang muncul. Penerapan teknologi dalam sektor pertanian bertujuan memberikan peluang kepada petani untuk mengakses informasi yang relevan dan mendukung perkembangan sektor pertanian secara keseluruhan.

Kelaparan pada tanaman merupakan permasalahan yang signifikan yang berdampak pada keberlanjutan pertanian dan ketahanan pangan global. Namun, dengan menerapkan solusi yang tepat, seperti pertanian berkelanjutan, teknologi, dan bioteknologi, kita dapat meningkatkan produktivitas tanaman serta menjamin ketersediaan pangan yang memadai untuk masa depan.

Upaya kolaboratif dari berbagai pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, petani, dan peneliti, menjadi suatu keharusan untuk menghadapi tantangan ini dan membentuk dunia yang lebih berkelanjutan.

Sumber:

  • Pengertian dan Konsep Pertanian Berkelanjutan. (2019). Diakses pada 7 Oktober 2023 dari
    https://distan.bulelengkab.go.id/informasi/detail/artikel/pengertian-dan-konsep-pertanian-berkela
    njutan-22.
  • Mohammad Anugrah, “Pertanian Modern dengan Smart Farming”, Berta Sulteng (2017), diakses
    pada 7 Oktober 2023, https://pertanian.sultengprov.go.id/pertanian-modern.
  • Kementerian Pertanian Republik Indonesia. (2022). Diakses pada 7 Oktober 2023 dari
    https://pustaka.setjen.pertanian.go.id/index-berita/irigasi-tetes-untuk-pertanian-modern.

Tim Penulis: Aliman ; Arnia Wahidah ; Dania Kristiana Darma Yohanes ; Dubesly Hutagalung ; Imelda Zahra ; Nadila Nuraenina | Editor: Nurma Wibi Earthany

Tanya Pakar

powered by Advanced iFrame. Get the Pro version on CodeCanyon.

X