Artikel

TANTANGAN DAN POTENSI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DALAM MELAWAN EMISI

INSECTICIDE
Artikel / Hortikultura / Pertanian

TANTANGAN DAN POTENSI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DALAM MELAWAN EMISI

Apakah Anda tahu bahwa suhu bumi semakin meningkat dari hari ke hari? Fenomena ini disebabkan oleh pemanasan global, yang merupakan peningkatan rata-rata suhu di permukaan bumi akibat akumulasi gas-gas rumah kaca di atmosfer.

Salah satu kontributor utama pemanasan global adalah emisi karbon dioksida (CO2), yang berasal dari pembakaran bahan bakar fosil seperti solar, bensin, LPG, dan lainnya. Penggunaan bahan bakar fosil dalam berbagai sektor, seperti transportasi, pembangkit listrik, dan proses memasak, menjadi penyebab utama emisi karbon.

Menurut Pratama (2019), emisi karbon memiliki keterkaitan erat dengan efek rumah kaca, di mana gas-gas di atmosfer, seperti karbon dioksida, metana (CH4), dan uap air (H2O), menyerap panas matahari yang dipantulkan oleh permukaan bumi. Dalam konteks ini, perkebunan kelapa sawit memainkan peran penting dalam manajemen emisi karbon dioksida global. Meskipun demikian, terdapat perdebatan terkait apakah perkebunan kelapa sawit dapat mengurangi atau justru meningkatkan emisi karbon dioksida dalam lingkungan.

Rata-rata Jumlah Emisi Karbon Dioksida Pada Pagi dan Siang Hari (Foto: Kusumawati et al.)


Grafik di atas mengindikasikan adanya penurunan jumlah emisi karbon dioksida mulai dari tanah kosong hingga tanaman kelapa sawit berumur 28 tahun. Potensi perkebunan kelapa sawit dalam mengurangi emisi karbon dioksida juga tergambar dalam Data Statistik Perkebunan Unggulan Nasional 2020-2022, yang menyatakan bahwa luas lahan kelapa sawit di Indonesia mencapai 14,38 juta hektar. Dengan kapasitas penyerapan karbon dioksida sebesar 64,5 ton per hektar, perkebunan kelapa sawit diestimasi mampu menyerap sekitar 927,5 juta ton CO2 pada tahun 2022.

Di sisi lain, perkebunan kelapa sawit ternyata memiliki potensi untuk meningkatkan emisi gas rumah kaca. Menurut informasi dari Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Ditjen PPI-KLHK), sekitar 94 persen dari emisi gas rumah kaca di Indonesia didominasi oleh gas karbon dioksida. Sebagian besar karbon disimpan di tanah, dan pengelolaan hutan turut berkontribusi terhadap apakah biosfer terestrial menyerap atau mengemisi karbon.

Faktanya, lebih dari 80 persen dari sejarah penggundulan hutan yang berhubungan dengan pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit memberikan dampak signifikan terhadap iklim global. Oleh karena itu, Indonesia telah diakui sebagai pihak yang berkontribusi sebagai penghasil emisi gas rumah kaca terbesar ketiga di dunia.

Sektor kehutanan, sebagai pihak yang menjadi korban deforestasi dan degradasi, berkontribusi pada emisi karbon dioksida sebesar 26,8 megaton dari tahun 2013 hingga 2018, akibat hilangnya tutupan pohon di Indonesia.

Sementara itu, sektor perkebunan menyebabkan emisi sebanyak 1,04 gigaton, dengan kontribusi terbesar berasal dari aktivitas perkebunan kelapa sawit dan operasional konsesi Hak Pengelolaan Hutan (HPH) serta Hak Tanah Hutan (HTI), yang secara langsung menjadi penyebab deforestasi.

Jika kita menyelusuri data lebih lanjut, emisi gas karbon dioksida mencapai puncak tertinggi pada tahun 2016, yaitu sebesar 930,76 megaton. Namun, pada tahun 2018, terjadi penurunan sebanyak 48,46 persen, yang dapat diatribusikan kepada upaya pemerintah dalam menindaklanjuti kebijakan yang bertujuan mengurangi dampak gas rumah kaca secara signifikan.

Perlu dicatat bahwa dampak negatif dari emisi gas ini tidak hanya merusak lapisan ozon, tetapi juga mencemari udara, berpotensi membahayakan keberlangsungan makhluk hidup.

Data Jumlah Emisi Gas Karbon Dioksida di Indonesia Pada Tahun 2013 – 2018 (Foto: databoks)

Pada konteks keseluruhan, dampak perkebunan kelapa sawit terhadap emisi karbon akan ditentukan oleh sejumlah faktor, dan potensinya dapat mengarah baik pada pengurangan maupun peningkatan emisi karbon. Untuk mengurangi dampak negatifnya, penting dalam mengadopsi praktik pertanian yang berkelanjutan, mengurangi perubahan penggunaan lahan yang merusak, dan mempertimbangkan siklus hidup lengkap dari produk kelapa sawit.

Organisasi internasional dan produsen juga semakin menunjukkan komitmen mereka untuk mempromosikan produksi kelapa sawit yang berkelanjutan dengan mempertimbangkan aspek lingkungan dan sosial secara lebih baik.

Sumber:

  • [DITJENBUD] Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian Republik Indonesia. Statistik Perkebunan Unggulan Nasional 2020-2022. Jakarta: Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian Republik Indonesia.
  • Kusumawati SA, Yahya S, Hariyadi, Mulatsih S, Ida NI. 2020. The Dynamic of Carbon Dioxide (CO2) Emission and Land Coverage on Intercropping System on Oil Palm Replanting Area. Journal of Oil Palm Research. 33: 267-277.
  • Pratama R. 2019. Efek rumah kaca terhadap bumi. Buletin Utama Teknik. 14(2): 120–126.
  • Tim Publikasi Databoks. 2019. Sawit Sebagai Salah Satu Pendorong Naiknya Emisi Gas Rumah
    Kaca. URL: https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/11/20/sawit-sebagai-salah-satu-pendorong-naiknya-emisi-gas-rumah-kaca.

Tim Penulis: Marwana Febrianti ; Andreas Ary Chrisna Jati ; Fio Febrian ; Falah Ahmadanu ; Dzacky Nanda Ferdi ; M. Qurtubi Ash Shiddiqi | Editor: Nurma Wibi Earthany

Tanya Pakar

X