Artikel

JERITAN “KELAPARAN” PADA TANAMAN

Aliman ; Arnia Wahidah ; Dania Kristiana Darma Yohanes ; Dubesly Hutagalung ; Imelda Zahra ; Nadila Nuraenina ; Nurma Wibi Earthany - JERITAN KELAPARAN PADA TANAMAN
Artikel / Hama dan Penyakit Tanaman / Pertanian

JERITAN “KELAPARAN” PADA TANAMAN

Kasus kelaparan pada tanaman bukanlah rahasia umum lagi dan seringkali dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Penyakit kelaparan pada tanaman sebenarnya bukan penyakit seperti yang biasanya kita kenal. Istilah “kelaparan” dalam konteks tanaman merujuk pada kondisi di mana tanaman kekurangan nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangannya.

Namun, terkadang manusia tidak menyadari hal tersebut, bahkan menormalisasi keadaan yang terjadi. Secara perlahan, tanaman yang mengalami kelaparan akan mati. Kelaparan tanaman merupakan kondisi di mana tanaman mengalami kekurangan nutrisi yang esensial untuk pertumbuhan dan perkembangannya.

Studi yang dilakukan oleh peneliti dari Institut Teknologi CMR, Anu Jose, dan dipublikasikan dalam Journal of Physics: Conference Series (2021), menyoroti bahwa tanda utama dari kekurangan unsur hara pada tanaman dapat terlihat dari perubahan warna daun, seperti daun yang menguning atau munculnya bercak coklat pada daun dan batang. Gejala-gejala tersebut memiliki dampak signifikan terhadap pertumbuhan tanaman, yang pada akhirnya dapat mengurangi hasil panen. Dampak lainnya termasuk penurunan produksi buah dan bunga.

Beberapa unsur hara yang memainkan peran penting dalam kesehatan tanaman antara lain nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K), magnesium (Mg), kalsium (Ca), dan belerang (S). Kekurangan nitrogen dan belerang dapat menyebabkan daun menguning, sementara kekurangan fosfor dan magnesium dapat menghasilkan bercak pada daun.

Hasil penelitian yang mengejutkan dari peneliti program studi Agroteknologi Sekolah Tinggi Pertanian Kalimantan Timur, Dian Triadiwarman, mengungkapkan pentingnya beberapa unsur hara dalam pertumbuhan tanaman. Nitrogen (N) merupakan unsur hara yang memegang peran krusial dalam pembentukan bagian vegetatif tanaman, seperti daun, batang, dan akar. Fase vegetatif tanaman yang baik akan meningkatkan produksi klorofil pada daun, sehingga luas permukaan daun pun meningkat.

Fosfor (P), sebagai unsur hara lainnya, memiliki peran penting dalam mempercepat pertumbuhan akar semai dan dapat mempercepat pembungaan serta pemasakan umbi tanaman. Sementara itu, kalium (K) berfungsi sebagai aktivator beberapa enzim dalam metabolisme tanaman. Ketiga unsur hara tersebut termasuk dalam kategori unsur hara makro.

Tanaman membutuhkan unsur hara mikro sebagai komponen penyusun jaringan tanaman, berpengaruh pada proses oksidasi dan reduksi, serta memengaruhi proses pemasukan unsur hara. Beberapa unsur hara mikro yang esensial meliputi klor (Cl), zat besi (Fe), mangan (Mn), tembaga (Cu), seng (Zn), boron (B), dan molibdenum (Mo). Peran unsur hara mikro ini sangat penting dalam berbagai aspek pertumbuhan tanaman.

Unsur Fe dan Cu memiliki peran khusus dalam pembentukan klorofil, sementara unsur Mn membantu dalam proses kerja enzim. Unsur Zn berpartisipasi dalam aktivitas enzim auksin yang terlibat dalam pemanjangan sel dan pembentukan ruas batang. Boron (B) berperan dalam pembelahan sel pada tanaman biji, sedangkan unsur Mo membantu mengikat nitrogen dari udara bebas dan mengaktifkan enzim nitrogenase. Dengan demikian, unsur hara mikro memegang peran kunci dalam mendukung pertumbuhan dan fungsi vital tanaman.

Kelaparan pada tanaman dapat disebabkan oleh kekurangan unsur hara dan kurangnya kelembaban dalam tanah. Gejala kelaparan tampak dalam perlambatan pertumbuhan pada berbagai bagian tanaman, termasuk daun, akar, batang, dan buah. Faktor kesuburan tanah terkait erat dengan pH tanah, kelembaban udara, dan tekstur tanah.

Penting untuk menjaga pH tanah dalam kisaran yang tepat karena tanaman membutuhkan kondisi ini agar dapat menyerap nutrisi dengan efisien. Jika pH tanah terlalu asam atau basa, tanaman akan mengalami kesulitan dalam menyerap nutrisi yang dibutuhkan. Oleh karena itu, pemantauan dan pemeliharaan kondisi tanah menjadi kunci dalam mendukung kesehatan dan pertumbuhan optimal tanaman.

Studi yang dilakukan oleh peneliti program studi Agroteknologi Universitas Tribhuwana Tunggadewi, Bambang Siswanto, dan dipublikasikan dalam jurnal Buana Sains (2018), mengungkapkan bahwa ketersediaan unsur hara berhubungan secara langsung dengan aktivitas ion H+ atau pH dalam larutan tanah. Tanah yang bersifat asam umumnya disebabkan oleh kurangnya ketersediaan kation seperti kalsium (Ca), magnesium (Mg), dan kalium (K).

Pertumbuhan tanaman sering kali terpengaruh oleh serangan hama dan penyakit. Hama merupakan jenis organisme pengganggu tanaman yang dapat merusaknya dan menyebabkan kerugian. Beberapa hewan, seperti ulat, kutu daun, belalang, lalat buah, tungau, cacing, dan tikus, dapat menyebabkan kondisi tanaman yang memprihatinkan. Serangan hama dan penyakit ini dapat signifikan mengurangi produktivitas tanaman.

Permasalahan hama dan penyakit pada tanaman dapat diantisipasi dengan menerapkan beberapa langkah perawatan, seperti menggunakan benih bersertifikat, memilih varietas tanaman yang tahan penyakit, menghindari penanaman tanaman sejenis dalam satu area, menyediakan irigasi yang sesuai, serta memberikan pupuk dengan dosis yang tepat.

Selain itu, pertumbuhan gulma perlu dicegah karena dapat menjadi sumber inokulum bagi patogen dan berfungsi sebagai inang alternatif bagi hama dan penyakit. Salah satu alternatif lainnya adalah penggunaan pestisida kimia, namun harus diterapkan dengan bijak untuk menghindari dampak negatif pada tanaman dan lingkungan.

Upaya penanganan lainnya melibatkan identifikasi kekurangan nutrisi pada tanaman, perbaikan melalui pemberian pupuk, baik organik maupun anorganik, serta memperhatikan kondisi lahan tempat tanaman ditanam. Di era teknologi 4.0, pemanfaatan teknologi sensor tanaman dapat menjadi solusi untuk pemantauan yang berkelanjutan terkait kondisi tanaman, termasuk tingkat kelembaban, nutrisi, dan kesehatan tanaman.

Kelaparan nutrisi pada tanaman perlu diatasi karena dapat berdampak negatif pada produksi tanaman. Pencegahan kelaparan nutrisi melibatkan menjaga keseimbangan nutrisi dalam tanah, memantau pH tanah, menerapkan praktik pertanian yang tepat, dan melindungi tanaman dari hama dan penyakit. Perawatan yang cermat akan menciptakan tanaman yang sehat dan produktif.

Sumber:

  • Jose A, Nandagopalan S, Ubalanka V, Viswanath D. 2021. Detection and classification of nutrient deficiencies in plants using machine learning. Journal of Physics: Conference Series. 1850 (1): 1-13. doi:10.1088/1742-6596/1850/1/012050.
  • Triadiawarman D, Aryanto D, Krisbiyantoro J. 2022. Peran unsur hara makro terhadap pertumbuhan dan hasil bawang merah (Allium cepa L.). 21(1): 27-32. ISSN: 2503-4960.
  • Siswanto B. 2018. Sebaran unsur hara N, P, K dan pH dalam tanah. Buana Sains. 18(2): 109-124.

Tim Penulis: Aliman ; Arnia Wahidah ; Dania Kristiana Darma Yohanes ; Dubesly Hutagalung ; Imelda Zahra ; Nadila Nuraenina | Editor: Nurma Wibi Earthany

Tanya Pakar

powered by Advanced iFrame. Get the Pro version on CodeCanyon.

X