Artikel

CARA MENGATASI REBAH SEMAI/ BUSUK BATANG, AKAR & BUAH PHYTOPHTHORA PADA CABAI (BAGIAN 3)

gejala-phytophtora-4
Artikel / Hama dan Penyakit Tanaman / Pertanian

CARA MENGATASI REBAH SEMAI/ BUSUK BATANG, AKAR & BUAH PHYTOPHTHORA PADA CABAI (BAGIAN 3)

Pengendalian penyakit BPB Phytophthora capsici dapat dilakukan secara fisik, mekanis, kultur teknis, serta biologis sebagai pencegahan (strategi preventif). Pengendalian secara kimiawi hanya dilakukan sebagai strategi kuratif yang berarti dilakukan saat gejala sudah muncul. Pengendalian yang dapat dilakukan yaitu:

  • Penggunaan mulsa jerami. Penambahan mulsa jerami memberikan tambahan bahan organik pada tanah yang merupakan sumber energi bagi mikroorganisme yang hidup di dalam tanah. Selain itu, penggunaan mulsa jerami selain dapat mengurangi percikan air dari tanah yang dapat menekan penyebaran penyakit.
Penggunaan mulsa jerami di pertanaamn cabai
Sumber: https://indonesiabertanam.com/2016/09/04/keuntungan-menggunakan-mulsa-jerami-pada-budidaya-cabe-merah/
  • Membersihkan alat-alat pertanian dengan sabun. Alat-alat pertanian yang telah digunakan pada lahan dibersihkan dengan sabun sebelum digunakan kembali untuk mengurangi risiko penyebaran patogen melalui alat-alat pertanian.
  • Drainase yang baik. Pengelolaan drainase yang baik merupakan kunci utama pengendalian penyakit ini. Menghindari tempat yang menjadi genangan air, membuat bedengan berbentuk kubah dan memastikan tidak ada cekungan di tanah sekitar tanaman perlu dilakukan untuk menghindari infeksi penyakit yang tinggi pada lahan.
  • Pemupukan berimbang dan penggunaan pupuk ZA. Pemupukan berpengaruh pada tingkat infeksi penyakit ini. Penambahan dosis nitrogen yang be̵rlebihan dapat meningkatkan insidensi penyakit. Penggunaan pupuk ZA (amonium nitrat) dapat menjadikan pH tanah menjadi masam. Penambahan pupuk ZA terbukti dapat menekan penyakit akibat Phytophthora spp.
  • Sanitasi lahan. Tanaman sakit menjadi sumber inokulum yang dapat meningkatkan insidensi penyakit pada lahan. Sanitasi lahan yang dilakukan dengan mencabut tanaman sakit dapat mencegah penyebaran penyakit yang lebih luas. Tanaman sakit yang dicabut dibuang jauh dari lahan pertanaman atau dibakar untuk menghindari inokulum yang masih virulen.
  • Solarisasi tanah. Suhu tinggi dalam tanah merupakan faktor penting dalam proses solarisasi. Peningkatan suhu tanah karena solarisasi dapat memengaruhi sifat fisik, kimia, maupun biologi patogen, karena umumnya patogen tanah memiliki resistensi yang rendah terhadap panas. Solarisasi tanah pesemaian dilakukan untuk meningkatkan kesehatan tanah dan kebugaran bibit. Selain itu, solarisasi tanah dapat membunuh nematoda dalam tanah yang berasosisasi dengan Phytophthora.
Teknik solarisasi tanah
Sumber: https://www.aces.edu/blog/topics/lawn-garden/soil-solarization-for-control-of-nematodes-soilborne-diseases/
  • Rotasi tanaman. Penanaman bergilir dengan tanaman noninang dapat dilakukan untuk mencegah insidensi penyakit di musim tanam selanjutnya. Menghindari penanaman tanaman famili Solanaceae, Cucurbitaceae, dan Fabaceae yang merupakan inang Phytophthora capsici sangat perlu dilakukan untuk mengurangi jumlah inokulum pada lahan. Tanaman noninang yang dapat digunakan untuk rotasi tanaman antara lain bawang putih, bawang merah, jagung, dan padi.
  • Penggunaan varietas tahan. Varietas cabai yang tahan penyakit BPB Phytophthora dapat digunakan untuk mengurangi tingkat kerugian akibat infeksi penyakit ini. Untuk cabe rawit dapat menggunakan varietas cabai rawit Lokal Lembang dan Midun yang tahan terhadap Phytophthora sp.
  • Aplikasi cendawan Trichoderma spp. di pertanaman. Trichoderma merupakan cendawan endofit yang sering ditemukan pada akar dan daun tanaman. Cendawan ini juga mudah ditemukan pada ekosistem tanah. Trichoderma spp. bersifat avirulen terhadap tanaman inang dan memiliki kemampuan antagonis terhadap cendawan patogen dan dapat mengurangi tingkat infeksi Phytophthora spp. Salah satu spesies yang sering digunakan adalah Trichoderma harzianum. Aplikasi pada lahan dapat dilakukan dengan menaburkan pada bedangan yang setengah jadi dengan dosis 500 kg/ha. Selain itu, aplikasi secukupnya pada lubang tanam juga dapat dilakukan.
Cendawan Trichoderma harzianum
Sumber: US Department of Agriculture, Agricultural Research Service, Systematic Botany and Mycology Laboratory .
  • Aplikasi agents hayati di persemaian. Agents hayati dapat diaplikasikan pada tanah di persemaian untuk menciptakan lingkungan persemaian yang sehat dan menguatkan benih. Agenst hayati dapat berupa cendawan Trichoderma harzianum, ataupun bakteri Pseudomonas fluorescens. Penambahan PGPR dapat dilakukan selain sebagai pupuk hayati juga sebagai metode pengendalian Phytophthora spp. karena umumnya mengandung bakteri antagonis Pseudomonas fluorescens dan Bacillus sp.
  • Pengendalian dengan bahan kimia sintetik dapat dilakukan dengan aplikasi fungisida berbahan aktif alumunium fosetil pada awal musim hujan dan selama musim hujan. Phytophthora capsici umumnya dilakukan dengan mengaplikasikan fungisida sintetik, baik yang bersifat sistemik maupun kontak. Fungisida sistemik yang digunakan umumnya berbahan aktif dimetomorf atau simoksanil, sedangkan fungisida kontak berbahan aktif Mankozeb, Propineb, Klorotalonil, dan Maneb. Fungisida diaplikasikan sesuai petunjuk dengan interval 3 hari sekali. Rotasi fungisida dengan bahan aktif berbeda diperlukan untuk mencegah resistensi dan terbentuknya galur baru patogen tanaman.

Penulis: Niky Elfa Amanatillah | Editor: Exciyona Adistika

Tanya Pakar

powered by Advanced iFrame. Get the Pro version on CodeCanyon.

X