Artikel

REVOLUSI KONSEP ‘AGROECOLOGICAL CROP PROTECTION’ DALAM PENGENDALIAN HAMA TANAMAN

25. Tsamara Nurul Fu’ada - IPB DIGITANI - Tani Nelayan Center IPB University - REVOLUSI KONSEP 'AGROECOLOGICAL CROP PROTECTION' DALAM PENGENDALIAN HAMA TANAMAN - Nurma Wibi Earthany (5)
Artikel / Hama dan Penyakit Tanaman / Pertanian

REVOLUSI KONSEP ‘AGROECOLOGICAL CROP PROTECTION’ DALAM PENGENDALIAN HAMA TANAMAN

Konsep pengendalian hama terpadu (PHT) telah mengalami evaluasi selama 60 tahun dalam dunia pertanian hingga muncul konsep baru yang disebut sebagai Pengendalian Terintegrasi (ACP).

(a) Spesies lalat buah cucurbitaceae; (b) Bactrocera cucurbitae; (c) Dacus ciliates (Foto: inTech)

Konsep ACP, yang dikembangkan oleh Jean-Philippe Deguine, menerapkan penggunaan berbagai tindakan pengendalian yang berbeda dengan memperhatikan kompatibilitasnya dan kebutuhan untuk meminimalkan dampak merugikan pada lingkungan. Pulau Reunion di Perancis dipilih sebagai daerah percontohan untuk uji coba konsep ini, dengan tujuan mendukung penggiat usaha pertanian dalam melestarikan keanekaragaman hayati dalam ekosistem pertanian.

Strategi ACP membantu menjaga keseimbangan bioekologis antara komunitas hewan dan tumbuhan dalam agroekosistem, meningkatkan kesehatan tanah, dan melestarikan keanekaragaman hayati tumbuhan. Dengan mengikuti kebijakan pemerintah setempat, ACP mengutamakan langkah preventif, mempertimbangkan kondisi sosio-ekonomi masyarakat, dan menerapkan tindakan kuratif dengan teknik pengendalian kultur teknis, fisik, dan biologis.

Tiga spesies lalat buah yang menyerang tanaman dari famili cucurbitaceae menjadi fokus dalam pengujian konsep ACP di Pulau Reunion, seperti Bactrocera cucurbitae, Dacus ciliates, dan Dacus demmerezi, yang masing-masing menyerang buah tanaman mentimun, zucchini, dan labu.

Proses reproduksi dimulai dengan imago betina menaruh kelompok telur di permukaan buah, dan larva yang menetas kemudian aktif memakan buah tersebut. Pengujian konsep ini melibatkan beberapa tahap penelitian, termasuk penelitian bioekologi dan teknik agroekologi dalam pengendalian populasi lalat buah.

Pada konteks bioekologi lalat buah cucurbit, atraktivitas tanaman non-inang oleh spesies ini ternyata lebih tinggi pada tanaman jagung, seperti yang ditunjukkan oleh uji preferensi B. cucurbitae dan D. demmerezi terhadap tanaman jagung dan rumput gajah.

Augmentorium (Foto: Deguine)

Ritme sirkadian lalat buah juga diamati pada ketinggian 750 sampai 1.150 meter di atas permukaan laut selama 11 jam, dimulai dari pukul 7 pagi hingga 6 sore. Aktivitas imago betina terutama terjadi pada pertengahan waktu pengujian, dengan lebih banyak waktu dihabiskan di tanaman jagung (non-inang) dibandingkan dengan tanaman cucurbit, karena kunjungannya ke tanaman cucurbit hanya untuk meletakkan telur.

Hasil pengujian agroekologi menunjukkan bahwa teknik pengendalian menggunakan augmentorium sebagai upaya sanitasi dengan jaring berlubang 1,96 milimeter persegi berhasil secara efektif untuk menyekuestrasi lalat dewasa dan mempertahankan populasi parasitoidnya. Desain tanam jagung yang berbeda, seperti corn patch dan corn strip, direkomendasikan sebagai tanaman perangkap di sekitar tanaman cucurbit, dengan tujuan memecah konsentrasi lalat buah sebanyak 95 persen.

Penilaian Project GAMOUR (Foto: Deguine)

Survei kepuasan menunjukkan bahwa 80 persen petani dalam program GAMOUR sangat puas dengan hasil lapangan selama 2,5 tahun. Konsep ACP mendapatkan penghargaan “Trophées de l’Agriculture Durable” dan kesuksesannya menunjukkan bahwa ACP layak menjadi dasar pengendalian hama tanaman pertanian lainnya.

Penulis: Tsamara Nurul Fu’ada | Editor: Nurma Wibi Earthany

Tanya Pakar

powered by Advanced iFrame. Get the Pro version on CodeCanyon.

X