Artikel

POTENSI UNIK BUAH BINTARO: PENGENDALIAN HAMA TIKUS UNTUK PERTANIAN YANG BERKELANJUTAN

Potensi Unik Buah Bintaro Pengendalian Hama Tikus Untuk Pertanian Padi Yang Berkelanjutan - IPB Digitani - Tani dan Nelayan Center IPB University
Artikel / Hama dan Penyakit Tanaman / Pertanian

POTENSI UNIK BUAH BINTARO: PENGENDALIAN HAMA TIKUS UNTUK PERTANIAN YANG BERKELANJUTAN

Pertanian merupakan tulang punggung kehidupan manusia dan merupakan sumber utama makanan di seluruh dunia. Padi menjadi salah satu komoditas hasil pertanian terbesar di Indonesia mencapai 54,6 juta ton, dikutip dari Food and Agriculture Organization (FAO).

Dilansir dari Badan Pusat Statistik (BPS), luas panen padi di Indonesia pada tahun 2022 adalah 10,45 juta hektar. Jumlah tersebut meningkat dari tahun 2021 yaitu sebesar 10,41 juta hektar.

Tikus diidentifikasi sebagai salah satu hama yang paling merusak dalam pertanian. Mereka mampu mengonsumsi biji padi, akar, dan bagian tanaman lainnya. Serangan tikus dapat mengakibatkan penurunan signifikan dalam hasil panen dan menyebabkan kerugian finansial yang serius bagi para petani. Dengan meningkatnya luas lahan pertanian, diperlukan upaya inovatif lebih lanjut untuk mengatasi masalah hama seperti serangan tikus.

Buah bintaro dikenal karena mengandung zat beracun di dalamnya. Masyarakat umumnya menggunakan buah ini sebagai alat pengusir tikus di sekitar rumah mereka.

Namun, kemunculan pengusir hama sintetik yang lebih efisien dan mudah diperoleh telah menyebabkan eksistensi buah bintaro sebagai pengusir tikus terlupakan. Selain itu, kandungan beracun bagi manusia yang terdapat dalam buah ini menambahkan satu lagi alasan mengapa tanaman dengan nama latin Cerbera manghas ini telah terlupakan.

Buah bintaro terbukti mengandung senyawa aktif yang dapat berfungsi sebagai insektisida alami. Sebuah penelitian yang diambil dari Jurnal Akademika Kimia yang dilakukan oleh Ergina, et al. pada tahun 2014 menyebutkan bahwa metabolit sekunder yang umumnya terkandung dalam tanaman meliputi alkaloid, flavonoid, steroid, saponin, terpenoid, dan tanin. Selain itu, buah ini juga mengandung racun cerberin yang mampu menghambat perkembangan hama tikus.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rahim, et al. pada tahun 2020, diketahui bahwa ekstrak buah bintaro efektif dalam mengusir hama tikus sawah di Kecamatan Karanggeneng, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Oleh karena itu, buah bintaro dapat diolah menjadi ekstrak yang berguna untuk mengendalikan populasi tikus pada tanaman padi.

Salah satu keunggulan besar dari menggunakan buah bintaro sebagai pengendali hama tikus adalah bahwa metodenya lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan pestisida kimia. Penggunaan pestisida kimia seringkali berdampak negatif pada ekosistem dan kesehatan manusia, sedangkan buah bintaro adalah solusi alami yang lebih aman.

Selain itu, penerapan biopestisida seperti buah bintaro dapat berkontribusi dalam menghasilkan hasil panen yang lebih aman secara pangan. Hal ini disebabkan karena residu pestisida kimia pada tanaman memiliki potensi mencemari hasil panen.

Buah bintaro tidak hanya bermanfaat sebagai pengendali hama tikus pada tanaman padi, tetapi juga dapat dimanfaatkan sebagai biopestisida pada tanaman melon. Terbukti bahwa ekstrak buah bintaro memiliki efektivitas dalam mengusir serangan ulat pada tanaman buah melon, seperti yang diungkapkan dalam jurnal Agrotechnology Research Journal pada tahun 2017.

Selain itu, menurut penelitian yang termuat dalam Jurnal Sains Terapan yang ditulis oleh Gunadi dkk. (2022), serbuk kering dari buah bintaro juga terbukti efektif dalam menangani hama kutu beras (Sitophilus oryzae L.).

Pada dunia pertanian yang semakin memahami urgensi keberlanjutan dan keberlanjutan lingkungan, penggunaan buah bintaro sebagai solusi pengendalian hama tikus pada tanaman padi menjadi langkah penting dalam mewujudkan pertanian yang lebih berkelanjutan. Dengan memanfaatkan kekayaan alam yang tersedia, kita dapat menciptakan metode pertanian yang lebih aman, seimbang, dan berkelanjutan.

Tim Penulis: Afifatul Millah ; Grandis Mareta Hida ; Hanna Arinda Shafa ; Rizkian Daffa Ilhami ; Sindriana Regita Pramesti ; Tita Amalya | Editor: Nurma Wibi Earthany

Tanya Pakar

X