Artikel

BAGAIMANA PERBANDINGAN DAMPAK LINGKUNGAN ANTARA PESTISIDA KIMIA DAN ALTERNATIF?

Bagaimana Perbandingan Dampak Lingkungan Antara Pestisida Kimia Dan Alternatif Ramah Lingkungan - IPB Digitani - Tani dan Nelayan Center IPB University
Artikel / Hama dan Penyakit Tanaman / Pertanian

BAGAIMANA PERBANDINGAN DAMPAK LINGKUNGAN ANTARA PESTISIDA KIMIA DAN ALTERNATIF?

Penggunaan pestisida kimia dalam upaya melindungi tanaman dari serangan hama, seperti tikus, ulat, walang, dan sebagainya, menimbulkan kekhawatiran akan dampak negatifnya pada lingkungan. Dampak tersebut mencakup pencemaran air dan tanah, ancaman terhadap spesies lain yang bukan hama, serta risiko kesehatan bagi manusia yang mengonsumsi tanaman yang telah diberi pestisida.

Penelitian terbaru yang dipublikasikan dalam jurnal Public Health mengungkapkan bahwa setiap tahunnya, sebanyak 385 juta orang yang bekerja di sektor pertanian mengalami keracunan akut akibat pestisida. Kasus keracunan terbanyak terjadi di Asia dengan sekitar 256 juta kasus, diikuti oleh Afrika dengan 116 juta kasus, dan Amerika Latin dengan sekitar 12,3 juta kasus. Di Eropa, angka keracunan jauh lebih rendah, hanya sekitar 1,6 juta kasus (Boedeker et al., 2020).

Sebuah alternatif yang menarik muncul dalam menanggapi permasalahan ini, yaitu penggunaan biopestisida. Biopestisida merupakan solusi inovatif yang memiliki potensi besar untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan, sambil tetap efektif dalam melindungi tanaman dari serangan hama.

Biopestisida, sebagaimana dijelaskan dalam Jurnal Biotropika tahun 2015, adalah jenis pestisida alami yang terbuat dari tanaman dan dapat mengendalikan populasi hama secara spesifik. Penggunaan biopestisida menawarkan alternatif yang lebih ramah lingkungan dan menimbulkan risiko yang lebih sedikit terhadap organisme non-target.

Biopestisida terdegradasi lebih cepat serta mengurangi risiko terakumulasinya residu dalam tanah dan air bila dilihat dari sudut pandang lingkungan. Sebaliknya, pestisida kimia dapat mengganggu ekosistem lingkungan dengan membunuh tidak hanya hama tetapi juga serangga, burung, dan hewan lain yang memiliki peran penting.

Penggunaan pestisida kimia yang berlebihan dapat mengakibatkan hama menjadi resisten terhadap pestisida tersebut. Bahan kimia dalam pestisida mampu bertahan di lingkungan, menimbulkan dampak kerusakan jangka panjang terhadap kualitas tanah dan air.

Penelitian yang dilakukan oleh Sanjaya dan Dibiyantoro dalam Jurnal HPT Tropika tahun 2012 menemukan bahwa tanaman cabai yang menggunakan biopestisida menunjukkan keragaman serangga yang lebih tinggi daripada tanaman cabai yang menggunakan pestisida kimia. Temuan ini membuktikan bahwa biopestisida memang lebih bersahabat dengan ekosistem lingkungan.

Penting untuk mempertimbangkan alternatif penggunaan pestisida kimia yang dapat merusak ekosistem dalam upaya melindungi tanaman dari serangan hama dan menjaga lingkungan serta kesehatan manusia. Dampak negatif pestisida kimia, seperti pencemaran air dan tanah, kerusakan pada spesies non-target, serta risiko kesehatan manusia yang mengonsumsi hasil tanaman yang terpapar pestisida, telah menjadi perhatian serius.

Namun, dengan munculnya biopestisida sebagai alternatif yang menarik, terbuka peluang untuk mengatasi permasalahan ini. Biopestisida, yang berasal dari bahan alami seperti tanaman, memiliki potensi besar dalam melindungi tanaman dari hama secara efektif sambil menjaga kelestarian lingkungan.

Penggunaan biopestisida dapat mengurangi risiko terakumulasinya residu dalam tanah dan air, serta menghindarkan pembantaian serangga dan organisme non-target oleh pestisida kimia.

Langkah-langkah berikut dapat dilakukan dalam menghadapi tantangan lingkungan dan kesehatan yang diakibatkan oleh penggunaan pestisida, sekaligus untuk menjaga keseimbangan ekosistem, dapat diterapkan. Pertama, menerapkan sistem pengelolaan hama terpadu yang mengkombinasikan berbagai metode, termasuk penggunaan biopestisida dan pestisida sintetis yang terbatas, untuk meminimalisir kerusakan lingkungan.

Kedua, meningkatkan kesadaran para petani dan masyarakat umum melalui edukasi tentang keuntungan dan kerugian dari semua jenis pestisida, sehingga mereka dapat memilih dengan bijak. Terakhir, melakukan inovasi dalam pengembangan biopestisida dan praktik pertanian berkelanjutan yang lebih efektif dan ramah lingkungan.

Oleh karena itu, dapat diharapkan bahwa langkah-langkah ini akan memberikan kontribusi positif dalam menciptakan sistem pengendalian hama yang berkelanjutan dan mendukung keberlanjutan ekosistem.

Tim Penulis: Afifatul Millah ; Grandis Mareta Hida ; Hanna Arinda Shafa ; Rizkian Daffa Ilhami ; Sindriana Regita Pramesti ; Tita Amalya | Editor: Nurma Wibi Earthany

Tanya Pakar

X