Artikel

IMPLEMENTASI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DALAM MENGATASI CLIMATE CHANGE

INSECTICIDE
Artikel / Hortikultura / Pertanian

IMPLEMENTASI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DALAM MENGATASI CLIMATE CHANGE


Perubahan iklim, atau yang dikenal sebagai climate change, merujuk pada perubahan pola dan intensitas unsur iklim yang terjadi dalam rentang waktu yang sangat panjang. Proses ini mencakup dampak signifikan pada suhu, curah hujan, dan angin yang berlangsung selama periode yang cukup lama, dapat mencakup satu dekade atau lebih.

Perubahan iklim dapat disebabkan oleh aktivitas manusia yang mengubah komposisi atmosfer secara global dan variasi iklim alamiah yang teramati dalam jangka waktu tertentu. Menurut IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change), sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 disebabkan oleh peningkatan emisi gas rumah kaca yang dihasilkan oleh manusia.

Dampak perubahan iklim melibatkan peningkatan permukaan air laut, peningkatan frekuensi bencana alam, pergeseran geografis, dan kerusakan ekosistem. Dampak ini turut dirasakan oleh manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroorganisme.

Menurut Mubekti (2014), sekitar 20 persen dari emisi karbon dioksida dan gas rumah kaca lain yang menyebabkan perubahan iklim berasal dari perubahan penggunaan lahan di daerah tropis. IPCC pada tahun 2018 juga mengungkapkan bahwa konsentrasi emisi gas rumah kaca di atmosfer bumi telah mengalami peningkatan sejak periode pra-industri (1800-an) hingga saat ini. NASA (Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat) juga mencatat bahwa tingkat konsentrasi karbon dioksida di atmosfer bumi pada Mei 2022 mencapai 417,6 ppmv (parts per million by volume).

Perkebunan kelapa sawit menawarkan potensi solusi untuk mengatasi dampak perubahan iklim. Beberapa inovasi dan solusi implementasi dalam rencana perkebunan kelapa sawit dapat mendukung upaya mitigasi climate change:

  1. Biosequestration: Perkebunan kelapa sawit dapat berperan dalam menyerap emisi karbon dari atmosfer bumi melalui mekanisme biosequestration. Karbon yang diserap oleh perkebunan kelapa sawit dapat disimpan dalam biomassa, baik pada bagian tanaman kelapa sawit itu sendiri (above-ground biomass) maupun pada sistem perakaran di bawah tanah (underground biomass).
  2. Konservasi Hutan: Konservasi hutan di sekitar perkebunan kelapa sawit menjadi langkah penting untuk menunjukkan kontribusi industri sawit dalam mengurangi dampak perubahan iklim. Pembukaan lahan gambut untuk perkebunan kelapa sawit dapat menyebabkan degradasi lahan (kerusakan lahan), yang dapat berakibat penurunan produktivitas. Pembakaran lahan saat deforestasi juga dapat meningkatkan emisi karbon, yang berkontribusi pada peningkatan intensitas efek rumah kaca di atmosfer.
  3. Implementasi Kultur Teknis: Praktik manajemen konservasi tanah dan air melalui implementasi kultur teknis pada perkebunan kelapa sawit rakyat dapat membantu menghadapi dampak perubahan iklim.
  4. Sertifikasi ISPO: Skema sertifikasi Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) dapat membantu melindungi hak asasi bagi mereka yang terdampak oleh perkebunan kelapa sawit, termasuk aspek lingkungan dan perubahan iklim. ISPO juga mendukung keterlacakan dan pemeriksaan menyeluruh terhadap hak asasi manusia dan dampak lingkungan dari produksi minyak kelapa sawit dan produk turunannya.

Dengan menerapkan inovasi dan solusi yang telah dijelaskan di atas, perkebunan kelapa sawit dapat berperan dalam mengurangi dampak perubahan iklim dan mendukung upaya mitigasi perubahan iklim secara global.

Tim Penulis: Marwana Febrianti ; Andreas Ary Chrisna Jati ; Fio Febrian ; Falah Ahmadanu ; Dzacky Nanda Ferdi ; M. Qurtubi Ash Shiddiqi | Editor: Nurma Wibi Earthany

Tanya Pakar

X