Artikel

CARA PENULARAN DAN PEMICU PERKEMBANGAN VIRUS KENTANG Y (PVY) PADA TANAMAN CABAI (BAGIAN 2)

chili-gea89dbac7_1920
Artikel / Hama dan Penyakit Tanaman / Pertanian

CARA PENULARAN DAN PEMICU PERKEMBANGAN VIRUS KENTANG Y (PVY) PADA TANAMAN CABAI (BAGIAN 2)

Virus Kentang Y atau PVY pada tanaman cabai secara alami ditularkan oleh vektor kutu daun. Terdapat setidaknya 20 spesies kutu daun yang dapat menjadi vektor virus ini, antara lain Aphis fabae, A. gossypii, A. nasturtii, A. spiraecola, Myzus cerasi, M. certus, M. ornatus, dan M. persicae. Kutu daun yang sering ditemui di pertanaman cabai adalah Myzus persicae dan Aphis gossypii. Kutu daun Myzus persicae merupakan spesies kutu daun yang paling efesien menularkan virus PVY.

Selain ditularkan dan disebarkan oleh kutu daun, virus ini juga dapat ditularkan melalui perbanyakan vegetatif (penyambungan). Pada percobaan laboratorium, virus ini diketahui dapat ditularkan secara mekanis. Inokulum virus dapat berasal dari tanaman inang lain yang berada di dalam atau di sekitar pertanaman. PVY memiliki kisaran inang yang cukup luas, virus ini memiliki setidaknya 495 spesies tanaman inang dari 31 famili berbeda.

Foto: commons.wikimedia.org

Inang utama PVY adalah tanaman dari Famili Solanaceae, seperti kentang, cabai, tomat, terung, tembakau. Tanaman dari famili selain Solanaceae yang dapat menjadi inang virus ini antara lain, Gomphrena globosa, Chenopodium amaranticolor, C. quinoa, dan Taraxacum officinale. Gulma yang dapat menjadi inang virus ini antara lain dandelion (Taraxacum officinale) dan ciplukan (Physalis spp.). Adanya tanaman inang lain di pertanaman cabai mempermudah penyebaran virus ini.

Penyakit akibat infeksi PVY cepat berkembang pada kondisi curah hujan rendah dan cuaca cenderung panas. Insidensi penyakit banyak terjadi pada musim kemarau, baik di pembibitan maupun pertanaman. Populasi kutu daun yang tinggi menyebabkan intensitas penyakit juga tinggi. Beberapa teknik budi daya yang memengaruhi dan menjadi pemicu perkembangan penyakit, antara lain:

  1. Penggunaan benih tidak sehat. Benih yang tidak sehat atau mutu benih yang kurang menyebabkan tanaman yang dihasilkan memiliki pertumbuhan yang lemah. Tanaman yang lemah lebih rentan terserang hama dan penyakit.
  2. Kurangnya pengelolaan intensif saat pembibitan. Pengelolaan yang kurang intensif saat pembibitan menyebabkan tanaman terinfeksi sejak bibit. Bibit yang sakit akan menjadi sumbervirus di pertanaman.
  3. Kurangnya sanitasi gulma. Gulma dapat menjadi inang alternatif PVY, seperti gulma dandelion (Taraxacum officinale) dan ciplukan (Physalis spp.). Tingginya populasi gulma dapat menyebabkan sumber inokulum virus semakin banyak sehingga intensitas penyakit di pertanaman semakin tinggi.
  4. Waktu tanam yang tidak serempak. Waktu tanam yang tidak serempak menimbulkan populasi kutu daun selalu tinggi karena tanaman inang selalu tersedia.
  5. Tanaman kekurangan air dan unsur hara. Tanaman yang tumbuh dengan kondisi kekurangan air dan hara menyebabkan pertumbuhan yang tidak maksimal dan vigor tanaman terlihat lemah. Tanaman yang lemah lebih rentan terhadap hama dan penyakit.

Penulis: Widodo, Hermanu Triwidodo, dan Niky Elfa Amanatillah | Editor: Exciyona Adistika

Tanya Pakar

powered by Advanced iFrame. Get the Pro version on CodeCanyon.

X