Artikel

BAGAIMANA MENGATASI PENYAKIT BULAI PADA JAGUNG?

7. Hermanu Triwidodo - Tani dan Nelayan Center IPB University - IPB Digitani
Artikel Konsultasi / Pertanian

BAGAIMANA MENGATASI PENYAKIT BULAI PADA JAGUNG?

Pertanyaan:

Jagung hibrida varietas Bonanza yang saya tanam sudah berumur 45 hari. Saya menanam jagung secara tumpangsari dengan tanaman paria setelah sebelumnya lahan ditanami tanaman timun. Saya memberikan pupuk kandang sebanyak 200 gram per tanaman satu minggu sebelum tanam. Namun, sekarang tanaman jagung saya mengalami banyak serangan penyakit bulai. Saya telah mencoba beberapa upaya pengendalian, seperti mencabut tanaman yang terkena penyakit bulai 3 minggu setelah tanam, membersihkan lahan sebelum tanam, dan membersihkan gulma secara manual serta melakukan pembubunan. Namun, penyakit bulai masih menyerang tanaman saya dengan intensitas yang tinggi. Apa yang sebaiknya saya lakukan untuk mengatasi masalah ini?

(Sujino P.)

Jawaban:

Halo, Sobat Tani.

Terima kasih telah bertanya kepada Pakar IPB University.

Gejala khas penyakit bulai pada tanaman jagung meliputi daun yang menguning secara memanjang sepanjang tulang daun, pertumbuhan tanaman yang terhambat, dan adanya lapisan tepung putih di bawah permukaan daun pada pagi hari.

Penyakit ini dapat menular dari tanaman yang sudah terinfeksi ke tanaman sehat, baik melalui sumber inokulum maupun benih yang terinfeksi.

Penyakit bulai biasanya menyebar melalui percikan air dan bantuan angin. Patogen penyebabnya, P. maydis, utamanya menginfeksi jagung, namun juga dapat menyerang tanaman tebu liar dan sorgum liar sebagai inang alternatif yang masih dalam famili Poaceae.

Strategi pengendalian yang dapat dilakukan yaitu:

  1. Penggunaan Benih Sehat: Menggunakan benih yang sehat dan berkualitas karena penyakit bulai dapat ditularkan melalui benih yang terinfeksi.
  2. Perlakuan Benih: Perlakuan dengan fungisida yang mengandung metalaksil pada benih jagung dengan dosis 2 gram per kilogram benih dapat menjadi pilihan strategi pengendalian kimiawi.
  3. Penghindaran: Hindari menanam di area yang telah terjangkit penyakit.
  4. Perlakuan dengan PGPR: Gunakan perlakuan PGPR untuk meningkatkan ketahanan tanaman terhadap penyakit.
  5. Eradikasi: Buang dan bakar tanaman atau bagian yang terkena penyakit untuk mengurangi sumber penyebaran penyakit di pertanaman.
  6. Penggunaan Varietas Tahan: Pilih varietas yang tahan terhadap penyakit, seperti P36 dan Bisi 222.
  7. Rotasi Tanaman: Gantilah tanaman dengan tanaman non-inang seperti kacang tanah, kedelai, atau ubi jalar.
  8. Penanaman Serempak: Tanamlah secara serempak dalam satu area pertanaman.
  9. Perlakuan Fungisida Nabati: Penyemprotan ekstrak bawang putih, ekstrak mimba, dan ekstrak kompos dapat digunakan. Campuran ekstrak bawang putih dapat dibuat dengan langkah-langkah tertentu.
  10. Penggunaan Fungisida Sintetis: Aplikasi fungisida berbahan aktif tembaga dapat dilakukan, namun perlu dilakukan rotasi fungisida dan penggunaan campuran bahan aktif yang berbeda untuk mencegah resistensi dan perkembangan strain baru dari patogen.

Selain itu, untuk mencegah penyakit ini, kita bisa melakukan praktik budidaya tanaman sehat seperti memberi pupuk secara seimbang, memperbaiki sistem drainase, dan menjaga jarak tanam yang tepat. Pembersihan lahan yang sudah dilakukan sebaiknya diteruskan dan dilakukan secara teratur sebagai langkah pengendalian yang efektif.

Selamat mencoba.

Dijawab oleh Prof. Dr. Ir. Hermanu Triwidodo, M.Sc. | Editor: Niky Elfa Amanatillah

Tanya Pakar

powered by Advanced iFrame. Get the Pro version on CodeCanyon.

X