Artikel

TANTANGAN PENGGUNAAN PUPUK MAKRO UREA TERHADAP HASIL PERTANIAN BERKELANJUTAN

Tantangan Penggunaan Pupuk Makro Urea Terhadap Hasil Pertanian Berkelanjutan - IPB Digitani - Tani dan Nelayan Center IPB University - Pertanian Indonesia
Artikel / Hortikultura / Pertanian

TANTANGAN PENGGUNAAN PUPUK MAKRO UREA TERHADAP HASIL PERTANIAN BERKELANJUTAN

Pertanian memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan berbangsa di banyak negara, termasuk Indonesia, karena memiliki dampak yang luas pada berbagai aspek kehidupan masyarakat dan ekonomi nasional. Sebagai sumber utama produksi pangan seperti beras, gandum, sayuran, umbi-umbian, dan buah-buahan, pertanian memainkan peran kunci dalam pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat akan makanan.

Pertanian bukan hanya menjadi salah satu sektor ekonomi utama di banyak negara, tetapi juga memiliki dampak besar pada lingkungan. Praktik pertanian yang berkelanjutan dapat membantu melindungi lingkungan alam dengan menjaga keanekaragaman hayati dan mencegah erosi tanah.

Sebagaimana dikutip dari Republika.co.id, PT Pupuk Indonesia (Persero) menyebutkan bahwa salah satu tantangan utama dalam sektor pertanian saat ini adalah penggunaan pupuk yang boros oleh petani. Pemborosan pemupukan tidak hanya berdampak pada kerusakan lingkungan, tetapi juga pada Produktivitas Domestik Bruto (PDB) nasional dan pendapatan petani.

Efektivitas dan efisiensi penggunaan pupuk menjadi salah satu dari empat isu besar yang dihadapi industri pupuk nasional ke depan, bersama dengan pertanian presisi, pengembangan pupuk hayati, dan keberlanjutan industri. Pemborosan penggunaan pupuk kimia dapat memberikan dampak negatif yang signifikan terhadap lingkungan.

Perlu adanya langkah-langkah untuk mengatasi masalah ini demi menjaga keberlanjutan sektor pertanian dan perlindungan lingkungan. Beberapa kasus penggunaan pupuk berlebihan mendorong munculnya emisi gas rumah kaca yang merusak lingkungan.

Pertanian modern telah menjadi bagian integral dari upaya manusia dalam memenuhi kebutuhan pangan yang terus meningkat. Dalam upaya ini, penggunaan pupuk makro seperti urea, Triple Super Phosphate (TSP), dan Kalium Klorida (KCl) telah menjadi langkah penting untuk meningkatkan hasil pertanian.

Namun, penting untuk menyadari bahwa penggunaan berlebihan atau tidak tepat dari pupuk ini dapat memiliki dampak negatif yang serius pada lingkungan dan kesehatan manusia. Salah satu dampak negatif yang nyata adalah pencemaran air dan tanah.

Pemakaian berlebihan pupuk makro dapat menyebabkan sisa-sisa nutrisi mencapai sumber air tanah dan permukaan, mengakibatkan eutrofikasi (proses perkembangbiakan tumbuhan air secara cepat karena memperoleh zat makanan yang berlimpah akibat pemupukan yang berlebihan), yang dapat mengakibatkan ekosistem perairan terganggu. Selain itu, penggunaan yang tidak tepat juga dapat mengurangi keanekaragaman hayati di lingkungan pertanian dan merusak mikroba tanah yang penting untuk keseimbangan ekosistem.

Produksi dan penggunaan pupuk makro juga dapat menyebabkan emisi gas rumah kaca seperti nitrogen oksida (N2O), yang berperan dalam perubahan iklim. Oleh karena itu, perlu adanya pengelolaan yang bijak dalam penggunaan pupuk untuk menjaga keseimbangan antara peningkatan hasil pertanian dan perlindungan lingkungan.

Berdasarkan data Asosiasi Produsen Pupuk Indonesia (APPI), sepanjang tahun 2018, konsumsi urea tumbuh sebesar 5 persen, meningkat dari 5,97 juta ton pada tahun 2017 menjadi 6,27 juta ton, sementara konsumsi NPK naik sebanyak 7,88 persen, dari 2,60 juta ton menjadi 2,80 juta ton.

Solusi pengurangan penggunaan pupuk urea dapat dilakukan dengan menggunakan pupuk organik dan pupuk pestisida hayati. “Pupuk organik dapat membantu memperbaiki seluruh sifat tanah, sedangkan pupuk kimia hanya memperbaiki sebagian dari sifat tanah,” ujar salah satu Dosen Pertanian Fakultas Pertanian IPB University, Prof. Dr. Ir. Iswandi Anas Chaniago, M.Sc., dalam keterangan resmi yang diterima oleh Bisnis.com, Selasa (12/4/2016).

Dikutip dari berbagai sumber, Mantan Menteri Pertanian RI, Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) mengatakan bahwa alternatif pupuk organik secara berimbang menjadi langkah penting untuk menghasilkan padi yang berkualitas.

Kementan telah menyiapkan sejumlah langkah untuk mendorong petani agar mau menggunakan pupuk organik. Pertama, memperkuat edukasi dan pelatihan. Kedua, membuat manajemen sistem yang akan menjadi acuan petani dalam penggunaan pupuk organik. Ketiga, mengubah pola pikir para pelaku pertanian untuk beradaptasi dengan kondisi yang ada.

Beberapa dampak negatif dari penggunaan pupuk makro, khususnya pupuk urea, adalah bahwa pupuk ini tidak boleh dicampur, karena dapat membentuk gumpalan-gumpalan yang mengakibatkan salah satu kandungan hara tidak dapat diserap oleh tanaman secara maksimal, bahkan bisa meracuni tanaman. Penggunaan pupuk kimia secara terus-menerus dapat membuat tanah mengeras dan kehilangan porositasnya.

Adapun cara penggunaan pupuk perlu diperhatikan, antara lain, sebelum mengaplikasikan pupuk, kita perlu mengetahui jenis dan dosisnya agar pupuk yang digunakan tepat sasaran dan tidak terbuang sia-sia. Masing-masing jenis pupuk memiliki karakter dan sifat yang berbeda, sehingga sebaiknya tidak dicampurkan secara sembarangan.

Pupuk makro sebaiknya digunakan sesuai dengan dosis yang dianjurkan dan tidak berlebihan. Selain itu, pupuk makro sebaiknya digunakan secara bergantian dengan pupuk organik untuk menjaga keseimbangan tanah.

Pengurangan dampak negatif tersebut perlu mempraktikkan penggunaan pupuk secara bijaksana. Hal ini mencakup pemahaman dosis yang tepat dan metode aplikasi yang sesuai, rotasi tanaman untuk menjaga keseimbangan nutrisi, pemantauan secara berkala terhadap kualitas tanah, dan pemanfaatan pupuk organik seperti kompos dan pupuk hijau. Dengan cara ini, kita dapat menjaga keseimbangan antara peningkatan hasil pertanian dan pelestarian lingkungan.

Penggunaan pupuk urea seminimal mungkin dihindari dengan beralih menggunakan pupuk organik, seperti kompos dan pupuk hijau. Pupuk organik dapat membantu memperbaiki seluruh sifat tanah, sedangkan pupuk kimia hanya memperbaiki sebagian dari sifat tanah.

Tim Penulis: Anita Maharani Albarkah ; Muchammad Aldy Ramadhani ; Shalsabila Siti Zahra ; Suci Noviantika ; Virda Dwi Oktaviani | Editor: Nurma Wibi Earthany

Tanya Pakar

powered by Advanced iFrame. Get the Pro version on CodeCanyon.

X