Artikel

STRATEGI PENGENDALIAN LALAT BUAH MELON

STRATEGI PENGENDALIAN LALAT BUAH MELON UNTUK HASIL PANEN OPTIMAL - Tani Nelayan Center IPB University - IPB Digitani
Artikel / Hama dan Penyakit Tanaman / Pertanian

STRATEGI PENGENDALIAN LALAT BUAH MELON

Lalat buah melon (Bactrocera cucurbitae) merupakan salah satu hama yang sering menyerang tanaman melon dan menyebabkan kerusakan yang signifikan. Serangan oleh lalat ini dapat mengakibatkan penurunan kualitas dan kuantitas hasil panen, serta menyebabkan kerugian ekonomi bagi para petani.

Lalat buah melon biasanya memilih untuk bertelur di buah-buahan yang masih muda dan lunak, sehingga merusak buah sebelum mencapai kematangan penuh. Serangan lalat buah melon dapat diminimalkan dengan metode pengelolaan yang tepat, sehingga memberikan perlindungan yang lebih baik terhadap tanaman melon dan hasil panen yang optimal bagi petani.

Identifikasi Gejala Serangan Lalat Buah Melon

Serangan lalat buah melon bisa mengakibatkan kerusakan pada kualitas, jumlah, dan nilai jual buah-buahan. Buah yang terserang cenderung lebih kecil dan ringan dibandingkan dengan buah yang sehat.

Lalat betina biasanya lebih suka bertelur di buah-buahan yang masih muda, hijau, dan lunak. Mereka akan kawin dan meletakkan telur beberapa milimeter di bawah kulit buah menggunakan ovipositor tajam mereka, seringkali meninggalkan bekas tusukan yang bisa terlihat.

Bakteri dan jamur bisa masuk melalui bekas tusukan tersebut, menyebabkan buah menjadi rusak, gugur, bocor, dan berbau tidak sedap saat dipotong. Larva yang menetas di dalam buah akan mengonsumsi nutrisi seperti karbohidrat, protein, dan air, serta membuat terowongan di dalam daging buah yang menyebabkan pembusukan.

Buah yang terkena larva bisa berubah warna menjadi kuning, busuk, berlubang, gugur, dan tidak layak untuk dikonsumsi.

Teknik Pengendalian Serangan Lalat Buah Melon

Ada beberapa strategi pengendalian yang dapat diterapkan untuk mengurangi kerusakan yang disebabkan oleh lalat buah pada tanaman melon. Strategi-strategi ini dikutip dari Hasyim, dkk (2020).

  1. Melakukan pembungkusan pada buah yang masih muda hingga hampir matang untuk mencegah lalat betina meletakkan telur. Meskipun efektif, metode ini kurang praktis untuk kebun dengan luas yang besar dan pohon yang tinggi.
  2. Menggunakan perangkap mekanik dengan atraktan seperti metil eugenol atau cue lure untuk menangkap lalat jantan. Perangkap ini terdiri dari botol dengan kapas yang direndam atraktan dan dua corong berlawanan yang digunakan untuk menangkap lalat.
  3. Melakukan sanitasi kebun dengan mengumpulkan dan memusnahkan buah yang jatuh, gugur, atau busuk yang kemudian dibakar atau ditanam dengan membuat lubang berukuran 1 x 0,5 meter atau 1 x 1 meter. Hal ini dilakukan untuk mengganggu atau memutus daur hidup lalat buah.
  4. Membersihkan gulma yang dapat menarik lalat buah untuk mengurangi tempat mereka bersarang.
  5. Menggunakan biopestisida seperti Spinosad dan Lecanicillium muscarium yang dapat mengurangi populasi lalat buah hingga 83 persen.
  6. Menggunakan bio-repellent seperti minyak atsiri dari serai wangi atau serai dapur untuk mengurangi intensitas serangan lalat buah.
  7. Memanfaatkan musuh alami lalat buah seperti parasitoid dan predator, meskipun teknik ini belum banyak diterapkan di Indonesia.
  8. Menggunakan Teknik Serangga Mandul (TSM) dengan melepaskan serangga hama yang dimandulkan secara laboratorium untuk bersaing dengan serangga normal.
  9. Melakukan perlakuan iradiasi pada buah dan sayuran sesuai dengan pedoman International Standard of Phytosanitary Measures (ISPM).
  10. Melakukan perlakuan pascapanen pada buah-buahan dan sayuran menggunakan mesin modern dengan mengatur suhu tertentu untuk mencegah penyebaran lalat buah.
  11. Pengendalian dengan menggunakan bahan kimia dengan insektisida yang dicampur dengan zat penarik atau food attractant. Insektisida yang digunakan antara lain alfa sipermetrin (50 gram per liter), betasiflutrin (25 gram per liter), profenofos (500 gram per liter), dan deltametrin (25 gram per liter).

Penulis: Viorenta  | Editor: Nurma Wibi Earthany

Tanya Pakar

powered by Advanced iFrame. Get the Pro version on CodeCanyon.