Artikel

PENGGUNAAN VIRUS DALAM PENGENDALIAN HAMA, APAKAH BISA?

Michael Christian - IPB DIGITANI - Tani Nelayan Center IPB University - Penggunaan virus dalam pengendalian hama - Nurma Wibi Earthany (2)
Artikel / Hama dan Penyakit Tanaman / Pertanian

PENGGUNAAN VIRUS DALAM PENGENDALIAN HAMA, APAKAH BISA?

Pengendalian hama umumnya dilakukan melalui aplikasi pestisida kimia, dengan pemakaian pestisida di seluruh dunia mencapai sekitar 4,1 juta ton pada tahun 2019. Rata-rata penggunaan pestisida di Indonesia mencapai 0,03 kilogram per hektar pada tahun yang sama. Tingginya penggunaan pestisida sintetik sebagai sarana pengendalian hama disebabkan oleh pertimbangan efektivitas, efisiensi, dan keuntungan ekonomi. Meskipun metode ini dianggap efektif, tingginya tingkat penggunaan pestisida sintetik membawa berbagai masalah baru, seperti gangguan kesehatan, resistensi hama, kerusakan tanah, dan larangan ekspor karena tingginya residu pestisida.

Permasalahan yang timbul akibat penggunaan pestisida sintetik secara berlebihan dapat diatasi dengan menggunakan metode alternatif yang aman bagi manusia dan lingkungan. Penggunaan agens hayati, seperti Nucleopolyhedrovirus (NPV), semakin berkembang sebagai upaya untuk meminimalkan penggunaan pestisida sintetik. Agens hayati ini merupakan mikroorganisme yang mampu menghambat atau mematikan organisme pengganggu tanaman. Keunggulan agens hayati meliputi ketidakcemanan terhadap lingkungan, ketiadaan resistensi pada hama, tidak membahayakan kesehatan manusia, dan kemampuan reproduksi oleh petani.

Meskipun terdengar menakutkan, NPV sebagai virus yang digunakan dalam pengendalian hama ternyata tidak berbahaya bagi manusia maupun hewan lainnya. Sifat spesifik virus ini hanya menginfeksi hama, sehingga petani tidak perlu khawatir menggunakan NPV dalam pengendalian hama. Selain itu, NPV dapat diperbanyak dengan bahan-bahan sederhana, yang membantu menekan biaya pengeluaran untuk pengendalian hama. Sebelum memahami teknik aplikasi dan perbanyakannya, mari mengenal apa itu NPV.

NPV merupakan virus dari famili Baculoviridae yang dapat menginfeksi berbagai jenis serangga hama, termasuk ulat grayak (Spodoptera litura), ulat tongkol jagung (Helicoverpa armigera), ulat daun bawang (Spodoptera exigua), dan ulat jengkal daun teh (Hyposidra talaca). Virus ini telah ditemukan pada 600 spesies serangga, beberapa di antaranya merupakan spesies serangga hama penting. NPV menginfeksi inang melalui saluran pencernaan, menyebabkan gejala seperti perilaku kurang aktif, warna tubuh yang mengkilap, tubuh yang bengkak, dan akhirnya kematian dalam kondisi tubuh berair dengan posisi menggantung pada tajuk pertanaman. Gejala infeksi biasanya muncul dalam 3 hingga 7 hari, dan hama ulat akan mati dalam rentang waktu 3 sampai 21 hari setelah aplikasi.

Ulat Penggerek Kapas Terinfeksi Virus NPV (Foto: Vikaspedia) 

Untuk memperbanyak NPV, langkah awalnya adalah memperoleh virus melalui pembelian sediaan komersial yang tersedia di pasaran. Perbanyakan virus ini dapat dilakukan dengan mengumpulkan ulat yang telah mati akibat infeksi NPV. Berikut adalah langkah-langkah sederhana untuk memperbanyak NPV:

  1. Kumpulkan ulat yang menunjukkan gejala terinfeksi NPV. Gunakan sendok plastik untuk mengambil bangkai ulat karena tubuh ulat yang terinfeksi virus ini cenderung mudah pecah. Simpan bangkai ulat tersebut di tempat yang tidak terkena cahaya matahari langsung jika belum akan segera digunakan.
  2. Campurkan bangkai ulat dengan air (gunakan 10 sampai 15 ekor ulat untuk setiap 14 liter air) dan aduk hingga merata. Saring campuran tersebut dengan kain dan masukkan ke dalam tangki semprot. Cairan hasil saringan dapat disemprotkan pada area yang terkena serangan hama. Penyemprotan sebaiknya dilakukan pada sore hari, antara pukul 15.00 hingga 18.00, untuk meningkatkan efektivitas infeksi virus.

Sumber:

  • FAO. 2021. Food and agriculture data. URL: https://www.fao.org/faostat/en/#data/RP. Diakses tanggal 28 Juni 2023. 
  • Federici BA. 1997.  The Baculoviruses. Miller LK, editor. New York (USA): Plenum press.  
  • Hanudin, H. dan Marwoto, B. 2012. Prospek penggunaan mikroba antagonis sebagai agens pengendali hayati penyakit utama pada tanaman hias dan sayuran. Jurnal Riset dan Pengembangan Pertanian. 31(1):8-13.  
  • Aizawa K. 1963. The nature of infections caused by nuclear-polyhedrosis viruses. Di dalam: Steinhaus EA, editor. Insect Pathology: An Advanced Treatise. New York (US): Academic Press.  
  • Claus JD, Gioria VV, Micheloud GA, Visnovsky G. 2012. Insecticides—Basic and Other Applications. Solineski s, Larramendy M, editor. Rijeka (HRV): InTech  

Penulis: Michael Christian | Editor: Nurma Wibi Earthany

Tanya Pakar

X