Artikel

MINAT GENERASI MUDA MENJADI PETANI MENURUN, SULIT MENCAPAI SWASEMBADA PANGAN?

Picsart_24-03-01_23-36-04-537
Artikel / Pedesaan / Pertanian

MINAT GENERASI MUDA MENJADI PETANI MENURUN, SULIT MENCAPAI SWASEMBADA PANGAN?

Sejak dahulu, Indonesia telah memiliki cita-cita untuk memproduksi pangan untuk memenuhi kebutuhan bangsanya. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mewujudkan hal tersebut, salah satunya dengan membentuk perguruan tinggi yang berorientasi pada bidang pertanian, yaitu Institut Pertanian Bogor pada tahun 1963, sebagai persiapan kader muda pejuang pertanian.

Pangan merupakan suatu sektor yang memiliki cakupan multidimensi, termasuk dalam bidang politik. Sebagai contoh, krisis pangan yang terjadi di Sudan pada tahun 2019, yang menjadi sorotan artikel berjudul “What the Humble Loaf of Bread can Tell Us About the World Politics”, menunjukkan betapa pentingnya peran pangan dalam politik global. Oleh karena itu, Indonesia harus mencapai swasembada pangan untuk menghindari hal tersebut.

Tentunya, diperlukan upaya konkret dalam mewujudkan swasembada pangan bagi Bangsa Indonesia. Salah satu faktor penting yang perlu diperhatikan adalah jumlah petani. Regenerasi petani dari kalangan pemuda menjadi faktor krusial. Namun, minat generasi muda terhadap sektor pertanian tidak sejalan dengan tujuan nasional bangsa ini.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), persentase pemuda usia 16 sampai 30 tahun yang bekerja di sektor pertanian mengalami penurunan dari 20,79 persen pada tahun 2017 menjadi 18 persen pada tahun 2022. Saat ini, 71 persen petani Indonesia berusia 45 tahun ke atas, sementara hanya 29 persen yang berusia di bawah 45 tahun. Data ini menunjukkan adanya kekhawatiran yang serius.

Dikutip dari berbagai sumber, salah satu lulusan Fakultas Pertanian di Universitas Negeri Jember menyatakan bahwa banyak generasi muda yang enggan terjun ke sektor pertanian karena menghadapi berbagai masalah, mulai dari kendala permodalan, konversi lahan secara besar-besaran, pemberian pupuk tambahan yang tidak tepat sasaran, dan tantangan lainnya yang menghambat perkembangan sektor pertanian.

Generasi muda memiliki keterikatan yang erat dengan penggunaan teknologi. Namun, permasalahannya adalah ketidakmauan mereka untuk mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan tersebut di bidang pertanian.

Hal tersebut dapat menyulitkan pencapaian swasembada pangan yang memerlukan keberadaan petani dalam jumlah dan kualitas yang memadai. Oleh karena itu, situasi semacam ini memerlukan penanganan yang tepat agar dapat mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan di masa depan.

Pendidikan di Bidang Pertanian

Tujuan dibentuknya perguruan tinggi atau sekolah tinggi yang berbasis pertanian adalah untuk menciptakan generasi muda yang peduli terhadap sektor pertanian. Namun, yang terjadi saat ini adalah sebaliknya, sehingga dibutuhkan langkah-langkah strategis untuk mengatasi hal ini.

Salah satu langkah yang dapat dimanfaatkan adalah melalui pendidikan di Jimmy Hantu Foundation, di mana pendidikan ini didasarkan pada motivasi untuk menjadi petani yang berdedikasi serta langsung melakukan praktik di lapangan, sehingga minat untuk menjadi petani dapat meningkat kembali.

Jimmy Hantu Foundation dapat menjadi tempat pendidikan sekaligus pelatihan, karena menyediakan pembelajaran dari hulu hingga hilir, mencakup berbagai subsektor pertanian seperti peternakan, serta melatih peserta didik untuk mengelola hasilnya hingga mencapai produk akhir.

Pendidikan di Jimmy Hantu Foundation menekankan pada sistem pertanian yang terintegrasi, di mana output dari suatu produk dapat menjadi input untuk produk lainnya, dan dapat menghasilkan output kembali. Sebagai contoh, limbah pertanian dijadikan pakan sapi, kemudian feses sapi digunakan kembali sebagai pupuk dan bio gas, sehingga tidak ada hasil yang terbuang.

Cara penyampaian materi juga menginspirasi para mahasiswa, sehingga dapat menumbuhkan motivasi idealis mereka dalam bidang pertanian, terutama di sektor peternakan.

Generasi muda memiliki peran yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan sektor pertanian dalam menghadapi tantangan mencapai swasembada pangan di Indonesia.

Berbagai sumber mengatakan bahwa minat generasi muda untuk bercita-cita di bidang pertanian semakin menurun. Namun, langkah-langkah strategis dan pendidikan yang didasarkan pada motivasi, seperti yang diusulkan oleh Jimmy Hantu Foundation, dapat mengatasi permasalahan tersebut. Generasi muda tidak hanya dapat memperoleh pengetahuan teoritis, tetapi juga pengalaman langsung di lapangan.

Dengan demikian, diharapkan semakin banyak generasi muda yang terinspirasi dan memahami pentingnya peran mereka dalam mencapai swasembada pangan. Melalui upaya bersama dan pemahaman yang kuat, Indonesia dapat mengatasi tantangan dalam sektor pertanian dan mencapai tujuan swasembada pangan demi kemakmuran negara.

Penulis: Muhammad Taufiq Prayusta Mahawisnu | Editor: Nurma Wibi Earthany

Tanya Pakar

powered by Advanced iFrame. Get the Pro version on CodeCanyon.

X