MENUJU LEBIH BAIK: SIMAK CARA PANEN DAN PASCA PANEN KOPI DI KTH GRIYA BUKIT JAYA, DESA SIRNAJAYA
MENUJU LEBIH BAIK: SIMAK CARA PANEN DAN PASCA PANEN KOPI DI KTH GRIYA BUKIT JAYA, DESA SIRNAJAYA
Halo, Sobat Tani! Tentunya sobat sekalian sudah tidak asing dengan kopi, bukan? Kopi menjangkau seluruh tempat dan tak lekang oleh waktu, mulai dari kopi di warung pada pagi hari hingga kafe bermerk internasional untuk teman makan malam. Kopi menjadi salah satu minuman andalan bagi masyarakat Indonesia.
Indonesia menjadi tempat yang sangat cocok untuk pertumbuhan tanaman kopi, salah satunya untuk kopi jenis Arabika. Kopi Arabika dapat tumbuh dengan baik di tanah yang memiliki unsur hara tinggi pada ketinggian 800-1600 mdpl dan curah hujan yang merata sepanjang tahun. Desa Sirnajaya, yang berada di Kecamatan Cisurupan, Kabupaten Garut, mampu menumbuhkan kopi dengan baik berkat tanah vulkanik dari letusan Gunung Papandayan. Suhu yang dingin pada ketinggian 1400 mdpl juga mendukung pertumbuhan kopi Arabika yang lebih baik.
Tentunya, kopi yang baik berasal dari pengelolaan yang baik pula. KTH Griya Bukit Jaya, sebagai kelompok tani hutan yang mengelola lahan melalui skema Perhutanan Sosial, memiliki tips untuk mengelola kopi dengan baik. Yuk, cari tahu bagaimana tips panen dan pascapanen kopi!
Petik Merah dalam Proses Pemanenan
Kopi merupakan tanaman yang dapat memproduksi buah dalam jumlah banyak dalam kurun waktu tertentu. Pemanenan buah kopi melalui petik merah mampu menghasilkan kualitas buah kopi yang lebih baik dibandingkan dengan sistem tarik ranting. Hal ini disebabkan buah kopi yang belum matang (hijau) tidak terbawa, dan daun tanaman tidak rusak, sehingga memungkinkan tanaman kopi untuk terus menghasilkan buah. Hasil panen buah kopi yang berwarna merah dinamakan cherry.
Kulit Kopi: Manfaat yang Terlupakan
Setelah pemanenan, biji kopi dipisahkan dari lapisan kulitnya melalui metode basah (wet processing) atau metode kering (dry processing). Pengupasan ini menghasilkan sampah berupa kulit kopi. Sampah Kulit Kopi menghasilkan bau yang sangat menyengat. Sampah umumnya merujuk kepada sesuatu yang tidak dapat lagi dimanfaatkan, tetapi kulit kopi masih memiliki banyak manfaat. Sampah Kulit Kopi mengandung bahan organik, karbon, nitrogen, mikroorganisme pengurai, dan lignin. Kandungan ini membuat kulit kopi menjadi bahan yang cocok untuk digunakan sebagai pupuk kompos. Pupuk ini dapat digunakan kembali pada tanaman kopi, sehingga menjadi manfaat berkelanjutan.
Ketelitian dalam Penjemuran
Kebutuhan kopi yang tinggi membuat pengolahan kopi dilakukan dengan cepat, terutama saat penjemuran. Kekhawatiran akan perubahan cuaca yang menghambat penjemuran membuat biji kopi “dipaksa” untuk cepat kering. Hal ini menurunkan ketelitian dan seringkali menyebabkan tangkai tidak sempat dipisahkan dari biji kopi. Dampaknya, biji kopi menjadi lebih lembab pada bagian tengahnya.
Pemberdayaan Masyarakat melalui Sinergi
Pra-Panen, Panen, dan Pasca Panen Kopi memiliki tahapan yang cukup panjang. Sinergi diperlukan untuk mendapatkan biji kopi berkualitas. KTH Griya Bukit Jaya melibatkan berbagai pihak, mulai dari lelaki, wanita, pemuda, dan bahkan penyandang disabilitas dalam proses tersebut. Penempatan dan pengorganisasian yang baik membuat proses pengolahan kopi menjadi lebih efektif dan efisien.
Berikut merupakan tips yang dapat diberikan. Bagaimana? Apakah Sobat Tani memiliki tips lainnya? Ayo berikan pendapatmu!
Penulis: Daffa Shidqi