MENJELAJAHI KEINDAHAN ALAM DESA KOPI MERAH: DESA JAMBUWER KAYA AKAN POTENSI WISATA
MENJELAJAHI KEINDAHAN ALAM DESA KOPI MERAH: DESA JAMBUWER KAYA AKAN POTENSI WISATA
Desa Jambuwer merupakan salah satu desa di Kecamatan Kromengan, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Desa ini terbagi menjadi lima dusun, yaitu Dusun Krajan, Glagaharum, Bulupogog, Cakru’an, dan Rekesan. Sebutan ‘Jambuwer’ karena dahulu banyak pohon jambu air di daerah ini. Desa ini berada di dekat kaki Gunung Kawi, dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Blitar. Desa Jambuwer memiliki beragam kekayaan, baik dari alam, budaya, hingga hasil pertanian yang melimpah.
Desa Jambuwer merupakan desa yang memiliki kekayaan berlimpah baik alam, budaya, hingga hasil pertanian yang berpotensi untuk dikembangkan. Desa ini disebut Desa Kopi Merah karena desa ini menjadi salah satu kawasan dengan penghasil Kopi Robusta yang berkualitas. Kopi Merah ‘Cap Topeng’ menjadi produk unggulan. Kopi ini memiliki cita rasa yang khas dan unik, disebut Kopi Merah karena menghasilkan warna merah kecoklatan setelah diproses. Warna merah tersebut dihasilkan melalui proses fermentasi dan pengeringan dengan metode secara khusus. Kopi ini memiliki rasa cenderung asam dan kaya akan aroma.
“Kopi Merah ini pada awalnya dikembangkan setelah memenangkan lomba di Bondowoso pada tahun 2016,” ujar Bu Sundari awal mulai merintis Kopi Merah Jambuwer. Menurut Bu Sundari, pada saat itu para petani dan masyarakat belum menyadari adanya potensi kopi di desa jambuwer. Sebelum seperti sekarang, dahulu kopi merah dijual di pinggir jalan dengan saung terbuat dari bambu.
Saat ini, Kopi Robusta Jambuwer Cap Topeng sudah diperjualbelikan kepada masyarakat sekitar hingga luar negeri melalui sosial media facebook dan para TKW yang pergi ke luar negeri. Harapannya kopi robusta ini dapat lebih baik lagi dan penjualan semakin meningkat sehingga dapat dinikmati oleh banyak orang.
Selain Kopi Robusta Cap Topeng, terdapat berbagai makanan dan minuman olahan yang dihasilkan oleh Kelompok Mekar Tani. Selain rasanya yang enak, harga makanan dan minuman sangat terjangkau. Hingga saat ini Terdapat 5 Kelompok Mekar Tani yang ada di Desa Jambuwer.
Wisata Budaya
Tradisi Bersih Desa di dalam kebudayaan masyarakat khususnya daerah Jawa terdapat tradisi turun temurun yaitu Bersih Desa. Ritual ini dilakukan sebagai wujud bersatunya manusia dengan alam. Tradisi Bersih Desa sebagai wujud dari rasa syukur atas segala berkat yang diberikan Tuhan kepada masyarakat Desa baik dari kesehatan, kesejahteraan, hingga hasil panen yang didapatkan selama setahun. Tradisi ini dilaksanakan setiap akhir bukan dulkaidah (Kalender jawa) pada setiap tahunnya. Kegiatan ini diisi oleh doa bersama, makan bersama warga desa, hingga terdapat pertunjukkan wayang di dalamnya.
Pada Desa ini terdapat penggiat perajin topeng yang dirintis sejak tahun 1984 dan diberi nama sanggar-sanggar tari. Topeng Malangan menjadi ciri khas dan tergolong langka sehingga harus dilestarikan. Maka dari itu Kopi Jambuwer menggunakan merek ‘Cap Topeng’ yang memiliki filosofi sebagai warisan kebudayaan tarian topeng yang harapannya dengan logo tersebut dapat Desa jambuwer dapat dikenal oleh masyarakat Luas.
Wisata Edukasi Pertanian
Wisata Edukasi dan Pertanian yang berada di Desa Jambuwer merupakan Wisata Edukasi Jowaran. Wisata Edukasi Jowaran sangat pas untuk anak-anak sebagai pengembangan motorik dan pengetahuan, wisata ini memperkenalkan edukasi pertanian mengenai penanaman padi. Terdapat fasilitas kolam yang dimanfaatkan sebagai wahana permainan air serta warung kopi dan makanan di Jowaran.
Wisata Alam
Desa Jambuwer memiliki destinasi wisata Sumber air asli yang diberi nama Sumber Ambya’an, dimana sumber ini memiliki view yang sangat bagus dan memberikan kesan yang sejuk dan alami. Sumber Ambya’an juga kental dengan kebudayaan, Sumber Ambya’an masih mempertahankan keasliannya. Terdapat kolam yang dapat digunakan sebagai tempat pemandian.
Selain itu, desa ini memiliki view menghadap Waduk Karangkates dan jembatan perbatasan kabupaten blitar. Udara yang sejuk dan asri dan pemandangan yang bagus dapat dimanfaatkan untuk bersantai. Namun tak jarang, masyarakat memilih untuk memancing di pinggir area waduk.
Penulis: Amario Kusuma Wardhana