Pari Jawa, atau yang dikenal dengan nama ilmiah Urolophus javanicus, adalah salah satu jenis pari yang termasuk dalam keluarga Urolophidae. Spesies ini mungkin termasuk ke dalam spesies yang sering terlewatkan dari jumlah spesies yang berada di perairan tropis yang kaya akan kehidupan laut. 

Namun, sebuah fakta terbaru datang mengenai keberadaan Pari Jawa. Spesies ini telah resmi dinyatakan punah oleh Uni Internasional untuk Konservasi Alam atau International Union for Conservation of Nature (IUCN). Hal tersebut disampaikan pada Desember 2023 dalam Konferensi PBB tentang Perubahan Iklim atau COP28 di Dubai, Uni Emirat Arab. 

Meskipun jarang disorot, Pari Jawa memiliki pesona yang tidak kalah menarik. Ikan ini menyimpan sejumlah fakta menarik, baik dari ukurannya yang mengesankan hingga pola warna uniknya. 

1. Ditemukan di Pasar Ikan Pada Tahun 1862 

Pada 1862, seorang naturalis Jerman, Eduard von Martens bergabung dalam sebuah ekspedisi panjang ke wilayah yang pada saat itu dikenal sebagai “Far East”. Sebagaimana yang dikutip dalam Mongabay pada bulan Juli, petualangan tersebut membawanya ke sebuah pasar ikan di kota Jakarta, yang merupakan bagian dari koloni Belanda saat itu. Martens menemukan sebuah ikan pari kecil dan memutuskan untuk membeli ikan tersebut. Ia gambarkan spesies tersebut sebagai Trygonoptera javanica dalam jurnal ilmiah Monatsberichte der Akademie der Wissenschaft zu Berlin (Laporan Bulanan Akademi Ilmu Pengetahuan, Berlin) pada tahun 1864. 

2. Resmi Punah Pada Akhir Tahun 2023 

Keberadaan Pari Jawa sangat langka. Diketahui hanya dari satu spesimen yang dikumpulkan pada tahun 1862, telah secara resmi dinyatakan punah. Nama Pari Jawa telah ditambahkan ke Daftar Merah Spesies Terancam Punah yang diperbarui. Hal tersebut disampaikan oleh Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN) pada Senin, 11 Desember 2023 pada KTT tentang perubahan iklim (COP28) di Dubai. 

3. Hilang Karena Ulah Manusia 

Hilangnya spesies Pari Jawa menandai kepunahan ikan laut pertama yang disebabkan oleh aktivitas manusia. Hal tersebut disampaikan oleh Craig Hilton-Taylor, kepala Unit Daftar Merah IUCN, kepada Radio Free Asia. Menurutnya, perubahan iklim merupakan ancaman terhadap keanekaragaman kehidupan, termasuk perusakan alam terhadap spesies.  

Penulis: Nurma Wibi Earthany | Editor: Rahel Azzahra