Artikel

BRIKET SERAI WANGI: SOLUSI AMPUH MENGURANGI KASUS DBD DENGAN RAMAH LINGKUNGAN

Akbar Armadhani Fahlefie ; Amaliyah Balqhis Putri Abrin ; Dhia Ramalah ; Dwinitha Ayudyah Farrasanthi ; Farah Syarifah Nasution ; Fiona Chairina Devita ; Nurma Wibi Earthany - Briket Serai Wangi DBD
Artikel / Pertanian / Tanaman Obat

BRIKET SERAI WANGI: SOLUSI AMPUH MENGURANGI KASUS DBD DENGAN RAMAH LINGKUNGAN

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus Dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Kasus DBD menjadi permasalahan serius di banyak negara tropis dan subtropis di seluruh dunia, termasuk Indonesia, di mana penyebaran penyakit ini terjadi dengan cepat. Faktor iklim tropis di Indonesia mendukung perkembangbiakan nyamuk pembawa virus Dengue.

Menurut data World Health Organization (WHO) tahun 2020, Indonesia tercatat sebagai negara tropis dengan jumlah kasus DBD tertinggi. Pengendalian nyamuk menjadi kunci dalam upaya mengurangi penyebaran DBD, namun penggunaan insektisida kimia dapat berdampak negatif pada lingkungan dan menyebabkan resistensi insektisida (Tiadeka et al., 2021).

Sebagai solusi alami dan ramah lingkungan untuk mengatasi masalah ini, briket penghalau nyamuk dapat dihasilkan dari limbah serai wangi (Cymbopogon winterianus Jowitt). Serai wangi dikenal memiliki sifat penghalau nyamuk alami, terutama melalui minyak atsiri yang mengandung senyawa seperti citronella.

Serai Wangi: Sumber Potensial Penghalau Nyamuk

Serai wangi, yang memiliki aroma segar dan kandungan citronella, telah lama menjadi pilihan dalam berbagai budaya sebagai pengharum dan penambah rasa makanan. Namun, tak hanya itu, serai wangi juga terkenal karena sifat pengusir nyamuknya. Senyawa citronella yang terkandung dalam serai wangi telah terbukti efektif dalam mengusir nyamuk, menjadikannya kandidat menarik untuk pengembangan penghalau nyamuk alami.

Pembuatan Briket Penghalau Nyamuk dari Limbah Serai Wangi

Briket penghalau nyamuk dari limbah serai wangi diproduksi dengan langkah-langkah melibatkan pengumpulan, pembersihan, dan pengeringan serai wangi yang tidak terpakai. Limbah ini selanjutnya dihancurkan menjadi serbuk halus yang dicampur dengan bahan perekat alami, seperti pati singkong. Campuran ini kemudian dipadatkan dalam cetakan dan dikeringkan, menghasilkan briket yang siap digunakan.

Pengujian Efektivitas dalam Mengendalikan Nyamuk Pembawa Virus DBD

Briket serai wangi ditempatkan dalam suatu kotak pengujian yang berisi 15 nyamuk Aedes aegypti. Selama periode penggunaan briket, dilakukan pengukuran waktu untuk mencatat tingkat penghalauan terhadap nyamuk Aedes aegypti. Pengamatan dimulai pada interval waktu 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 15, dan 20 menit. Hasil eksperimen yang dilakukan oleh Erlia et al. (2016) menunjukkan bahwa dari menit ke-3 hingga menit ke-20, terdapat perubahan signifikan pada perilaku nyamuk.

Nyamuk mulai berusaha menghindar dari kotak pengujian yang berisi briket penghalau nyamuk dengan konsentrasi serbuk daun serai wangi sebesar 30 persen. Penelitian ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi konsentrasi serbuk daun serai wangi, semakin besar efek penghalau nyamuk, dan daya efektivitasnya juga semakin lama terhadap Aedes aegypti.

Selain efektif dalam mengurangi kasus DBD, penggunaan briket serai wangi juga memberikan manfaat tambahan. Pemanfaatan bahan alami ini dapat mengurangi dampak negatif pada lingkungan dan kesehatan manusia, serta membantu mengurangi ketergantungan pada insektisida kimia yang berpotensi berbahaya.

Briket penghalau nyamuk dari limbah serai wangi merupakan solusi yang menjanjikan dalam mengurangi kasus DBD secara ramah lingkungan. Pemanfaatan serai wangi sebagai penghalau nyamuk memberikan alternatif alami yang efektif, mengurangi populasi nyamuk pembawa virus DBD sambil tetap menjaga kelestarian lingkungan. Dengan pendekatan ini, kita dapat berkontribusi dalam upaya memerangi DBD.

Sumber:

  • Erlia D, Darusman F, Darma GCE. 2016. Pembuatan briket penghalau nyamuk (repellent) dari daun serai wangi (Cymbopogon winterianus Jowitt) dan evaluasinya. Jurnal Farmasi. 2(2): 552–558. ISSN: 2460 – 6472.
  • Heliyon. 2019. Lemongrass (Cymbopogon Flexuosus Steud.) wats treated textile: A control measure against vector-borne diseases. PubMed Central. 5(12). Doi: 10.1016/j.heliyon.2019.e02842
  • Tawatsin, A, Thavara, U, Chompoosri, J, Phusup Y, Jonjang, N, Khumsawads C, Mulla MS. 2006. Field evaluation of deet, repel care, and three plant based essential oil repellents against mosquitoes, black flies (Diptera: Simuliidae), and land leeches (Arhynchobdellida: Haemadipsidae) in Thailand. Journal of the American Mosquito Control Association. 22(2): 306–313.
  • Tiadeka P, Pribadi HP, Karimah M. 2021. The application of clove and lemongrass aromatheraphy biobriquettes to reppel mosquitto. Journal of Herbal, Clinical and Pharmaceutical Science. 3(1): 26–33. doi: dx.doi.org/10.30587/herclips.v3i01.3100.
  • [WHO] World Health Organization. 2020. Dengue and severe dengue. [diakses 2023 Okt 1]. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/dengue-and-severe-dengue.

Tim Penulis: Akbar Armadhani Fahlefie ; Amaliyah Balqhis Putri Abrin ; Dhia Ramalah ; Dwinitha Ayudyah Farrasanthi ; Farah Syarifah Nasution ; Fiona Chairina Devita | Editor: Nurma Wibi Earthany

Tanya Pakar

powered by Advanced iFrame. Get the Pro version on CodeCanyon.

X