Artikel

BIOSAKA VS PUPUK KIMIA: DAMPAK TERHADAP PERTANIAN

BIOSAKA VS. PUPUK KIMIA PERBEDAAN DAN DAMPAKNYA DALAM PERTANIAN - IPB DIGITANI - TANI NELAYAN CENTER IPB UNIVERSITY
Artikel / Hortikultura / Pertanian

BIOSAKA VS PUPUK KIMIA: DAMPAK TERHADAP PERTANIAN

Penggunaan bahan tambahan untuk meningkatkan hasil sudah menjadi hal umum dalam dunia pertanian. Salah satu alternatif yang mungkin Anda kenal adalah biosaka, yang diklaim dapat mengurangi penggunaan pupuk kimia konvensional hingga 90 persen. Namun, apa sebenarnya perbedaan antara pupuk kimia dan biosaka?

Pada dasarnya, baik biosaka maupun pupuk kimia memiliki tujuan yang serupa, yakni meningkatkan kualitas tanaman. Namun, keduanya berbeda dalam cara mereka memberikan tambahan kualitas. Pupuk kimia memberikan zat-zat hara secara langsung yang dibutuhkan tanaman, sementara biosaka bertindak sebagai elisitor yang merangsang pertumbuhan tanaman secara cepat.

Sebagai contoh, pupuk Phonska termasuk dalam kategori NPK (Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K)). Phonska cukup populer di kalangan masyarakat umum. Dilansir dari Petrokimia Gresik, kandungan pupuk Phonska adalah 15 persen nitrogen (N), 10 persen fosfat (P2O5), 12 persen kalium (K), dan 10 persen sulfur (S). Unsur dan senyawa ini memainkan peran penting sebagai berikut.

  1. Fosfor: Mendorong pertumbuhan akar yang sehat, energi metabolisme, pembentukan asam nukleat, pembentukan fosfolipid, dan penyediaan fosfor.
  2. Nitrogen: Merangsang pertumbuhan daun, meningkatkan kepadatan tanaman, dan meningkatkan ketersediaan protein.
  3. Kalium: Mengatur tekanan osmosis, meningkatkan kualitas bunga dan buah, meningkatkan ketersediaan nutrisi, dan meningkatkan ketahanan terhadap penyakit.
  4. Sulfur: Membantu pembentukan asam amino, mengatur pH tanah, meningkatkan penyerapan nutrisi, dan meningkatkan toleransi terhadap penyakit.

Kandungan Biosaka

Beralih ke biosaka, ‘alternatif pupuk’ ini terdiri dari campuran air dan 5 jenis tanaman yang berbeda yang dihomogenkan, sehingga kandungannya sepenuhnya alami. Terdapat setidaknya 8 senyawa dalam biosaka yang bermanfaat sebagai stimulan pertumbuhan tanaman (elisitor), yaitu:

  1. Alkaloid: Melindungi tanaman dari penyakit dan serangan hama, mengatur perkembangan, dan berperan sebagai basa mineral untuk mengatur keseimbangan ion pada bagian-bagian tanaman.
  2. Flavonoid: Mengatur pertumbuhan, berfungsi sebagai antioksidan, dan antibakteri.
  3. Terpenoid: Hormon pertumbuhan tanaman; bertindak sebagai antifeedant bagi serangga dan antibakteri.
  4. Steroid: Meningkatkan laju perpanjangan sel tumbuhan, merangsang pertumbuhan pucuk daun, dan meningkatkan resistensi terhadap stres lingkungan.
  5. Tanin: Melindungi tumbuhan dari hama dan bakteri.
  6. Saponin: Bersifat antimikroba, menghambat pertumbuhan jamur, dan melindungi tanaman dari serangan serangga.
  7. Fenolik: Melindungi terhadap sinar UV-B dan kematian sel, serta menjaga integritas DNA dari dimerisasi dan kerusakan.
  8. Kuinon: Berperan dalam respirasi sel dan fotosintesis, serta memiliki sifat antibakteri dan antijamur.

Dari 8 senyawa tersebut, tak heran banyak petani yang menganggap penggunaan biosaka sangat menguntungkan. Terlebih lagi, ketika biosaka digunakan dengan perlakuan khusus seperti pemilihan tanaman yang diberi biosaka.

Manfaat Biosaka

Selain memberikan manfaat bagi kesehatan tanaman, masyarakat sebagai konsumen juga merasakan dampak positifnya. Sebagai contoh, pesatnya penelitian saat ini tentang pemanfaatan tanaman sebagai obat herbal.

Dilansir dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), bahwa masyarakat perkotaan mulai mengadopsi penggunaan obat-obatan tradisional. Dalam konteks biosaka, ini tentu saja menjadi nilai tambah. Obat-obatan tradisional yang diberi biosaka memiliki kandungan yang lebih bermanfaat daripada yang tidak menggunakan biosaka.

Sementara itu, IPB University dan Himpunan Ilmu Tanah Indonesia juga telah melakukan studi terhadap biosaka. Di bawah pimpinan Prof. Dr. Ir. Mitfahudin, MSi dari Departemen Biologi dan 10 akademisi lainnya, penelitian ini dilakukan dengan cermat pada bulan Maret tahun lalu. Para peneliti tersebut melakukan serangkaian eksperimen untuk mengevaluasi pengaruh biosaka dan pupuk terhadap hasil panen.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa “Biosaka tidak memiliki dampak signifikan terhadap produksi padi, dan tidak mengurangi penggunaan pupuk NPK sebanyak 50 persen hingga 90 persen.” Selain itu, uji coba juga menegaskan bahwa penggunaan biosaka tidak mempengaruhi produksi maupun dosis pupuk NPK, seperti yang dilaporkan oleh laman resmi Balai Besar Pelatihan Kesehatan Hewan (BBPKH) Cinagara.

Meskipun biosaka terbukti memberikan kontribusi terhadap kesuburan tanaman, namun tetap diperlukan pendampingan dengan pupuk konvensional. Temuan dari penelitian Himpunan Ilmu Tanah Indonesia dan IPB menunjukkan bahwa biosaka sendiri tidak cukup untuk mencukupi kebutuhan tanaman. Dengan demikian, perumpamaan “Serupa tapi tak sama” sepertinya cocok menggambarkan perbedaan antara biosaka dan pupuk kimia konvensional.

Penulis: Imra Atun Helmi ; Miftah Izdaini Aillah ; Muhammad Angga Saputra ; Muhammad Ricky Damara ; Nisa Lelita Fadilah | Editor: Nurma Wibi Earthany

Tanya Pakar

powered by Advanced iFrame. Get the Pro version on CodeCanyon.

X