Ikan memegang peranan penting sebagai sumber protein di Indonesia, dengan konsumsi mencapai 55,37 kilogram per kapita pada tahun 2021, seperti yang dilaporkan oleh Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP). Meskipun demikian, tingginya kandungan air dalam ikan membuatnya rentan terhadap kerusakan, mendorong perlunya proses pengawetan. Artikel ini membahas latar belakang masalah pengawetan ikan serta potensi pemanfaatan batok kelapa sebagai bahan pengawet alami.

Proses pengawetan ikan menjadi krusial dalam menjaga mutu dan kesegaran, dengan tujuan memperpanjang masa simpan dan menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang merugikan. Pengawetan konvensional, seperti penggunaan bahan kimia, mengundang kekhawatiran akan keamanan pangan dan resistensi antimikroba. Oleh karena itu, upaya mencari metode pengawetan yang lebih alami dan ramah lingkungan menjadi perhatian utama dalam menjaga kualitas ikan.

Sumber daya alami yang melimpah di daerah pedesaan, seperti tempurung batok kelapa, menawarkan potensi besar yang belum sepenuhnya dimanfaatkan. Meskipun limbah ini sering kali diabaikan, penelitian menunjukkan bahwa tempurung batok kelapa memiliki sifat antimikroba dan antioksidan yang dapat digunakan dalam pengawetan ikan.

Sebuah studi ilmiah pada tahun 2019 oleh Hadibarata, et al. membahas penggunaan asap cair tempurung batok kelapa sebagai pengawet alami. Metode perendaman ikan dalam larutan asap cair yang diikuti oleh evaluasi kualitas melalui analisis mikrobiologi dan kimia menunjukkan efektivitasnya dalam menghambat pertumbuhan mikroorganisme patogenik pada ikan.

Penggunaan asap cair tempurung batok kelapa dapat menjadi alternatif menjanjikan bagi petani ikan dalam pengawetan produk mereka. Namun, perlu dilakukan lebih banyak penelitian untuk memahami potensi penuh asap cair tempurung batok kelapa sebagai pengawet ikan, serta untuk memastikan keamanan dan kepatuhannya terhadap standar kesehatan dan keamanan pangan.

Tim Penulis: Imam Khoiri ; Mayang Fadhilasani ; Nada Jelita Rossiandani ; Nisrina Amalia ; Yuna Tirta Ayodya | Editor: Nurma Wibi Earthany