Artikel

ADA APA DENGAN TANAMAN SIRIH DI SUMBA TIMUR?

red-betel-leaf-g0542716cc_1920
Artikel / Pertanian / Tanaman Obat

ADA APA DENGAN TANAMAN SIRIH DI SUMBA TIMUR?

Sirih merupakan salah satu tanaman herbal merambat yang umum dikenal masyarakat Indonesia sebagai obat tradisional yang sering dilibatkan dalam budaya ataupun ritual adat tertentu. Sirih cacing, sirih hijau dan sirih gading memiliki nama latin Piper betle L. Spesies tersebut memang memiliki berbagai jenis varietas dan kultivar. Sementara, sirih merah diidentifikasi sebagai Piper crocatum L. Kandungan minyak asiri pada sirih berbeda-beda. Sirih hijau dan sirih merah mengandung 0,6%, sedangkan sirih cacing dan sirih gading hanya mengandung 0,3%.

Daun sirih dapat dimanfaatkan sebagai antiradang, antiseptik, antibakteri, penghenti pendarahan, pereda batuk, peluruh kentut, perangsang keluarnya air liur, pencegah cacingan, penghilang gatal, dan penenang. Salah satu penghasil sirih di Indonesia adalah kabupaten Sumba Timur. Tak hanya sebagai penghasil sirih untuk dikirim keluar daerah, masyarakat daerah tersebut juga mengonsumsi buah sirih sebagai campuran untuk menyirih pinang. Beda halnya dengan masyarakat suku Jawa, yang mengonsumsi daun sirih sebagai campuran untuk menyirih, atau lebih tepat mereka menyebut tradisi menyirih dengan “nginang“.

Menyirih pinang bagi masyarakat Sumba Timur sudah menjadi kebiasaan turun-temurun, terasa aneh jika ada hari tanpa menyirih bagi masyarakat Sumba. Menyirih telah menjadi kebiasaan hampir seluruh kalangan masyarakat, mulai dari anak kecil hingga orang dewasa, kaum bawah hingga kaum bangsawan pun mengonsumsinya. Penyajian sirih pinang sebagai jamuan bagi para tamu merupakan suatu bentuk penghormatan dari tuan rumah. Masyarakat Sumba biasa menikmati buah sirih dengan pinang muda yang telah diiris tipis. Warna merah yang dihasilkan saat menyirih berasal dari campuran kapur yang ditambahkan pada buah sirih sebelum dikunyah.

Foto: pixabay.com

Namun hal yang harus Sobat Tani perhatikan yaitu penambahan kapur yang terlalu banyak dapat menimbulkan luka bakar pada lidah maupun mulut, sehingga bagi orang yang baru saja akan mengonsumsi sangat dianjurkan untuk didampingi orang yang telah profesional. Selain itu, mabuk pinang juga dapat terjadi apabila air liur berwarna merah hasil menyirih tersebut ditelan. Oleh sebab itu, dianjurkan untuk meludahkannya saja. Kebiasaan meludah inilah yang sangat tidak baik jika dilakukan pada sembarang tempat. Tak heran, di setiap sudut desa ataupun kota sering kita jumpai bekas berwarna merah tersebut. Selain faktor kesehatan dan kebersihan, hal tersebut tentunya dapat mengurangi keindahan.

Tanaman sirih di Sumba Timur terancam mengalami penurunan hasil dan bahkan kematian tanaman. Salah satu petani sirih di Bukit Wairinding mengungkapkan terjadi kematian yang cukup banyak di lahannya sejak 4 tahun belakangan ini. Penanaman kembali dilakukan dengan memindahkan bibit yang berumur 1-2 bulan hasil dari stek batang pada polibag. Pengetahuan budi daya, kondisi lahan maupun pemeliharaan hama dan penyakit menyebabkan laju kematian tidak dapat dibendung. Hal tersebut dapat diindikasikan dengan tidak adanya pemupukan yang teratur dan sesuai terhadap kebutuhan tanaman, pemupukan hanya menggunakan gandasil B saja.

Hambatan budi daya lainnya yaitu musim kemarau panjang serta sulitnya sumber mata air yang menyulitkan petani dalam penyiraman. Penanganan pada bekas lubang tanaman yang sakit diduga dapat menimbulkan penyakit pada tanaman baru, sehingga siklus tanaman sakit terus berulang. Buah sirih dapat dipanen sekali dalam 2 minggu. Harga buah sirih di pasaran sebesar Rp 10.000/ikat (data harga diperoleh pada tanggal 25 Agustus 2020). Biasanya, dalam 1 ikat kurang lebih terdapat 10 buah sirih. Harga sirih mengalami fluktuatif tergantung ketersediaan barang.

Foto: Tani Center IPB University

Upaya menangani permasalahan tersebut, Badan Penelitian dan Pembangunan Daerah (Balitbangda) Kabupaten Sumba Timur bekerja sama dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB University dalam menemukan penyebab dan rekomendasi penanganan permasalahan yang ada. Dewan pakar Tani Center IPB University melakukan kunjungan ke lahan milik petani dan terlihat kondisi lahan yang sangat mengenaskan. Dalam satu hamparan, hampir seluruh tanaman mengalami kematian hingga hanya menyisakan ajir hidupnya saja.

Menurut Hagia Sophia Khairani, ahli penyakit tanaman Departemen Proteksi Tanaman IPB University, menduga terjadi serangan Phytophthora yang terlihat dari penampakan tanaman yang mengalami kelayuan secara menyeluruh. Layu dimulai dari tajuk tanaman bagian atas menuju ke bawah, hal tersebut disebabkan oleh suplai air dan nutrisi yang terhambat dan tidak mencapai tajuk karena pangkal batang terserang patogen. Gejala yang ditemukan pada daun berupa daun menguning dan terdapat nekrotik yang berkembang menjadi hawar.

Penulis: Lisa Bela Fitriani | Editor: Exciyona Adistika

Tanya Pakar

powered by Advanced iFrame. Get the Pro version on CodeCanyon.

X