TRADISI LANCAR REZEKI UNTUK PERAHU BARU NELAYAN!
TRADISI LANCAR REZEKI UNTUK PERAHU BARU NELAYAN!
Indonesia memiliki laut yang sangat luas, 2 dari 3 wilayah Indonesia adalah hamparan laut dengan kekayaan yang sangat luar biasa. Laut-laut tersebut menghubungkan pulau-pulau yang ada di negara ini. Terdapat ratusan bahkan ribuan pulau yang terhubung oleh laut kita, mulai dari pulau kecil sampai pulau yang sangat besar.
Terpisah oleh laut dan mendapati lingkungan begitu beragam, membuat pulau yang ada di Indonesia memiliki ciri khas dan karakteristik tersendiri. Mulai dari bagaimana daerah tersebut memiliki sumberdaya yang unggul, bagaimana cara masyarakat di pulau bertahan hidup dalam memanfaatkan sumberdaya sebagai mata pencaharian, dan apa saja kebiasaan-kebiasaan yang telah menjadi tradisi.
Tradisi menurut KBBI merupakan sesuatu adat maupun kerutinan turun temurun yang diwariskan oleh nenek moyang serta masih dilestarikan oleh warga. Tradiri dilakukan dengan menyangka serta memperhitungkan bahwasannya kerutinan yang terdapat sangat benar serta sangat bagus. Singkatnya, tradisi adalah kebiasaan nenek moyang yang masih dilakukan sampai sekarang.
Tradisi Nelayan Desa Sibaji
Tradisi sangat berkaitan dengan hal-hal bersifat sakral dan membawa kepuasan tersendiri bagi yang melakukannya. Kepuasan tersebut datang dari ketenangan dan kelancaran dalam melakukan suatu hal dan keberuntungan. Hal itu lah yang sampai sekarang, masih sering dilakukan oleh nelayan Desa Sibaji, Kecamatan Pantai Labu, Kota Medan.
Tradisi tersebut adalah ‘Tepung Tawar’. Tepung Tawar berasal dari kata “Tampung Tawar“ yang bermakna menerima penawar dengan cara ditampung (dengan tangan). Tradisi ini sebagai perwujudan penawar dari hal-hal buruk.
Dalam adat Melayu,Tepung Tawar berarti menghilangkan atau menyingkirkan segala penyakit. Sumber lain menyebutkan bahwa Tepung Tawar digunakan sebagai simbol curahan rasa senang dan syukur atas keberhasilan, niat, peristiwa, atau niat yang dilakukan baik pada benda bergerak (manusia) maupun benda mati (tidak bergerak).
Tradisi Tepung Tawar dilakukan oleh nelayan ketika telah menyelesaikan pembuatan kapal dan hendak menggunakan kapal tersebut untuk melaut. Tradisi ini dimaksudkan sebagai rasa syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa atas rezeki yang diberikan berupa kapal. Bukan hanya itu, prosesi ini juga sebagai bentuk permohonan agar diberikan keberuntungan serta hasil tangkapan yang berlimpah.
Pelaksanaan Tradisi Tepung Tawar diawali oleh sambutan dan ucapan terimakasih dari pemilik kapal, dilanjutkan sambutan dari para sepuh dan diakhiri dengan ucapan selamat dari tetangga. Setelah sambutan selesai, acara selanjutnya adalah Marhaban (acara keagamaan islam yang berisi puji-pujan serta salawat kepada Nabi Muhammad SAW). Barulah yang terakhir, setelah kedua acara di atas selesai, prosesi Tepung Tawar dimulai.
Tata Cara Tradisi Tepung Tawar
Berikut tata cara pelaksanaan Tradisi Tepung Tawar:
- Membentangkan kain di atas kedua paha orang yang akan di tepung tawari (dalam hal ini adalah pemilik kapal), kemudian orang tersebut akan menampungnya dengan kedua tangannya di atas kain yang sudah dibentangkan.
- Mengambil daun perenjis (percikan), yaitu daun yang diikat jadi satu dicelupkan ke dalam air yang dicampur bedak, jeruk, dan bunga mawar. Kemudian, daun itu direnjis pada kedua tangan yang telengkup di atas paha yang beralas bantal tepung tawar dan telah dialasi kain putih.
- Orang yang akan melakukan (penepuk/tokoh adat) tepung tawar mengambil beras kunyit, basuh, bertih, dan bunga rampai. Bahan-bahan tersebut ditaburkan pada orang yang menjalankan prosesi adat atau di tepung tawari. Jika orang yang di tepung tawari adalah orang terhormat, maka bahan-bahan tadi di tabur sampai atas kepala dengan putaran dari kiri ke kanan sambil membaca salawat.
- Proses merinjiskan air tepung tawar kepada pengantin atau yang ditepuk tawari dengan mengambil sejumput inai lalu dioleskan di telapak tangan kanan dan kiri.
- Penepuk tepung tawar mengatur sembah dengan mengangkat tangan.
- Setelah semua orang yang ditunjuk sebagai penepuk tepung tawar selesai, acara ditutup dengan doa. Jumlah penepuk tepuk tepung tawar adalah bilangan ganjil, dimulai dari 3, 5, 7, 9 dan 13.
Makna dari Tradisi Tepung Tawar ini adalah permohonan agar diberikan kemajuan, kemuliaan, kesejahteraan, kebersihan hati, kesuburan, kesabaran, kerukunan, kekayaan dan pembuang sial. Selain itu, kegiatan ini juga dimanfaatkan sebagai ajang silaturahmi dengan keluarga besar dan mempererat persaudaraan dengan para tetangga.
Penulis: Muhamad Reza Raihan | Editor: Rahel Azzahra