Artikel

TAMBAK UDANG: POTENSI EKONOMI DAN TANTANGAN LINGKUNGAN

IPB DIGITANI - TANI DAN NELAYAN CENTER IPB UNIVERSITY - TAMBAK UDANG: POTENSI EKONOMI DAN TANTANGAN LINGKUNGAN
Artikel / Budidaya Perikanan / Perikanan

TAMBAK UDANG: POTENSI EKONOMI DAN TANTANGAN LINGKUNGAN

Tambak udang merupakan salah satu bentuk budidaya perikanan yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan berperan penting dalam menopang sektor perikanan di Indonesia. Sebagai negara kepulauan dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia, Indonesia memiliki potensi besar dalam pengembangan tambak udang, terutama jenis udang vaname (Litopenaeus vannamei) dan udang windu (Penaeus monodon).

Potensi Ekonomi Tambak Udang

Industri tambak udang menyumbang devisa negara yang signifikan melalui ekspor, terutama ke negara-negara seperti Amerika Serikat, Jepang, dan negara-negara Eropa. Udang vaname, karena tingkat produktivitasnya yang tinggi dan ketahanan terhadap penyakit, menjadi primadona di kalangan pembudidaya.

Tambak skala kecil hingga besar tersebar di berbagai wilayah pesisir, seperti Lampung, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, dan Nusa Tenggara. Usaha ini juga mampu membuka lapangan kerja, baik langsung di sektor budidaya maupun tidak langsung di sektor pendukung seperti pengolahan, distribusi pakan, hingga ekspor.

Teknologi dan Inovasi dalam Budidaya

Dalam beberapa tahun terakhir, praktik budidaya udang telah berkembang pesat dengan adopsi teknologi intensif seperti bioflok, sistem resirkulasi air (RAS), dan penggunaan probiotik untuk menjaga kualitas air dan kesehatan udang. Selain itu, digitalisasi mulai diterapkan dengan penggunaan aplikasi monitoring untuk mengukur kualitas air secara real-time.

Tantangan Lingkungan

Meski memberikan dampak ekonomi positif, tambak udang juga memiliki sejumlah tantangan lingkungan. Konversi lahan mangrove menjadi tambak telah menyebabkan kerusakan ekosistem pesisir yang penting sebagai habitat alami dan pelindung pantai. Selain itu, limbah organik dari tambak yang tidak dikelola dengan baik dapat mencemari perairan sekitar dan memicu ledakan populasi alga (eutrofikasi).

Penyakit udang, seperti white spot syndrome (WSSV), juga menjadi ancaman serius. Hal ini sering kali disebabkan oleh buruknya manajemen tambak dan penurunan kualitas lingkungan.

Menuju Tambak Udang Berkelanjutan

Untuk memastikan keberlanjutan industri ini, pendekatan ekosistem harus menjadi acuan. Rehabilitasi mangrove, penerapan good aquaculture practices (GAP), serta sertifikasi budidaya berkelanjutan (seperti ASC dan BAP) dapat menjadi solusi. Pemerintah dan pelaku usaha perlu bersinergi dalam membangun tambak yang ramah lingkungan dan berdaya saing tinggi.

Selain itu, pelibatan masyarakat lokal, khususnya perempuan dan generasi muda, dalam pengelolaan tambak dapat memperkuat aspek sosial dan meningkatkan kesejahteraan komunitas pesisir.

Tambak udang merupakan peluang besar bagi pembangunan ekonomi maritim Indonesia. Namun, tanpa pengelolaan yang bijak dan berkelanjutan, potensi ini bisa berubah menjadi bumerang bagi lingkungan. Dengan pendekatan yang holistik, tambak udang dapat menjadi contoh nyata bagaimana ekonomi dan ekologi dapat berjalan seiring.

Penulis: Rahel Azzahra | Editor: Rahel Azzahra

Tanya Pakar

powered by Advanced iFrame. Get the Pro version on CodeCanyon.