Artikel

STRATEGI EFEKTIF MENGENDALIKAN HAMA ULAT GRAYAK PADA TANAMAN TALAS

Strategi Efektif Mengendalikan Hama Ulat Grayak Pada Tanaman Talas - IPB Digitani - Tani dan Nelayan Center IPB University - Pertanian Indonesia
Artikel / Hama dan Penyakit Tanaman / Pertanian

STRATEGI EFEKTIF MENGENDALIKAN HAMA ULAT GRAYAK PADA TANAMAN TALAS

Talas, salah satu jenis tanaman umbi-umbian dengan nilai ekonomi tinggi di Indonesia, dibudidayakan di berbagai daerah, termasuk di Bogor, Jawa Barat.

Menurut penelitian Khoeriyah, et al. (2022), tanaman talas mampu tumbuh dan berkembang pada dataran rendah 250 hingga ketinggian 700 meter di atas permukaan laut (mdpl) dengan curah hujan yang mencukupi. Meskipun demikian, seperti tanaman lainnya, talas rentan terhadap serangan hama dan penyakit.

Salah satu hama yang sering mengancam tanaman talas adalah ulat grayak, yang dapat menyebabkan kerusakan serius jika tidak ditangani dengan tepat. Ulat grayak bersifat polifagus dan berpotensi menjadi hama utama pada tanaman pangan dan hortikultura.

Ulat grayak, atau yang dikenal dengan spodoptera sp., merupakan serangga yang tersebar di Oseania, Asia Selatan, hingga Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Serangga ini memiliki lebih dari 40 famili tumbuhan sebagai inang dan dapat menyerang pada setiap fase pertumbuhan tanaman inangnya (Sutriono dan Zahar, 2022).

Ulat grayak merupakan salah satu hama invasif yang dianggap berbahaya karena siklus hidupnya yang pendek dan mampu menghasilkan 900 hingga 1.200 telur selama siklus hidupnya. Populasi ulat ini dapat mengancam beberapa jenis tanaman budidaya di daerah tropis (Subiono, 2020).

Ulat grayak termasuk dalam kategori hama dengan metamorfosis sempurna, di mana siklus hidup spodoptera sp. dimulai dari telur hingga mencapai tahap imago. Fase yang paling berperan sebagai hama adalah fase larva.

Penelitian yang dilakukan oleh Subiono (2020) menemukan ciri khas pada kepala ulat grayak, yaitu berupa huruf Y terbalik dan empat titik pada abdomen ruas ke-8. Keberadaan dan populasi hama ini, seperti yang diungkapkan oleh Lubis, et al. (2020), dipengaruhi oleh ketinggian tempat. Hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa pada ketinggian sekitar 700 hingga 850 mdpl, populasi ulat grayak ditemukan lebih banyak dibandingkan dengan ketinggian di atas 850 mdpl.

Ulat grayak, sebagai hama, mudah dikenali dengan adanya daun yang berlubang dan rusak akibat aktivitas makannya, serta dengan adanya feses larva yang tertinggal di tanaman. Hama ini umumnya menyerang bagian daun dan batang tanaman talas.

Larva ulat grayak memiliki kemampuan untuk memakan daun dan menyerang hampir semua bagian tanaman (Bragard, et al., 2019). Serangan dari hama ini menyebabkan daun menjadi berlubang secara tidak beraturan, yang dapat menghambat proses fotosintesis tanaman. Jika tidak segera ditangani, serangan ulat grayak dapat menyebabkan penurunan produksi talas.

Serangan ulat grayak pada tanaman talas dapat dikendalikan melalui berbagai metode. Beberapa upaya pengendalian telah banyak diteliti, termasuk pemanfaatan musuh alami, pestisida nabati, dan mikroorganisme. Namun, pemanfaatannya masih belum optimal karena kurang efektif dalam mematikan ulat grayak dengan cepat dan memerlukan waktu yang tidak efisien.

Umumnya, petani cenderung menggunakan pestisida sintetik untuk mengendalikan ulat grayak. Penggunaan pestisida secara terus-menerus dapat menyebabkan ulat grayak menjadi kebal terhadap pengendalian dan berpotensi menyebabkan ledakan populasi hama serta munculnya hama sekunder (Firmansyah dan Isnaeni, 2020). Selain itu, serangan ulat grayak dapat dicegah melalui praktik-praktik seperti menjaga kebersihan lahan budi daya, melakukan rotasi tanaman, dan memilih bibit talas yang sehat serta bebas dari hama dan penyakit.

Mengenali ciri-ciri hama ulat grayak dan memahami cara mengendalikannya menjadi hal penting bagi petani. Diharapkan penanganan dan pengendalian ulat grayak yang efektif dapat meningkatkan serta mengoptimalkan hasil pertanian talas di Bogor, Jawa Barat.

Tim Penulis: Catur Anggraini ; Devi Sukmaguphyta ; Muhammad Rizky Alfianto ; Muhammad Sultan Zalfa Al Fahd ; Ratu Salsabila Atrakusuma ; Sapta Hermawan | Editor: Nurma Wibi Earthany

Tanya Pakar

powered by Advanced iFrame. Get the Pro version on CodeCanyon.

X