SMART FARMING DENGAN CONTROLLED ENVIRONMENT AGRICULTURE (CEA) SEBAGAI SOLUSI DARI PERMASALAHAN IKLIM DI PERTANIAN
SMART FARMING DENGAN CONTROLLED ENVIRONMENT AGRICULTURE (CEA) SEBAGAI SOLUSI DARI PERMASALAHAN IKLIM DI PERTANIAN
Saat ini, pertanian modern atau biasa dikenal dengan istilah smart farming sudah mulai sering didengar. Smart farming sendiri merupakan sebuah kegiatan pertanian yang menggunakan teknologi sebagai instrumen pendukungnya. Dengan adanya teknologi yang semakin canggih saat ini, bukan tidak mungkin lagi permasalahan pertanian, khususnya di Indonesia, bisa terselesaikan.
Permasalahan iklim, keterbatasan lahan, ketergantungan cahaya matahari, dan letak geografis Indonesia merupakan permasalahan yang ada pada pertanian konvensional saat ini. Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa perubahan iklim dunia saat ini memiliki dampak di berbagai sektor, salah satunya adalah sektor pertanian. Perlu adanya solusi untuk menangani permasalahan ini demi menjaga ketersediaan komoditas pertanian bagi masyarakat.
Salah satu terobosan baru yang mengusung konsep smart farming adalah CEA (Controlled Environment Agriculture). Sistem CEA sendiri merupakan sebuah konsep pertanian tertutup dengan membuat lingkungan sendiri bagi tanaman agar tetap hidup. Dengan sistem ini, segala komponen yang dibutuhkan agar tanaman hidup bisa diatur sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan tanaman.
Pada sistem CEA, tanah yang biasanya digunakan sebagai media tanam bisa diganti dengan busa dan air. Cahaya matahari yang dibutuhkan untuk proses fotosintesis pada tanaman bisa digantikan dengan lampu. Cuaca sekitar tanaman bisa diatur dengan tabung karbon dioksida. Seluruh komponen tersebut dapat dikontrol dan dipantau dengan bantuan aplikasi yang terhubung dengan jaringan internet.
Secara tidak langsung, sistem CEA juga telah menerapkan IoT dalam menjalankan prosesnya. IoT sendiri merupakan proses suatu objek tertentu memiliki kemampuan mentransfer data melalui jaringan tanpa memerlukan adanya interaksi dari manusia ke manusia ataupun dari manusia ke perangkat komputer. Data yang diambil tersebut, didapat dari blockchain (bank data) yang berisi kumpulan data yang saling terhubung satu sama lain.
CEA dapat mengatur dan mengontrol bentuk tanaman, rasa tanaman, tebal daun, ketinggian batang, hingga kepahitan atau kemanisan dari rasa tanaman yang ditanam. Namun, yang perlu diperhatikan dari sistem pertanian CEA adalah listrik dan internet. Pada sistem CEA penggunaan daya listriknya cukup tinggi karena instrumen alatnya yang membutuhkan daya listrik yang banyak.
Tidak ada yang salah dengan pertanian konvensional, ataupun dengan smart farming. Yang salah adalah jika kita membiarkan pertanian di Indonesia terpuruk dan tidak mencarikan solusinya.
Penulis: Alif Zikri Fadhali | Editor: Exciyona Adistika