POTENSI PETERNAKAN KAMBING DAN DOMBA GUNA MENINGKATKAN EKOWISATA DESA JATIMEKAR KABUPATEN PURWAKARTA
POTENSI PETERNAKAN KAMBING DAN DOMBA GUNA MENINGKATKAN EKOWISATA DESA JATIMEKAR KABUPATEN PURWAKARTA
Sektor peternakan menjadi faktor terpenting dalam menyongsong ketahanan pangan untuk mendukung pembangunan berkelanjutan di indonesia, sektor peternakan merupakan salah satu sub sektor yang menjadi motor penggerak pembangunan khususnya di wilayah pedesaan. Ternak Kambing dan Domba merupakan ternak yang banyak dipelihara dan telah dikenal dengan baik oleh masyarakat Indonesia. Kambing dan domba sangat digemari oleh masyarakat untuk diternakkan karena ukuran tubuhnya yang tidak terlalu besar, perawatannya mudah, cepat berkembang biak, jumlah anak perkelahiran sering lebih dari satu ekor, jarak antar kelahiran pendek dan pertumbuhan anaknya cepat. Selain itu, kambing memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap kondisi agroekosistem suatu tempat.
Ternak kambing menjadi salah satu sektor yang sesuai dengan iklim di Negara Indonesia. Lahan hijau yang luas menjadikan potensi untuk usaha ternak kambing sekitar 100 juta ekor atau 10 kali dari jumlah populasi kambing saat ini (Yusdja 2004). Kelebihan yang dimiliki apabila melakukan ternak kambing ditemukan pada potensi ekonomi, bentuk tubuh yang relatif kecil, cepat mencapai kelamin dewasa, mudah cara pemeliharaannya menjadikan usaha ternak kambing sangat mudah untuk dilakukan, tidak membutuhkan lahan yang luas, investasi modal relatif kecil, mudah dipasarkan dan modal usaha cepat berputar (Maesya dan Rusdiana 2018). Pemasaran kambing dan domba sangat terbuka lebar pada negara tetangga seperti Malaysia, Brunei Darussalam, dan Timur Tengah. Peternakan kambing dan domba segera didorong ke arah yang bersifat komersial (Djoko et al. 2004). Populasi ternak ruminansia kecil kambing dan domba di Indonesia mengalami peningkatan sebesar 4,75% per tahun. Perkembangan ini senantiasa didorong oleh Pemerintah dalam upaya tercapainya swasembada pangan. Diperkirakan dalam jangka waktu 10 tahun kedepan, permintaan produk asal daging kambing akan semakin meningkat.
Budaya dan potensi pengembangan peternakan rakyat
Ternak domba dan kambing memiliki peran penting dalam peternakan Indonesia sebagai penghasil daging untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, juga berpotensi untuk memasok pasar ekspor. Ternak domba memiliki peluang pengembangan usaha yang sangat besar karena beberapa potensi pendukung antara lain aspek sosial (memelihara domba sudah menjadi budaya di masyarakat), sumber protein berupa daging yang digemari, relatif mudah dipelihara, dan bersifat prolifik (jumlah anak lebih dari 1 ekor per kelahiran). Akan tetapi sistem pemeliharaan domba dan kambing di Desa Jatimekar masih menerapkan sistem ekstensif yaitu digembalakan sehingga seringkali ternak tersebut dijumpai di depan rumah warga maupun di jalan desa. Masuknya ternak ke pekarangan rumah tangga mengganggu ketertiban dan kenyamanan masyarakat. Cara yang dilakukan masyarakat dalam memelihara hewan ternak berdampak pada masyarakat dan hewan ternaknya. Adanya kambing dan domba yang berkeliaran menyebabkan tanaman masyarakat banyak yang hilang karena dimakan oleh kambing dan domba. Kotoran dari kambing dan domba yang berserakan di jalan mengganggu kenyaman masyarakat dan kebersihan lingkungan sekitar. Sedangkan, dampak pada hewan ternak itu sendiri dapat dilihat pada pakan ternak yang tidak sesuai dengan ketentuan seharusnya.
Sistem pemeliharaan ekstensif atau digembalakan sering kali menyebabkan pertumbuhan ternak tidak optimal dan dapat mengganggu ketertiban masyarakat, penggembalaan ternak seharusnya dilakukan di lahan yang luas dan tersedianya hijauan pakan yang dapat memenuhi kebutuhan hidup pokok dan meningkatkan pertumbuhan ternak. Desa Jatimekar merupakan desa yang berada di Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Provinsi Jawa Barat dengan luas wilayah sebesar 2,417500 km2 yang sebagian besar wilayah tersebut merupakan wilayah perairan waduk jatiluhur. Desa Jatimekar memiliki lahan yang cukup luas sehingga cocok untuk dijadikan lahan penggembalaan ternak dan penyediaan hijauan pakan untuk peningkatan produktivitas ternak, Penerapan peternakan terpadu dan ekowisata merupakan langkah yang tepat guna meningkatkan produktivitas dan ekonomi peternak. Desa Jatimekar memiliki lahan kosong yang cukup luas dan dapat dijadikan sebagai lahan penggembalaan kambing dan domba, kondisi tanah di desa Jatimekar juga cukup subur yang dibuktikan dengan banyaknya rumput liar yang tumbuh dan menjadi pakan ternak. Akan tetapi penggembalaan ternak tanpa lahan hijauan pakan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan ternak tidak dapat meningkatkan produktivitas ternak.
Perencanaan Ekowisata Peternakan
Untuk itu berdasarkan budaya dan potensi Desa Jatimekar pengembangan peternakan domba dan kambing dapat dilakukan beriringan dengan pengembangan wisata Desa Jatimekar, adanya waduk jatiluhur menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan untuk berkunjung ke desa ini. Dengan merancang konsep ekowisata peternakan ini diharapkan dapat menarik lebih banyak lagi wisatawan untuk berkunjung ke Desa Jatimekar. Ekowisata merupakan bentuk perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan dengan tujuan mengkonservasi lingkungan dan melestarikan kehidupan dan kesejahteraan penduduk setempat, ekowisata mempunyai lima prinsip yaitu Konservasi lingkungan, Preservasi budaya, Partisipasi masyarakat lokal, Manfaat ekonomi dan Pemberdayaan kelompok masyarakat. Kelima prinsip tersebut sudah terpenuhi untuk menjadikan Desa Jatimekar ini sebagai kawasan ekowisata dan dikolaborasikan dengan penggembalaan domba dan kambing yang dapat dijadikan sebagai ekowisata sesuai dengan kebiasaan masyarakat yaitu menjadikan ternak domba dan kambing ini sebagai pekerjaan sampingan, perencanaan kawasan ekowisata yang dipadukan dengan pada penggembalaan domba dan kambing akan membantu meningkatkan ekonomi dan juga mengembangkan peternakan tersebut menjadi lebih besar. Perencanaan kawasan ekowisata peternakan ini bertujuan untuk menggerakkan ekonomi masyarakat dan menjaga kondusifitas di lingkungan Desa Jatimekar serta meningkatkan pengunjung ke danau jatiluhur yang menjadi ikon Kabupaten Purwakarta.
Penyediaan padang penggembalaan domba dan kambing
Secara alami padang penggembalaan ternak terdiri dari tanaman dominan yang berupa rumput perennial, sedikit atau tidak ada sama sekali belukar gulma (weed), tidak ada pohon, tidak ada campur tangan manusia terhadap susunan floranya, manusia hanya mengawasi ternak yang digembalakan. Di Desa Jatimekar terdapat banyak lahan penggembalaan alami, akan tetapi lahan yang luas tersebut tidak dapat memberikan hasil yang maksimal untuk pertumbuhan ternak karena sulitnya pengawasan terhadap pakan atau rumput yang dimakan ternak ternak. Dilihat dari nutrisinya tidak dapat meningkatkan pertumbuhan bobot badan ternak karena terdapat banyak antinutrisi, banyak energi yang dihabiskan ternak hanya untuk berjalan dan mencari pakan di padang penggembalaan alami tersebut. Fungsi padang penggembalaan adalah untuk menyediakan bahan makanan bagi hewan yang paling murah, karena hanya membutuhkan tenaga kerja sedikit, sedangkan ternak merenggut sendiri makanannya di padang penggembalaan. Rumput yang ada di dalamnya dapat memperbaiki kesuburan tanah. Hal ini disebabkan pengaruh tanaman rumput pada tanah, rumput yang dimakan oleh ternak dikembalikan ke padang penggembalaan sebagai kotoran yang menyuburkan dan menstabilkan produktivitas dari tanah itu sendiri.
Perencanaan lahan penggembalaan perlu dilakukan untuk menyediakan hijauan pakan yang dapat mencukupi kebutuhan hidup pokok dan pertumbuhan bobot badan ternak, perencanaan lahan padang penggembalaan yang baik mempunyai komposisi botani 50% rumput dan 50% legum. Penerapan manajemen yang baik perlu dilakukan untuk menjaga lahan penggembalaan agar selalu dalam kondisi yang subur karena hijauan pastura membutuhkan periode istirahat untuk tumbuh kembali 16 sampai 36 hari setelah dipotong. Pastura harus digembalai secara rotasi untuk memberi kesempatan bagi hijauan untuk tumbuh kembali, dan juga untuk mencegah infeksi cacing. Untuk pastura alam sebaiknya dibakar secara periodik, karena hal ini dapat memusnahkan rumput yang tidak palatabel dan kering, serta untuk merangsang pertumbuhan tanaman muda yang lebih tinggi nilai gizinya dan lebih disukai ternak.
Optimalisasi lahan di Desa Jatimekar menjadi lahan penggembalaan ternak dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas domba dan kambing dengan membuat perencanaan lahan hijauan pakan serta menerapkan sistem rotasi. Adanya peternakan kambing dan domba di sekitar Waduk Jatiluhur yang menjadi icon Desa Jatimekar dan Kabupaten Purwakarta dapat menjadi daya tarik tambahan bagi masyarakat luar daerah. Hal ini juga berpengaruh pada sektor ekonomi yang dapat meningkat seiring berjalannya wisata tersebut. Terbukanya lapangan pekerjaan baru yang dapat ditemui dari mulai pengelolaan wisata Waduk Jatiluhur dan juga pengelolaan peternakan kambing dan domba. Berjalannya potensi peternakan dan ekowisata Waduk Jatiluhur tidak terlepas dari dukungan dan juga partisipasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, diharapkan masyarakat serta pemerintah daerah dapat ikut serta dalam mewujudkan potensi peternakan dan ekowisata Waduk Jatiluhur guna meningkatkan sektor pariwisata dan perekonomian masyarakat sekitar.
Referensi:
- Desriadi, Yulia A. 1967. Evaluasi Peraturan Bupati Nomor 12 Tahun 2012 Tentang Penertiban Ternak dan Hewan Penular Rabies Di Kabupaten Kuantan Singingi. Fak Ilmu Sos., siap terbit.
- Djoko, P.,S. B. Basuki dan C. Setianti. 2004. Peran ternak dalam sistem usaha tani di dataran tinggi lahan kering (Kasus Desa Canggal, Kec, Kledung, Kab. Temanggung). BPTP Jawa Tengah. http//litbang.deptan. go.id/jurnal/oc. Diakses 2018.
- Maesya A, Rusdiana S. 2018. Prospek Pengembangan Usaha Ternak Kambing dan Memacu Peningkatan Ekonomi Peternak. Agriekonomika. 7(2):135. doi:10.21107/agriekonomika.v7i2.4459.
- Yusdja, Y. 2004. Prospek Usaha Peternakan Kambing Menuju Tahun 2020. Prosiding Lokakarya Nasional Kambing Potong. Puslitbangnak. Bogor. 21-27.
Penulis: Dodi Wahyudi