Artikel

POTENSI PENGENDALIAN HAMA DENGAN ORGANISME MIRIP CACING

Dheya Cintya Monica - IPB DIGITANI - Tani Nelayan Center IPB University - Potensi Pengendalian Hama Dengan Organisme Mirip Cacing - Nematoda Entomopatogen Juvenil Steinermatidae - Nurma Wibi Earthany (3)
Artikel / Hama dan Penyakit Tanaman / Pertanian

POTENSI PENGENDALIAN HAMA DENGAN ORGANISME MIRIP CACING

Nematoda adalah salah satu patogen (agen penyebab penyakit) serangga yang mampu mematikan serangga dengan cepat. Organisme ini bertubuh lunak dengan penampakan luar yang mirip dengan cacing.

Nematoda yang bersifat parasite terhadap serangga disebut dengan Nematoda Entomopatogen (NEP). NEP yang sering digunakan untuk pengendalian hama adalah dari kelompok Steinernematidae dan Heterorhabditidae. Kedua nematoda tersebut dapat mematikan serangga hama dengan sangat cepat karena dibantu oleh bakteri yang berada di dalam tubuh nematoda.

Bakteri Xenorhabdus adalah bakteri yang bersimbiosis dengan Steinernematidae, sedangkan Photorhabdus luminescens adalah bakteri yang bersimbiosis dengan Heterorhabditidae.

Juvenil Steinermatidae (Foto: University of Florida)

Dikutip dari halaman Institute of Food and Agricultural Sciences, University of Florida, nematoda dapat mematikan inangnya kurang dari 24 jam setelah infeksi. Fase infektif (dapat menginfeksi) dari nematoda adalah juvenile atau sering disebut dengan Dauer Larvae. Dauer larvae bersifat aktif mencari inang, sehingga dapat masuk sendiri ke dalam tubuh inang melalui rongga-rongga tubuh inang ataupun tertelan oleh inang saat inang makan.

Adapun mekanisme umum terjadinya infeksi karena nematoda adalah diawali dengan dauer larvae yang masuk ke dalam tubuh inang. Dauer larvae kemudian membawa bakteri simbionnya ke organ vesicle inang kemudian melepaskan bakteri ke haemolimph (darah serangga). Bakteri yang masuk ke haemolimph akan beredar ke seluruh tubuh mengingat sistem sirkulasi terbuka pada serangga, maka persebaran bakteri akan semakin cepat dan memenuhi haemolimph. Hal tersebut akan menyebabkan sel lisis (pecah) sehingga menyebabkan kerusakan jaringan pada inang dan septicemia.

Septicemia adalah suatu istilah yang mendefinisikan terjadinya “keracunan darah”. Keracunan darah yang terjadi disebabkan karena darah yang terkontaminasi dan dipenuhi oleh bakteri. Inang akan mati setelah septicemia dan nematoda akan keluar dari tubuh inang.

Cara mendapatkan nematoda entomopatogen dapat melalui sediaan komersial di pasaran dengan koleksi serangga terinfeksi. Selain itu, cara lainnya dapat dilakukan dengan teknik “pemancingan” menggunakan sampel tanah atau yang sering disebut dengan “baiting“, karena nematoda adalah organisme yang berasosiasi dengan tanah.

Metode baiting merupakan metode isolasi bakteri secara tidak langsung, dengan memancing patogen yang ada dalam tanah untuk menginfeksi serangga uji yang diletakkan pada tanah tersebut, sehingga dapat diisolasi dari serangga uji yang sudah terinfeksi dan mati. Umpan untuk metode ini dapat menggunakan ulat hongkong. Metode baiting dikenal lebih mudah dan lebih spesifik.

Dilansir dari Direktorat Jendral Perkebunan Kementerian Pertanian, langkah melakukan baiting sampai koleksi nematoda adalah sebagai berikut:

  1. Baiting dapat dilakukan dengan mengoleksi sampel tanah. Hal ini dilakukan fengan harapan mendapatkan Juvenile dari nematoda karena Juvenile entomopatogen nematoda berasosiasi dengan tanah.
  2. Setelah tanah terkumpul, masukkan serangga umpan yang akan digunakan. Kemudian, simpan pada suhu sekitar 25 derajat Celcius dalam keadaan gelap dengan memerhatikan kelembapan dan kegemburan tanah.
  3. Umpan ulat yang mati kemudian dikumpulkan dan dilihat karakteristik warnanya. Jika berwarna kuning kecoklatan berarti terinfeksi Steinernematids. Namun, apabila berwarna kemerahan berarti terinfeksi Heterorhabditids.
  4. Setelah terkumpul, ulat terinfeksi dibilas dengan air aquades dan dipindahkan ke white trap untuk koleksi spesimen nematoda.
  5. Koleksi spesimen nematoda dilakukan pada white trap (Gambar 3(C)). White trap tersusun atas piringan besar berisi cawan petri kecil  yang dilapisi kertas saring.
  6. Ulat yang terinfeksi diletakkan di atas cawan petri kecil, kemudian white trap diisi air setinggi sekitar 0,5 centimeter kemudian ditutup agar tidak terkontaminasi parasit sekunder.
  7. White trap kemudian diinkubasi dalam suhu 25 derajat Celcius. Nematoda akan terpancing keluar dari inangnya dan berenang ke arah air. Air yang berisi nematoda kemudian dapat diidentifikasi lebih lanjut secara mikroskopik (Gambar 3 (D) ).
  8. Cawan petri pada white trap dapat diganti menggunakan mangkok, sedangkan kertas saring dapat diganti dengan tisu yang agak tebal dengan tetap memperhatikan kebersihan alat yang digunakan.
Perbanyakan Nematoda.  (A) Larva Galleria sehat; (B) Larva terinfeksi; (C) White trap; (D) Juvenil nematoda yang berhasil dikoleksi dari white trap (Foto: Advances in Bio-inoculants) 

Keunggulan nematoda sebagai agen hayati pengendali hama melibatkan beberapa faktor, antara lain sebagai berikut.

  1. Kemampuan aktif dalam mencari inang secara mandiri;
  2. Spesifik dalam kisaran inangnya;
  3. Kemampuan untuk mematikan inang dengan cepat, yakni kurang dari 24 jam;
  4. Kemudahan dalam melakukan reproduksi sendiri dengan menggunakan peralatan sederhana;
  5. Aplikasi yang mudah dilakukan pada lahan target melalui metode semprot;
  6. Keamanan terhadap lingkungan dan organisme non-target lainnya. Nematoda entomopatogen memiliki kemampuan untuk menginfeksi berbagai hama seperti penggerek buah kakao (Conopomorpha cramella), uret pada tebu (Lepidiota stigma), Spodoptera litura, Spodoptera exigua, dan ulat tritip (Plutella xylostella) dengan tingkat persentase kematian inang yang mencapai 75 hingga 100 persen.

Penulis: Dheya Cintya Monica | Editor: Nurma Wibi Earthany

Tanya Pakar

powered by Advanced iFrame. Get the Pro version on CodeCanyon.

X