MENGENAL IKAN TIRUSAN: SPESIES BERNILAI TINGGI IDAMAN NELAYAN
MENGENAL IKAN TIRUSAN: SPESIES BERNILAI TINGGI IDAMAN NELAYAN
Ikan tirusan (Otolithoides pama), dikenal juga sebagai ikan tawar di kalangan nelayan Indragiri Hilir, Riau. Tirusan adalah salah satu ikan bernilai tinggi yang kini menjadi target utama nelayan. Harganya yang bisa mencapai puluhan juta rupiah per ekor membuat ikan ini menjadi primadona tangkapan di wilayah pesisir Riau. Dalam beberapa tahun terakhir, permintaan dan nilai ekonomi dari ikan ini semakin meningkat, terutama karena organ gelembung renangnya yang memiliki nilai komersial sangat tinggi.
Ikan tirusan merupakan spesies yang termasuk dalam famili Sciaenidae, yang memiliki sebaran luas mulai dari perairan Pakistan hingga Papua. Menariknya, ikan ini memiliki sifat amphidromous, yakni dapat bertelur di perairan tawar, namun larvanya akan hanyut ke laut sebelum kembali ke perairan tawar untuk dewasa dan memijah lagi. Tirusan lebih sering ditemukan di perairan estuari atau air payau. Wilayah tersebut memang merupakan wilayah pertemuan antara air tawar dan air laut, menjadikannya ikan yang toleran terhadap berbagai tingkat salinitas.
Nelayan di Indragiri Hilir biasa menangkap ikan ini di perairan Mandah, Batang Tumu, dan Igal. Perairan estuari di wilayah ini menjadi habitat penting bagi tirusan, yang sekaligus menjadikan nelayan lokal sangat bergantung pada keberadaan ikan ini untuk meningkatkan pendapatan mereka.
Nilai Ekonomi Tinggi
Salah satu faktor yang menjadikan ikan tirusan sangat bernilai adalah organ gelembung renangnya, atau yang sering disebut limpa. Gelembung renang ini diyakini digunakan dalam industri medis, terutama sebagai bahan dasar pembuatan benang operasi yang dapat diserap tubuh. Di pasar lokal, harga gelembung renang tirusan bisa mencapai belasan hingga puluhan juta rupiah, tergantung pada ukuran dan kualitasnya.
Misalnya, seperti dikutip dari Mongabay, seorang nelayan di Indragiri Hilir pernah menjual seekor ikan tirusan dengan berat delapan kilogram seharga Rp80 juta. Bahkan, harga limpa ikan tirusan bisa mencapai Rp270 juta untuk ukuran tertentu, yang kemudian diekspor ke negara tetangga seperti Singapura.
Tantangan Penangkapan
Meski bernilai tinggi, mendapatkan ikan tirusan bukanlah hal yang mudah. Keberadaan ikan ini semakin langka. Nelayan yang beruntung bisa mendapatkan satu atau dua ekor dalam setahun pun cukup untuk menopang hidup mereka selama beberapa bulan. Seiring dengan harga yang terus meningkat, persaingan antar-nelayan juga semakin ketat. Persaingan terjadi terutama ketika informasi tentang adanya ikan tirusan tersebar di kalangan nelayan.
Untuk menangkap ikan tirusan, nelayan menggunakan jaring berukuran tujuh inci, dengan kapal minimal berkapasitas tiga gross tonnage (GT). Karena lokasi penangkapan cukup jauh dari pesisir, nelayan harus menempuh perjalanan laut hingga dua atau tiga jam menuju perairan yang lebih dalam.
Kurangnya Data dan Regulasi
Meskipun ikan tirusan menjadi komoditas penting bagi nelayan, sayangnya, data resmi mengenai populasi dan perdagangan ikan ini masih sangat minim. Ketiadaan data populasi ikan tirusan membuat nelayan menghadapi risiko penangkapan berlebihan yang dapat mengancam kelestarian spesies ini di masa mendatang.
Ahli menegaskan pentingnya dilakukan pendataan hasil tangkapan dan perlindungan habitat tirusan. Selain itu, diperlukan regulasi yang mengatur pembatasan ukuran dan jumlah tangkapan untuk mencegah eksploitasi berlebihan. Selain itu, sosialisasi ke masyarakat nelayan juga sangat penting agar mereka bisa memahami pentingnya menjaga populasi ikan tirusan untuk keberlanjutan ekonomi jangka panjang.
Penulis: Rahel Azzahra | Editor: Rahel Azzahra