LAWAN ANCAMAN PENYAKIT DARAH PADA PISANG
LAWAN ANCAMAN PENYAKIT DARAH PADA PISANG
Penyakit layu bakteri, atau lebih dikenal sebagai ‘penyakit darah’, merupakan penyakit pada tanaman pisang yang disebabkan oleh bakteri Ralstonia solanacearum, atau yang sering disebut dengan Blood Disease Bacterium (BDB).
Serangan penyakit darah telah meluas ke hampir seluruh wilayah perkebunan pisang di Indonesia. Menurut seorang ahli patologi tumbuhan senior dari Northern Territory Government Australia, Jane Ray, penyakit ini pertama kali ditemukan di sebuah pulau kecil di Sulawesi Selatan pada tahun 1905. Setelah itu, kasus kedua muncul di Sulawesi Barat pada tahun 1907. Namun, keberadaan penyakit ini tidak muncul lagi hingga tahun 1987, ketika serangan penyakit tersebut kembali ditemukan di Jawa Barat.
Selain itu, pada pemaparannya di acara Guest Lecture Series ke-14 yang diselenggarakan oleh Departemen Proteksi Tanaman IPB University, Jane juga menjelaskan hasil penelitiannya terkait BDB pada tanaman pisang yang kini telah menyebar ke berbagai wilayah seperti Sumatera, Jawa, Kalimantan, Bali, Lombok, Sumbawa, hingga Maluku.
Serangan penyakit darah dapat terjadi di semua tahap pertumbuhan pisang, mulai dari masa tunas hingga menjelang panen. Ketika induk tanaman pisang terinfeksi, anakan yang tumbuh juga menunjukkan gejala yang khas, terutama saat berusia 3 sampai 4 bulan. Gejala ini biasanya terlihat sangat jelas, sehingga membuat tanaman pisang sulit bertahan dan berdampak pada hasil panen.
Penyebaran penyakit ini menunjukkan betapa seriusnya ancaman BDB terhadap industri pisang di Indonesia. Oleh karena itu, diperlukan langkah pengendalian yang tepat agar penyakit ini tidak semakin meluas dan merugikan lebih banyak petani.
Cara Mencegah dan Mengendalikan Penyakit Darah
Dilansir dari Cybext Kementerian Pertanian RI, berikut panduan praktis untuk mencegah dan mengendalikan penyakit darah pada tanaman pisang.
1. Gunakan Benih Sehat
Penyakit layu darah pada tanaman pisang dapat dicegah dengan menggunakan benih yang sehat. Benih sehat ini bisa diperoleh dari hasil kultur jaringan atau dari rumpun pisang yang sudah terbukti bebas dari penyakit.
2. Gunakan Peralatan yang Bersih
Peralatan, seperti parang, pisau, atau sabit, yang digunakan untuk memotong atau merawat tanaman pisang harus dibedakan antara tanaman sehat dan tanaman yang terinfeksi. Hal ini penting dilakukan untuk mencegah penularan penyakit melalui peralatan tersebut.
3. Bungkus Tandan Pisang
Bungkus tandan pisang setelah jantung pisang muncul atau menggantung. Hal tersebut bertujuan untuk mencegah serangga vektor atau serangga pengunjung bunga yang dapat menyebarkan bakteri. Setelah buah terbentuk sempurna, potong bagian jantung pisang atau bunga jantan untuk mengurangi risiko penularan penyakit.
4. Eradikasi Tanaman Sakit
Tanaman pisang yang terinfeksi penyakit harus segera dimusnahkan untuk mencegah penyebarannya. Langkah-langkah eradikasi dapat meliputi beberapa hal, seperti menginjeksi atau suntik tanaman yang sakit dengan minyak tanah atau herbisida hingga mati. Setelah itu, kubur tanaman yang mati dan bakar menggunakan sekam padi. Sekam padi dapat bantu menjaga api tetap terkendali sekaligus menghasilkan panas yang cukup untuk membunuh bakteri penyebab penyakit.
5. Tanam Pisang yang Toleran Penyakit
Pisang Kepok dikenal sangat rentan terhadap penyakit darah karena bunganya sering dikunjungi serangga. Gunakan varietas Kepok Tanjung sebagai alternatif agar lebih tahan terhadap serangan penyakit darah. Varietas ini tidak memiliki bunga jantan, sehingga semua bunganya akan menjadi buah. Hal ini dapat mengurangi risiko serangga vektor membawa penyakit.
6. Gunakan Biofumigan pada Media Tanam
Biofumigan merupakan senyawa bersifat volatil yang dapat digunakan untuk mensterilkan atau membersihkan media tanam dengan beberapa langkah berikut:
- Campur tanah, arang sekam, dan kompos tongkol jagung dengan perbandingan 3:1:1 ke dalam polybag berukuran 20 x 25 centimeter dengan berat 6 kilogram setiap polybag.
- Tambahkan biofumigan dari potongan tanaman kubis-kubisan, seperti sawi hijau, kubis, atau kembang kol, sebanyak 375 gram per kilogram media tanam.
- Haluskan potongan tanaman tersebut dengan 100 milliliter air menggunakan blender, lalu tuang ke media tanam.
- Tutup polybag dengan plastik dan lakukan inkubasi selama 14 hari agar proses fumigasi terjadi secara maksimal.
- Setelah dua minggu, tanam bibit pisang di media tersebut, lalu beri pupuk, seperti Urea, NPK, dan KCl, dengan rekomendasi dosis sebanyak 25 persen.
7. Rawat Tanaman Secara Rutin
Siram tanaman pisang setiap hari dan lakukan pemupukan setiap bulan. Gunakan sebanyak 207 kilogram pupuk urea, 138 kilogram NPK, dan 608 kilogram KCl untuk lahan 1 hektar. Kendalikan gulma dan hama secara mekanik tanpa menggunakan bahan kimia.
Penulis: Nurma Wibi Earthany | Editor: Rahel Azzahra