TNC MENYERUKAN SEMUA PIHAK UNTUK MEMULIAKAN PETANI DAN NELAYAN: MEREKA TIDAK BOLEH MATI
TNC MENYERUKAN SEMUA PIHAK UNTUK MEMULIAKAN PETANI DAN NELAYAN: MEREKA TIDAK BOLEH MATI
“Ruang dialog ini menjadi penting untuk terus ditumbuhkan karena petani dan nelayan perlu terus ada untuk menyangga tegaknya bangsa ini. Tahun ini kami mengusung tema petani dan nelayan tidak boleh mati. Jika mereka “mati” maka kita juga akan “mati. Oleh karenanya kami di TNC dan organisasi pendukung, melalui kegiatan ini menyerukan dan mengajak semua pihak menjaga, memerdekakan dan memuliakan petani dan nelayan.”
DIGITANI.IPB.AC.ID, BOGOR – Dalam rangka memperingati Dies Natalis IPB ke 60 dan Hari Tani Nasional tahun 2023, Tani Nelayan Center (TNC) IPB University didukung oleh Gerakan Petani Nusantara dan Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan menyelenggarakan kegiatan Kenduri Tani. Kenduri Tani tahun ini terdiri dari rangkaian kegiatan berupa diskusi terfokus membedah problematika petani dan pertanian padi, kuliah tani yang menghadirkan petani dan nelayan sebagai dosen tamu, rembug tani sarasehan dan nelayan serta gelar budaya tani dan nelayan. Kenduri tani tahun ini mengusung tema “Petani dan Nelayan tidak boleh mati”.
Prof. Dr. Hermanu Triwidodo, kepala TNC mengemukakan bahwa kenduri tani merupakan kegiatan rutin TNC yang diselenggarakan sebagai ruang bertemunya antar petani dan nelayan, ruang berdialognya petani nelayan dengan akademisi dan juga para pihak lainnya. Dengan demikian petani dan nelayan memiliki ruang untuk menyuarakan kebutuhannya, menyampaikan ide gagasannya.
“Ruang dialog ini menjadi penting untuk terus ditumbuhkan karena petani dan nelayan perlu terus ada untuk menyangga tegaknya bangsa ini. Tahun ini kami mengusung tema petani dan nelayan tidak boleh mati. Jika mereka “mati” maka kita juga akan “mati. Oleh karenanya kami di TNC dan organisasi pendukung, melalui kegiatan ini menyerukan dan mengajak semua pihak menjaga, memerdekakan dan memuliakan petani dan nelayan” ujar Prof. Hermanu.
Kegiatan kenduri tani ini diikuti lebih dari 250 perwakilan petani baik yang hadir offline maupun online yang berasal dari provinsi Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, DIY, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bangka Belitung, Riau, Banten, NTB, NTT, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tengah. Pada puncak acara kenduri tani juga mengundang para petani desa lingkar mitra TNC IPB.
Suparjiyem, petani dari Gunung Kidul, peserta kegiatan kenduri tani mengaku bersyukur bisa ikut kegiatan ini karena bisa berkenalan dan bertukar pengalaman dengan petani dari daerah lain. Pengalaman petani dari daerah lain dapat menjadi oleh-oleh yang akan dibawa dan ditularkannya ke petani lain di kelompoknya. Selain itu, dirinya juga merasa senang karena bisa menyampaikan curahan hatinya kepada para dosen dan wakil pemerintah yang hadir pada acara ini.
“Kita sebagai petani jarang bisa menyampaikan keluh kesah secara langsung. Padahal kita berjuang terus di lahan setiap hari dihadapkan pada berbagai persoalan yang ada mulai dari langkanya pupuk, hama penyakit yang makin banyak, sampai harga yang gak menguntungan buat petani. Petani perlu dukungan supaya terus bisa produksi dan memberika makan masyarakat Indonesia” ungkapnya.
Kenduri tani yang dilakukan selama empat hari ini menghasilkan masukan dan rekomendasi yang disusun sendiri oleh petani dan nelayan. Para petani dan nelayan mendiskusikan situasi yang dialami lalu membuat rekomendasi yang didasarkan pada kebutuhan petani nelayan buka kepentigan pihak lain. Rekomendasi tersebut meliputi aspek produksi, distribusi, pemasaran dan kelembagaan. Dengan adanya rekomendasi yang diserahkan ke pihak IPB University, perwakilan pemerintah dan para pihak lainnya, mereka berharap terjadi perubahan pada kesejahteraannya.
Syarif selaku nelayan asal Pebuhanratu, peserta kenduri tani mengemukakan bahwa kehidupan nelayan sama dengan petani masih jauh dari kata baik. Berbagai kendala mereka hadapi mulai dari keterbatasan alat tangkap, dampak perubahan iklim, keterbatasan teknologi, sampai harga jual yang rendah dihadapinya. Oleh karenanya nelayan menginginkan perubahan yang berarti dalam kehidupannya. Jika tidak maka nelayan dan juga petani lama-lama hilang.
“Saat ini kehidupan nelayan juga sama dengan petani masih jauh dari kata sejahtera. Pada siapa kami harus mengadu karena tiap waktu kami merasa tidak ada perubahan. Kalo begini terus saya khawatir tidak ada lagi petani atau nelayan, sebab anak-anak muda tidak ada yang mau lagi. Melihat kehidupan orang tuanya yang miskin mereka tidak mau. Kenduri tani ini kami merasa menjadi kesempatan bagi kami untuk bersuara. Semoga saja ada perubahan ke depannya” terangnya.
Dengan adanya kenduri tani ini para petani dan nelayan saling terhubung dan menyatukan suara dan tekadanya untuk terus berjuang menegakan bangsa, memberi makan rakyatnya. Dengan berkumpulnya para petani dan nelayan Prof. Hermanu berharap, TNC bisa menjadi menyambung keperluannya petani. Menjadi saluran salih terhubungnya petani dan nelayan dengan para peneliti dan akdemisi sehingga lahir kerja kolektif mendorong perbaikan di sector pertanian dan perikanan.
“Dengan semangat hari tani tentu saja kami berharap petani, nelayan dan akademisi bisa berjalan bersama saling menguatkan, salin menguhkan sehingga cita-cita lahirnya petani yang merdeka, berdaulat dan mulia bisa terwujud segera” tutupnya.
Penulis: Ayu Rahayu | Editor: Said Abdullah