INTIP DAMPAK PENCEMARAN TERHADAP POPULASI RAJUNGAN
INTIP DAMPAK PENCEMARAN TERHADAP POPULASI RAJUNGAN
Rajungan (Portunus pelagicus) merupakan salah satu sumber daya laut penting bagi para nelayan di wilayah pesisir Indonesia. Namun, pencemaran perairan semakin menjadi ancaman bagi kelangsungan spesies ini, terutama bagi nelayan yang bergantung pada rajungan sebagai mata pencaharian. Pencemaran perairan pesisir, baik dari limbah industri maupun rumah tangga, memberikan dampak yang serius terhadap ekosistem laut dan populasi rajungan.
Rajungan umumnya hidup di perairan dangkal dengan dasar berlumpur atau berpasir, seperti yang banyak ditemukan di pesisir Tangerang. Habitat ini rentan terhadap pencemaran dari limbah cair dan padat yang dibuang ke laut melalui sungai-sungai atau langsung dari daratan. Limbah rumah tangga dan industri, termasuk bahan kimia beracun, logam berat, dan bahan organik berlebih, dapat mencemari perairan.
Limbah organik seperti fosfat dan nitrat, misalnya, dapat menyebabkan eutrofikasi. Eutrofikasi terjadi ketika kadar nutrien di perairan meningkat secara drastis, mengakibatkan ledakan pertumbuhan alga. Pertumbuhan alga yang berlebihan akan mengurangi kadar oksigen terlarut di dalam air, membuat rajungan sulit bertahan hidup. Rajungan memang membutuhkan lingkungan yang kaya oksigen untuk bernapas dan berkembang biak. Pencemaran ini memaksa rajungan untuk mencari habitat baru yang lebih layak, sehingga populasinya di wilayah tercemar dapat menurun drastis.
Pencemaran yang Menganggu Habitat
Bukan hanya mengurangi kadar oksigen, bahan kimia berbahaya yang ditemukan dalam limbah industri, seperti logam berat dapat mempengaruhi siklus reproduksi rajungan. Paparan bahan kimia ini dapat menghambat perkembangan larva rajungan dan mengurangi jumlah individu yang berhasil mencapai tahap dewasa. Dampak jangka panjangnya adalah penurunan populasi rajungan secara keseluruhan.
Selain itu, polusi mikroplastik juga menjadi ancaman serius bagi rajungan. Mikroplastik, yang berasal dari sampah plastik yang terurai menjadi partikel kecil, dapat termakan oleh rajungan dan memengaruhi sistem pencernaan serta kesehatannya secara umum. Penumpukan mikroplastik dalam tubuh rajungan dapat menyebabkan kematian dan memengaruhi rantai makanan laut yang lebih luas.
Selain pencemaran air, perusakan hutan mangrove juga turut memperburuk kondisi rajungan di wilayah pesisir. Hutan mangrove berfungsi sebagai tempat pemijahan dan perkembangan awal bagi banyak spesies laut, termasuk rajungan. Namun, penggundulan hutan mangrove akibat pembangunan di wilayah pesisir mengurangi area yang aman bagi rajungan untuk berkembang biak, sehingga populasi mereka semakin terancam.
Mangrove yang rusak juga mengurangi perlindungan alami dari erosi dan polusi, sehingga memperparah dampak pencemaran terhadap perairan. Jika ekosistem mangrove terus menurun, rajungan dan spesies laut lainnya akan kehilangan habitat penting yang berdampak langsung pada kelangsungan hidup mereka.
Penurunan Hasil Tangkap Nelayan dan Upaya Mitigasi
Pencemaran perairan tidak hanya berdampak pada ekosistem laut, tetapi juga pada kehidupan nelayan yang bergantung pada hasil tangkapan rajungan. Nelayan di berbagai wilayah pesisir, termasuk di Tangerang, mengeluhkan bahwa hasil tangkapan rajungan mereka telah menurun drastis dalam beberapa tahun terakhir. Kondisi ini disebabkan oleh semakin tercemarnya perairan, yang memaksa rajungan menjauhi wilayah tangkap tradisional.
Sebagai contoh, seperti dikutip dari Mongabay, nelayan di pesisir Tangerang yang sebelumnya dapat menangkap 30 kilogram rajungan per hari kini hanya mampu menangkap sekitar 3-4 kilogram per hari. Hal ini mengakibatkan pendapatan mereka menurun tajam, sementara biaya operasional seperti bahan bakar dan perawatan alat tangkap tetap tinggi. Banyak nelayan yang terpaksa melaut lebih jauh untuk mendapatkan rajungan, sehingga menambah beban biaya dan waktu.
Untuk mengatasi pencemaran dan dampaknya terhadap rajungan, berbagai upaya harus dilakukan oleh semua pihak, termasuk pemerintah, industri, dan masyarakat. Pengelolaan limbah yang lebih baik, baik di tingkat rumah tangga maupun industri, harus segera diterapkan untuk mengurangi masuknya bahan berbahaya ke perairan pesisir. Selain itu, pengawasan ketat terhadap pembuangan limbah industri perlu diperkuat, dengan sanksi yang jelas bagi perusahaan yang melanggar aturan.
Penulis: Rahel Azzahra | Editor: Rahel Azzahra