Artikel

PENGENDALIAN HAMA TIKUS SAWAH

b19ec06bace85b3101eec6440cd9b5b6
Artikel / Hama dan Penyakit Tanaman / Pertanian

PENGENDALIAN HAMA TIKUS SAWAH

Tikus sawah menyerang semua fase tanaman padi. Tikus menyerang padi tidak semata-mata mengonsumsi tanamannya, namun hanya untuk mengurangi pertumbuhan gigi serinya yang selalu tumbuh. Tikus menyerang tanaman padi dengan memotong batang padi secara diagonal. Umumnya, serangan terjadi pada bagian tengah hamparan tanaman padi. Dari jarak dekat, serangan tikus mirip dengan serangan keong mas dan orong-orong. Dalam skala hamparan, serangan tikus mirip dengan serangan penggerek batang padi. Perbedaannya adalah tikus biasa menyerang tanaman di bagian tengah lahan dengan menyisakan beberapa baris tanaman pinggir.

Nama umumnya yaitu tikus sawah (Rattus argentiventer), sedangkan dalam bahasa Sunda disebut “beurit“. Tikus sawah berbeda dengan tikus rumah. Tubuh bagian atas tikus sawah berwarna cokelat kekuningan dan bagian bawah berwarna putih keabu-abuan. Panjang kepala sampai badan 13-23 cm dan ekor yang lebih pendek dari panjang tubuhnya.

Tikus betina siap kawin ketika berumur 1-1,5 bulan dan tikus jantan lebih lama yaitu 2-2,5 bulan. Tikus sawah memiliki kemampuan reproduksi yang tinggi. Perkembangbiakan terjadi ketika padi memasuki masa generatif. Masa bunting tikus berlangsung selama 21 hari dan mampu kawin kembali 48 jam setelah melahirkan.

Tikus merupakan hewan omnivora (pemakan segala). Tikus cenderung aktif pada malam hari (nokturnal), dan memiliki tingkatan hierarki. Tikus mempunyai kemampuan mengerat, menggali, berlari, melompat, memanjat, berenang, dan menyelam. Ketika keberadaan pakan di alam semakin menipis, tikus dapat bersifat kanibal. Pada musim bera, hanya tersisa 30% tikus di lahan persawahan, sisanya bermigrasi ke pemukiman maupun gudang pasca panen. Biasanya puncak serangan tikus terjadi pada saat persemaian, rumpun padi sudah rapat, dan saat padi bunting.

 Faktor-faktor yang memengaruhi munculnya hama tikus sawah, yaitu:

  1. Penanaman padi tidak serentak dan terus menerus sepanjang tahun.
  2. Berkurangnya musuh alami di alam, seperti burung hantu dan garangan.
  3. Keberadaan tempat-tempat yang berpotensi menjadi sarang tikus, misalnya tepian irigasi yang tidak terawat, pinggiran rel kereta api, dan sebagainya.

Kunci keberhasilan pengendalian tikus adalah mengurangi populasi di awal musim hingga sekecil mungkin. Cara-cara yang bisa dilakukan untuk mengendalikan hama tikus, yaitu:

  1. Sanitasi lahan, pembabatan semak di sekitar lahan dilakukan untuk mencegah tikus bersarang.
  2. Pengumpanan, pemerangkapan, pengemposan, dan gropyokan paling tepat dilakukan sebelum musim tanam untuk mengurangi populasi awal.
  3. Penanaman serempak serta tidak menanam padi terus menerus untuk memutus ketersediaan makanan.
  4. Penggunaan TBS (Trap Barrier System). TBS harus dikontrol secara rutin agar tinggi muka air tetap berada di atas permukaan tanah. TBS tidak efektif digunakan di daerah-daerah yang kekurangan air.
  5. Musuh alami tikus yang potensial adalah burung hantu (Tyto alba) dan garangan (Herpestes javanicus).
  6. Fumigasi atau pengemposan dilakukan jika serangan telah tinggi.

Penulis: Lisa Bela Fitriani | Editor: Exciyona Adistika

Tanya Pakar

powered by Advanced iFrame. Get the Pro version on CodeCanyon.