CARA KERJA BUBU: ALAT TANGKAP IKAN RAMAH LINGKUNGAN
CARA KERJA BUBU: ALAT TANGKAP IKAN RAMAH LINGKUNGAN
Bubu adalah alat tradisional untuk menangkap ikan yang terbuat dari saga atau bambu yang dianyam. Bambu tersebut kemudian dipasang dalam air pada kedalaman tertentu. Bentuk bubu dirancang sedemikian rupa sehingga ikan dapat masuk ke dalamnya tetapi sulit untuk keluar lagi. Meskipun tampaknya sederhana, bubu memiliki sejarah panjang, disebutkan bahwa bubu sudah digunakan sejak sekitar tahun 1940.
Salah satu keunggulan utama bubu adalah kemampuannya untuk tidak merusak lingkungan. Alat ini memastikan sumber daya ikan tetap seimbang, karena masyarakat pedesaan yang menggunakan bubu biasanya akan melepaskan ikan-ikan berukuran kecil. Dengan cara ini, populasi ikan dapat terus berkembang tanpa gangguan.
Cara penggunaan bubu
Bubu bersifat pasif, sering disebut sebagai jebakan (traps) atau penghadang (guiding barriers). Alat ini memiliki bentuk kurungan seperti ruangan tertutup. Cara kerja bubu adalah dengan menjebak penglihatan ikan sehingga ikan yang terperangkap tidak dapat keluar. Secara tradisional, bubu memiliki bentuk silinder dengan panjang sekitar 1,5 meter dan diameter 30 sentimeter. Bubu biasanya digunakan di perairan tawar seperti sawah dan sungai-sungai kecil, meskipun tidak jarang juga digunakan di perairan laut.
Penggunaan bubu cukup sederhana. Alat ini hanya perlu diletakkan pada jalur strategis yang sering dilalui ikan, kemudian didiamkan selama satu malam atau satu hari. Keesokan harinya, masyarakat yang memasang bubu kembali untuk mengangkat alat tersebut. Biasanya, bubu sudah berisi sejumlah ikan yang terperangkap.
Keberlanjutan dan dampak lingkungan
Penangkapan ikan di perairan tawar, payau, atau laut sudah dilakukan oleh masyarakat Indonesia sejak lama, baik untuk kebutuhan pangan sehari-hari maupun sebagai mata pencaharian. Namun, di era modern ini, aktivitas penangkapan ikan sering dilaporkan menimbulkan dampak negatif. Metode penangkapan yang tidak ramah lingkungan dapat mengancam jumlah ikan yang tersedia di alam dan merusak lingkungan bawah air, termasuk kerusakan terumbu karang.
Sejauh ini, ada tiga jenis alat tangkap ikan yang dilarang penggunaannya oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan, yaitu pukat tarik (seine nets), pukat hela (trawls), dan perangkap ikan peloncat. Alat-alat ini dianggap merusak lingkungan dan mengancam keberlanjutan sumber daya ikan. Namun, di tengah larangan ini, ada beberapa metode penangkapan ikan yang lebih ramah lingkungan, salah satunya adalah dengan menggunakan bubu.
Bubu adalah alat tangkap ikan tradisional yang ramah lingkungan dan efektif. Dengan desain yang sederhana namun efisien, bubu mampu menjebak ikan tanpa merusak lingkungan sekitar. Cara kerja bubu memungkinkan masyarakat untuk menangkap ikan dengan cara yang berkelanjutan, menjaga keseimbangan ekosistem perairan, dan memastikan ketersediaan ikan untuk masa depan. Dalam era modern yang semakin sadar akan pentingnya keberlanjutan, bubu adalah contoh sempurna bagaimana tradisi lama dapat terus relevan dan berkontribusi positif bagi lingkungan.
Penulis: Tomi | Editor: Rahel Azzahra