BUAH TANGAN WAJIB SAAT BERKUNJUNG KE BAJAWA
Indonesia bagian timur tidak pernah mengecewakan bagi para pelancong. Pemandangannya yang indah, budaya yang masih terjaga, serta masyarakat yang ramah, membuat setiap orang ingin datang kembali.
Sobat Tani tentu sudah tidak asing lagi dengan Kota Bajawa, kota kecil yang berada di Pulau Flores, lebih tepatnya Ibu Kota Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur.
Kalau mendengar kata Bajawa, sudah dapat dipastikan yang muncul dibenak kita adalah kopi Bajawa. Tak heran, kopi Bajawa sudah melanglang buana hingga ke pelosok negeri, bahkan menjadi primadona di pasar Internasional.
Di dataran tinggi Bajawa, tanaman kopi tumbuh secara organik pada ketinggian 1200-1400 mdpl, sehingga tercipta rasa kopi yang khas, tentunya sangat berbeda dengan kopi di daerah lain.
Kopi Bajawa memiliki tingkat keasaman yang rendah dengan cita rasa yang mirip rasa apel serta sedikit aroma cokelat. Meneguk kopi Bajawa meninggalkan rasa yang cukup lama di mulut. Tenang, tidak selama melupakan kenangan bersama mantan kok, hehehe.
Saat ini, industri kopi di Bajawa sudah mulai berkembang pesat. Petani kopi sudah mulai memproduksi kopi dengan perawatan kebun dan standar pengolahan yang baik, sehingga mampu meningkatkan nilai tambah. Sebagai salah satu contoh Unit Pengolahan Hasil (UPH) Papa Wiu di Desa Manguleva telah tersertifikasi organik. Papa Wiu menangani aspek budi daya hingga panen buah ceri. Sementara, pengolahan pascapanen bermitra dengan Unit Berdikari.
Teknologi yang kurang memadai menjadi faktor penghambat dalam produksi kopi. Kebutuhan kopi yang cukup tinggi tidak mampu terpenuhi disebabkan tanaman kopi hanya berbuah pada bulan Juni hingga Agustus. Sementara, penyimpanan ketika musim panen raya kurang memadai.
Transformasi inovasi masih sangat diperlukan, sangat terbuka lebar peluang kemitraan untuk mengembangkan produksi kopi Bajawa.
Penulis: Lisa Bela Fitriani | Editor: Exciyona Adistika