BUAH BINTARO: BIOPESTISIDA RAMAH LINGKUNGAN UNTUK MENCEGAH SERANGAN TIKUS DI SAWAH
BUAH BINTARO: BIOPESTISIDA RAMAH LINGKUNGAN UNTUK MENCEGAH SERANGAN TIKUS DI SAWAH
Spesies tikus sawah sering ditemukan pada tanaman padi, dan keberadaannya dapat menghambat pertumbuhan serta perkembangan tanaman tersebut. Tikus-tikus ini aktif mengunjungi persawahan sepanjang waktu, terutama pada malam hari, mulai dari fase persemaian hingga saat padi siap panen.
Tanaman padi (Oryza sativa) memiliki peran penting sebagai sumber utama pangan, terutama di berbagai negara di Asia. Pada tahap pertumbuhan awal, tikus cenderung menyerang batang dan daun tanaman padi, sementara pada masa reproduksi, fokusnya beralih pada butiran gabah.
Tikus sawah termasuk dalam kategori hama organisme pengganggu tanaman (OPT) yang perlu dikendalikan, karena kehadirannya dapat mengakibatkan penurunan hasil panen bagi para petani. Ancaman tikus bukan hanya terbatas pada tanaman padi, melainkan juga dapat merugikan tanaman lain seperti jagung, ubi jalar, ubi kayu, kacang tanah, dan kedelai.
Petani memerlukan solusi yang aman bagi lingkungan untuk mengatasi masalah hama tikus yang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan tanaman padi, seperti penggunaan biopestisida ramah lingkungan. Biopestisida merupakan formulasi alami sebagai agen pengendali hama, yang bahan-bahan aktifnya berasal dari sumber alam, seperti ekstrak tanaman tertentu.
Keunggulan biopestisida terletak pada ketiadaan bahan kimia sintetis, yang dapat membahayakan keamanan konsumsi pangan hasil pertanian. Penggunaan biopestisida dapat menjadi solusi yang efektif, ekonomis, dan aman bagi keselamatan lingkungan (ekosistem) dalam upaya pemberantasan hama tikus.
Bintaro (Cerbera manghas) merupakan tanaman yang potensial digunakan sebagai bahan dasar pembuatan biopestisida ramah lingkungan. Meskipun buah bintaro memiliki sifat repellent (mengusir) dan toksik (beracun), sebagian masyarakat enggan memanfaatkannya karena kesadaran akan kandungan racun pada buah ini.
Buah bintaro seringkali ditemukan di pinggir jalan karena secara alami, saat matang, buah ini jatuh dari pohonnya, menciptakan pemandangan tidak bersih dan kurang estetis di sekitar jalan. Petugas kebersihan kemudian membuangnya bersama sampah lain ke tempat akhir penampungan sampah.
Namun, buah bintaro memiliki potensi yang dapat dimanfaatkan untuk mencegah hama tikus. Bahan aktif dalam buah bintaro, yaitu racun cerberin, terbukti efektif dalam menghambat perkembangan hama tikus. Meskipun begitu, penggunaan buah bintaro atau produk turunannya relatif aman bagi tanah jika diterapkan dengan tepat.
Perlu memperhatikan aspek keamanan penggunaan buah bintaro atau produk turunannya sebagai biopestisida, termasuk dosis yang digunakan, metode aplikasi, dan dampaknya pada lingkungan pertanian secara keseluruhan.
Proses pembuatan biopestisida dari buah bintaro dapat diikuti dengan langkah-langkah sederhana berikut:
- Pisahkan buah bintaro dari kulit dan dagingnya, kemudian potong buah menjadi bagian kecil.
- Giling kulit dan daging buah bintaro hingga halus menggunakan blender.
- Rendam buah bintaro yang telah dihaluskan dalam air sebanyak 5 liter selama 2 hari.
- Saring air rendaman buah bintaro dengan menggunakan saringan, lalu pindahkan ke dalam botol semprot.
- Semprotkan biopestisida ke tanaman padi sebanyak 2 sampai 3 kali seminggu. Dosis aplikasi yang dianjurkan adalah sekitar 250 milliliter per tangki semprot.
Menyadari tantangan yang terkait dengan tanaman padi adalah suatu keharusan, melibatkan aspek-aspek seperti pengelolaan air yang efisien, penggunaan pestisida secara bijaksana, dan upaya untuk meningkatkan ketahanan padi terhadap perubahan iklim. Untuk mencapai ketahanan pangan secara global, penting untuk terus mengembangkan praktik pertanian yang berkelanjutan dan berinovasi dalam budidaya padi.
Tim Penulis: Afifatul Millah ; Grandis Mareta Hida ; Hanna Arinda Shafa ; Rizkian Daffa Ilhami ; Sindriana Regita Pramesti ; Tita Amalya | Editor: Nurma Wibi Earthany