Artikel

ANCAMAN TERSEMBUNYI: KERACUNAN BESI DI LAHAN SAWAH PASANG SURUT

ANCAMAN TERSEMBUNYI KERACUNAN BESI DI LAHAN SAWAH PASANG SURUT - IPB DIGITANI - TANI DAN NELAYAN CENTER IPB UNIVERSITY
Artikel / Hama dan Penyakit Tanaman / Pertanian

ANCAMAN TERSEMBUNYI: KERACUNAN BESI DI LAHAN SAWAH PASANG SURUT

Persawahan pasang surut merupakan lingkungan yang unik dan penting dalam konteks pertanian pesisir. Keanekaragaman hayati dan produktivitas lahan ini telah menarik perhatian petani selama bertahun-tahun. Namun, terdapat ancaman tersembunyi yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman padi di lahan ini.

Lahan pasang surut memiliki potensi yang besar untuk pengembangan pertanian di masa yang akan datang di luar Jawa, mengingat terjadinya alih fungsi lahan di Jawa untuk pemukiman, industri, perumahan, dan jalan. Lahan rawa pasang surut memiliki potensi untuk pengembangan tanaman padi, didukung oleh ketersediaan lahan yang sangat luas dan teknologi budi daya yang sudah tersedia.

Salah satu tantangan utama dalam budi daya padi di lahan ini adalah keracunan besi atau toksisitas besi. Studi yang dimuat dalam Jurnal Suluh Tani (2023) oleh peneliti Susilawati dan Nursyamsi menyebutkan bahwa tanaman padi cenderung menyerap besi lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman lainnya, membuatnya rentan terhadap keracunan besi.

Keracunan besi pada tanaman padi sawah terkait dengan kelebihan ion besi bermuatan +2 (Fe²⁺) dalam tanah, salinitas, drainase jelek, defisiensi fosfor (P) dan seng (Zn), basa-basa rendah, pH rendah, keracunan gas hidrogen sulfida (H₂S), kurangnya oksigen pada tanah, serta kondisi fisiologis tanaman.

Menurut Journal Plant and Soil, penyebab utama keracunan besi melibatkan konsentrasi tinggi Fe²⁺ dalam tanah akibat kondisi reduksi, pH tanah rendah, status hara tanaman rendah dan tidak seimbang, daya oksidasi akar yang lemah, dan pemberian bahan organik yang sulit terdekomposisi.

Keracunan besi dapat berdampak pada pertumbuhan tanaman padi dan ekosistem persawahan secara keseluruhan. Dalam konteks global, keracunan besi telah menjadi faktor penentu kualitas hasil pertanian, terutama di China, Asia Tenggara, dan India. Penyerapan besi yang berlebihan oleh tanaman dapat menyebabkan keracunan atau fitotoksisitas.

Studi dalam Jurnal AgroPet (2017) oleh peneliti Mowidu dan Tinggogoy menunjukkan bahwa kadar besi dalam tanaman padi yang masih dapat ditoleransi berada dalam rentang 250 hingga 500 parts per million (ppm), sedangkan di atas 500 ppm tanaman dapat mengalami keracunan besi.

Keracunan besi memiliki dampak signifikan pada produksi padi sawah di daerah tropika. Studi dalam Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan (2018) oleh peneliti Koesrini menyatakan bahwa penurunan hasil akibat keracunan besi berkisar antara 30 hingga 80 persen, tergantung pada ketahanan varietas, intensitas keracunan, dan status kesuburan tanah.

Gejala keracunan besi, yang muncul setelah 1 sampai 2 minggu atau bahkan lebih dari 2 bulan setelah tanam, melibatkan bercak coklat kecil pada bagian bawah daun yang menyebar dari ujung hingga pangkal daun. Dalam kasus parah, daun dapat berwarna coklat ungu. Pengaruh lain dari keracunan besi termasuk pertumbuhan kerdil, sistem perakaran yang kasar, jarang, dan rusak, serta akar yang mati.

Kadar besi yang tinggi dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan tanaman, mengakibatkan penurunan tinggi tanaman, produksi daun yang rendah, dan batang yang lebih pendek. Tanaman yang terkena keracunan besi juga dapat menunjukkan daun kecoklatan atau menguning, bahkan mengalami penurunan hasil panen atau kematian.

Kadar besi yang tinggi tidak hanya berdampak pada produktivitas pertanian, tetapi juga dapat merusak keanekaragaman hayati. Untuk mengatasi masalah keracunan besi dan meningkatkan produktivitas pertanian di persawahan pasang surut, beberapa solusi dapat diterapkan. Upaya pengendalian melibatkan pengelolaan tanah dan air, penggunaan varietas padi yang tahan terhadap konsentrasi besi, ameliorasi, pemupukan, dan pengelolaan tanaman.

Tim Penulis: Elsa Nopiyanti ; Hidayati Nufus ; Michael Sardo Nababan ; Muhammad Hafidz Asshidiq ; Naufal Iqbal ; Rima Melati Aprilia Salim | Editor: Nurma Wibi Earthany

Tanya Pakar

powered by Advanced iFrame. Get the Pro version on CodeCanyon.