ANCAMAN KEPUNAHAN IKAN KARDINAL BANGGAI
ANCAMAN KEPUNAHAN IKAN KARDINAL BANGGAI
Ikan kardinal Banggai merupakan salah satu ikan yang terancam punah. Eksistensinya di alam tidak terbebas dari ancaman yang membuat ikan ini mengalami penurunan populasi dengan angka yang drastis. Ancaman kepunahan ikan kardinal Banggai ini cukup memprihatinkan. Hal ini dikarenakan ikan kardinal Banggai ini, merupakan ikan hias endemik yang menawan dari Sulawesi.
Ikan kardinal banggai merupakan ikan endemik Sulawesi yang sebarannya sangat terbatas.Ikan ini hanya tersebar di perairan Kepulauan Banggai (Sulawesi Tengah) dan Kabupaten Banggai Kepulauan, serta sedikit populasi di ujung barat Kabupaten Kepulauan Sula (Maluku Utara). Di daerahnya, ikan ini dikenal dengan nama Bibisan (Bahasa Banggai) atau Bebese Tayung (Bahasa Bajo).
Baca lebih banyak tentang ikan endemik Sulawesi Tengah
Kepunahan ikan kardinal Banggai ini muncul berdasar dari dua ancaman besar yang dialami. Ancaman pertama adalah ancaman secara langsung yang berdampak langsung terhadap populasi ikan, maupun ancaman tidak langsung yang pada akhirnya juga akan membawa pengaruh negatif bagi kelangsungan populasinya.
Ancaman secara langsung adalah faktor-faktor yang secara langsung mengakibatkan penurunan populasi ikan. Dalam konteks ini, pemangsaan dan keberadaan parasit, virus, dan bakteri menjadi faktor yang mempengaruhinya.
Pemangsaan
Ancaman utama dari keberadaan suatu spesies adalah karena adanya proses pemangsaan. Pemangsaan ikan kardinal Banggai secara alami dilakukan oleh ikan dari famili Scorpaenidae, Labridae, Serranidae dan Cirrhitidae. Spesies ikan lain yang berasal dari famili Scorpaenidae kian mengawasi dan mengikuti induk ikan kardinal Banggai yang sedang mengeram. Anakan yang dilepaskan oleh induk ikan kardinal Banggai langsung ditangkap oleh ikan predator.
Beberapa pemangsa alami utama dari ikan kardinal Banggai antara lain ikan buaya, lion fish, stone fish, ikan kerapu, belut laut, dan ular laut. Pada saat pelepasan, anakan ikan kardinal Banggai langsung mencari perlindungan pada mikrohabitat yang berada di dekatnya, sebagai bentuk insting untuk menghindarkan diri dari pemangsaan, termasuk kanibalisme yang dilakukan oleh ikan dewasa dan anakan yang lebih besar. Selama mengerami telur dalam mulutnya, individu jantan tidak makan, sehingga setelah melepaskan anakan langsung mencari mangsa, salah satu mangsanya adalah anakan yang baru dilepaskan.
Penjelasan di atas menggambarkan ancaman langsung bagi kepunahan ikan kardinal Banggai melalui proses pemangsaan alami yang dilakukan oleh berbagai predator. Pemangsaan terjadi pada setiap tahap kehidupan ikan ini, dari induk yang mengeram hingga anakan yang baru dilepaskan, menyebabkan tingginya angka kematian di antara anakan ikan kardinal Banggai. Ancaman langsung ini mengurangi peluang kelangsungan hidup dan regenerasi populasi ikan kardinal Banggai, mempercepat risiko kepunahan mereka.
Parasit, Virus, dan Bakteri
Ancaman langsung terhadap keberadaan atau kesehatan spesies ikan kardinal Banggai adalah adanya serangan dari parasit, virus, dan bakteri. Beberapa parasit yang ditemukan pada ikan kardinal Banggai termasuk kelompok Nematoda, Isopoda, Trematoda, dan larva Pleucercoida seperti Cestoda. Meski parasit-parasit ini secara alami tidak membahayakan kelangsungan hidup ikan kardinal Banggai, kehadiran mereka tetap menimbulkan stres dan mempengaruhi kondisi kesehatan ikan secara keseluruhan.
Virus yang menyerang ikan kardinal Banggai adalah Megalocytivirus. Virus ini kemungkinan ditransmit melalui biota lain yang hidup dalam satu penampung atau akuarium dengan ikan kardinal Banggai. Infeksi oleh Megalocytivirus dapat menyebabkan penyakit serius yang melemahkan sistem imun ikan, membuat mereka lebih rentan terhadap penyakit lain dan mengurangi kemampuan mereka untuk bertahan hidup dan berkembang biak.
Selain ancaman secara langsung, ikan kardinal Banggai juga mengalami ancaman secara tidak langsung. Ancaman tidak langsung adalah faktor-faktor yang mempengaruhi populasi ikan secara tidak langsung, dalam hal ini habitat dan mikrohabitat, serta pemanenan yang tidak ramah lingkungan menjadi faktor utamanya.
Habitat dan Mikrohabitat
Ancaman tidak langsung yang mengintai ikan kardinal Banggai ini adalah salah satunya karena perubahan iklim yang terjadi. Perubahan iklim turut mempengaruhi ekosistem terumbu karang di laut yang mana terumbu karang ini, merupakan habitat dari ikan kardinal Banggai. Perubahan suhu yang semakin meningkat berdampak pada pemutihan karang. Kerusakan karang disebabkan oleh aktivitas penambangan karang, pengambilan abalone (Haliotis sp.) dan bambu laut dengan cara mengcongkel karang menjadi penyebab kerusakan terumbu karang.
Anakan ikan kardinal Banggai memiliki kemampuan untuk bertahan tergantung dari keberadaan mikrohabitat, terutama anemon dan bulu babi untuk melindungi dari pemangsa. Pemangsa dapat berasal dari biota lain maupun dari ikan kardinal Banggai dewasa. Pola makan masyarakat lokal mengakibatkan eksploitasi anemon dan bulu babi dalam skala besar menyebabkan terjadinya penurunan yang drastis terhadap populasi ikan kardinal Banggai. Selain dikonsumsi, anemon juga dimanfaatkan sebagai salah satu target biota hias untuk akuarium.
Pemanenan Tidak Ramah Lingkungan
Ikan kardinal Banggai terancam oleh berbagai aktivitas masyarakat, antara lain pemanenan secara berlebihan untuk perdagangan (over fishing), penangkapan individu jantan yang sedang mengerami sehingga telur dilepaskan secara paksa sebelum waktunya, pengambilan untuk pakan ikan budi daya, penangkapan dengan alat tangkap tidak ramah lingkungan yang mengakibatkan ikan cacat dan rawan mati, penambangan karang sebagai habitat, pengambilan bulu babi dan anemon sebagai mikrohabitat untuk dikonsumsi.
Berdasar pada jurnal penelitian yang ditulis oleh Ucu, Samliok, dan Dirhamsyah (2023), pemanenan yang menggunakan alat tangkap ataupun metode penangkapan yang berpotensi merusak, seperti penggunaan bahan peledak, sayangnya masih banyak ditemui di wilayah Kepulauan Banggai. Penggunaan bahan peledak dapat menjadi ancaman tidak langsung yang dapat menyebabkan kerusakan terumbu karang dan ekosistem sekitarnya yang menjadi habitat ikan kardinal Banggai. Pemanenan yang tidak ramah lingkungan ini, bukan hanya secara tidak langsung menjadi ancaman, namun dapat secara langsung menjadi ancaman bagi populasi ikan kardinal Banggai. Hal ini disebabkan karena getaran kuat ditimbulkan di dalam air.
Dengan berbagai ancaman yang dihadapi oleh ikan kardinal Banggai, baik ancaman langsung maupun ancaman tidak langsung membuat keberlangsungan spesies ini menjadi semakin terancam. Upaya konservasi yang serius dan berkelanjutan diperlukan untuk melindungi ikan endemik yang menawan ini dari ambang kepunahan. Kesadaran dan partisipasi aktif dari masyarakat, peneliti, dan pemerintah sangat penting untuk memastikan bahwa ikan kardinal Banggai tetap menjadi bagian dari kekayaan biodiversitas Indonesia.
Penulis: Rosita Sandagang | Editor: Rahel Azzahra