INI CARA ATASI DAN CEGAH KEHILANGAN HASIL PASCAPANEN
Kerugian pascapanen menjadi salah satu tantangan besar yang dihadapi sektor pertanian, khususnya di kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Kerugian ini tidak hanya memengaruhi keberlanjutan produksi pangan, tetapi juga memberikan dampak negatif terhadap pendapatan petani dan ketahanan pangan regional.
Menurut laporan Goyal et al. (2023), mengurangi kerugian pascapanen sebesar 40% di Asia Tenggara memiliki potensi yang luar biasa, setara dengan hasil pangan dari 1,8 juta hektar lahan. Oleh karena itu, mengurangi kerugian ini menjadi langkah strategis yang harus segera diambil untuk mendukung pertumbuhan sektor pertanian secara berkelanjutan.
Cara atasi kerugian hasil pascapanen
Adopsi teknologi dan pendekatan inovatif dalam mengatasi kerugian pascapanen harus dilakukan dengan memperhatikan berbagai faktor eksternal, sosial, ekonomi, dan institusional. Empat langkah mendasar berikut dapat diambil oleh pelaku usaha tani sebagai strategi awal:
- Kembangkan dan Validasi Baseline yang Jelas
Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah mengumpulkan data tentang kerugian yang dialami pada setiap tahapan rantai nilai (value chain). Data ini dapat berupa persentase kehilangan pada tahapan seperti panen, pengangkutan, penyimpanan, hingga distribusi. Validasi data dapat dilakukan melalui penelitian lebih lanjut, seperti uji coba lapangan atau kelompok fokus, untuk memahami akar penyebab kerugian serta menguji hipotesis terkait solusi yang dapat diterapkan. - Identifikasi Pola dalam Rantai Nilai dan Tentukan Intervensi
Setelah data dikumpulkan, penting untuk memetakan pola dalam rantai nilai guna mengidentifikasi area dengan inefisiensi terbesar. Contohnya, sekitar 5% jagung hilang selama proses pengeringan karena kerusakan yang disebabkan oleh burung, tikus, serta teknik pengeringan yang tidak tepat. Dengan menentukan titik-titik kritis ini, solusi yang lebih efektif dapat dirancang dan diimplementasikan. - Dukungan Stakeholders di Seluruh Rantai Nilai
Dalam mengatasi kerugian pascapanen, pendekatan ekosistem menjadi kunci keberhasilan. Hal ini melibatkan keterlibatan berbagai pihak, mulai dari petani, penyedia input seperti pupuk dan benih, pengecer, hingga mitra logistik. Dengan memahami tantangan dari sudut pandang masing-masing pemangku kepentingan, solusi yang diusulkan akan lebih relevan dan memiliki peluang keberhasilan yang lebih tinggi. - Mobilisasi Sumber Daya untuk Implementasi
Adopsi teknologi dan investasi di sektor pertanian harus dipercepat di negara-negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Pendidikan memainkan peran penting dalam meyakinkan petani untuk menerima teknologi baru. Instansi pemerintah dan penyedia teknologi dapat menjadi penggerak utama dalam upaya ini. Dengan keberhasilan adopsi, sektor pertanian berpotensi menarik tenaga kerja muda yang lebih inovatif, sehingga memperkuat industri pangan secara keseluruhan.
Mengurangi kerugian pascapanen bukanlah tugas yang mudah, tetapi dengan pendekatan yang tepat, potensi keuntungan yang dihasilkan sangat signifikan. Selain meningkatkan efisiensi produksi, langkah ini juga berkontribusi pada keberlanjutan rantai pasok pangan dan peningkatan kesejahteraan petani.
Penulis: Niky Elfa Amanatillah | Editor: Rahel Azzahra