FENOMENA BIOLUMINESENSI: ALASAN LAUT BISA BERSINAR
FENOMENA BIOLUMINESENSI: ALASAN LAUT BISA BERSINAR
Setiap spesies di muka bumi ini diciptakan dengan keunikan dan keragamannya masing-masing. Setiap keunikan yang dimiliki terkadang bukan hanya sebagai ciri khas saja, tetapi juga memiliki fungsi, bahkan dapat membuat manusia yang baru pertama kali melihatnya terheran-heran. Tak terkecuali pada fenomena bioluminesensi yang terjadi di perairan pantai di Indonesia.
Beberapa tahun lalu tepatnya pada 2019, terdapat sebuah fenomena alam yang terjadi di Pantai Labuhan Jukung, Pesisir Barat, Lampung. Fenomena yang terjadi pada akhir tahun tersebut merupakan fenomena di mana air di sepanjang jalur pantai Pesisir Barat memancarkan sinar berwarna biru menyala. Fenomena yang tidak biasa bagi masyarakat itu cukup membuat heboh dan menarik banyak perhatian.
Bukan hanya di Lampung, fenomena air laut yang menyala biru neon saat malam hari ini juga terdapat di laut Jepara. Terdapat sebuah jurnal penelitian yang dipublikasikan dipublikasikan di Makara Journal of Science yang menjelaskan fenomena ini. Dalam studi tersebut dijelaskan bahwa fenomena yang terjadi merupakan fenomena bioluminesensi yang dihasilkan dari proses pemancaran cahaya pada bakteri Photobacterium phosphoreum yang diisolasi dari cumi laut Jepara.
Apa Itu Bioluminesensi?
Mengutip dari liputan yang dilakukan oleh Kumparan dengan akademisi Ilmu Kelautan Universitas Lampung, Agus Setyawan, dijelaskan bahwa bioluminesensi pada dasarnya adalah fenomena ketika makhluk hidup mengalami reaksi tertentu yang menghasilkan emisi cahaya. Bioluminesensi adalah proses alami saat makhluk hidup menghasilkan cahaya melalui reaksi kimia. Proses ini melibatkan zat kimia bernama luciferin yang mengalami oksidasi atau proses saat molekulnya bereaksi dengan oksigen untuk menghasilkan cahaya. Enzim yang disebut luciferase membantu mempercepat reaksi ini, sehingga cahaya dapat dipancarkan oleh makhluk hidup.
Bioluminesensi biasanya terdapat pada hewan serangga yang dapat memancarkan cahaya, misalnya adalah kunang-kunang dan glow-worm. Pada biota laut, bioluminensi umumnya ditemukan pada plankton atau fitoplankton, dan ubur-ubur, juga pada beberapa jenis ikan, krustasea, bakteri, dan dinoflagellata. Menariknya, sebetulnya lebih dari 700 genera atau kelompok-kelompok spesies di muka bumi, mampu menghasilkan bioluminesensi.
Fungsi Bioluminensi
Makhluk hidup yang tinggal di dasar laut yang gelap menggunakan bioluminesensi untuk berbagai tujuan penting. Salah satu fungsi utamanya adalah menarik perhatian pasangan selama musim kawin. Cahaya yang dipancarkan dari tubuh mereka dapat membantu makhluk hidup tersebut menemukan satu sama lain dalam kegelapan.
Selain itu, bioluminesensi juga digunakan untuk memancing mangsa. Beberapa spesies menghasilkan cahaya yang menarik perhatian mangsa, membuatnya lebih mudah untuk ditangkap. Di sisi lain, cahaya ini dapat berfungsi sebagai alat pertahanan, menjauhkan predator dengan cara menimbulkan kebingungan atau ketidaknyamanan. Bioluminesensi juga membantu dalam komunikasi antar makhluk hidup, memungkinkan mereka untuk saling berinteraksi di lingkungan yang sangat gelap.
Fenomena bioluminesensi tidak hanya menawarkan keindahan alam yang memukau tetapi juga memberikan wawasan mendalam. Keajaiban ini menunjukkan bagaimana makhluk laut menggunakan cahaya untuk berbagai tujuan, mulai dari menarik pasangan hingga memancing mangsa dan melindungi diri dari predator.
Penulis: Rahel Azzahra | Editor: Rahel Azzahra