TINGKATKAN PRODUKTIVITAS UMBI BAWANG MERAH DENGAN TEKNIK TSS (TRUE SHALLOT SEED)
TINGKATKAN PRODUKTIVITAS UMBI BAWANG MERAH DENGAN TEKNIK TSS (TRUE SHALLOT SEED)
Bawang merah termasuk komoditas rempah yang sering dibudidayakan petani karena memiliki harga jual yang tinggi dan permintaan yang relatif stabil. Berdasarkan data Badan Pusat Statistika (BPS) tahun 2021, proyeksi konsumsi bawang merah di Indonesia dari tahun 2017 hingga 2021 mengalami peningkatan sebesar 4,92% per tahun. Namun, dalam melaksanakan usaha tani banyak permasalahan yang dihadapi para petani. Salah satu kendalanya yaitu penurunan produktivitas umbi bawang merah.
Petani Indonesia sering menggunakan umbi hasil panen sebelumnya untuk ditanam kembali. Padahal, umbi bawang merah hasil panen sangat berpotensi membawa virus dan jamur patogen. Virus yang sering menginfeksi bawang merah yaitu Onion Yellow Dwarf Virus (OYDV). Tanaman yang terserang virus ini akan mengerdil, warna daun belang hijau pucat sampai bergaris kekuningan, dan ukuran umbi menyusut.
Jamur patogen yang sering menginfeksi bawang merah yaitu Fusarium oxysporum. Penyakit ini sering menyerang bawang merah terutama pada musim hujan disebabkan kondisi lingkungan yang lembab. Penyakit ini ditandai dengan tanaman menjadi layu, daun menguning, akar dan umbi membusuk.
Teknik TSS (True Shallot Seed) atau budi daya bawang merah dengan biji dapat menjadi solusi dalam meningkatkan produktivitas umbi. Menurut peneliti Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa), budi daya bawang merah menggunakan TSS hasilnya lebih tinggi. Budi daya bawang merah menggunakan benih umbi hanya menghasilkan rata-rata 10 ton/hektar, sementara penggunaan TSS hasilnya sekitar 18-38 ton/hektar.
Produksi benih biji harus ditanam di dataran tinggi berketinggian 900-1400 mdpl dengan suhu lingkungan sekitar 18 derajat. Produksi dengan teknik TSS akan optimal jika dilakukan pada musim kemarau sebab pada musim tersebut serangan penyakit berkurang dan menghindari pembusukan bunga.
Varietas umbi bawang merah yang berpotensi dikembangkan dengan teknik TSS, yaitu Trisula, Bima Brebes, Katumi, dan Sembrani. Produksi benih TSS berlangsung kurang lebih selama 6 bulan. Satu bulan pertama dipergunakan untuk persiapan lahan, dilanjutkan 4 bulan kemudian adalah fase penanaman benih TSS hingga panen dan 1 bulan terakhir untuk processing benih.
Produksi benih akan lebih praktis jika benih biji ditanam langsung di bedengan hingga panen. Sementara, perbanyakan bawang merah untuk konsumsi bisa dilakukan melalui penyemaian terlebih dahulu untuk mendapatkan bibit lalu dipindah ke lapangan.
Budi daya bawang merah menggunakan biji sangat direkomendasikan karena lebih sedikit membawa penyakit dan produktivitas yang dihasilkan lebih tinggi, sehingga akan meningkatkan kesejahteraan petani dan masyarakat.
Penulis: Rahayu Nurzakiah | Editor: Exciyona Adistika