Artikel

CARA PRAKTIS DAN MENGUNTUNGKAN BUDIDAYA BELUT DENGAN MEDIA LUMPUR  

CARA PRAKTIS DAN MENGUNTUNGKAN BUDIDAYA BELUT DENGAN MEDIA LUMPUR  
Artikel / Biota Air Tawar dan Laut / Perikanan

CARA PRAKTIS DAN MENGUNTUNGKAN BUDIDAYA BELUT DENGAN MEDIA LUMPUR  

Loading

Belut merupakan salah satu jenis ikan yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Teksturnya yang lembut dan rasanya yang gurih membuat belut banyak digemari masyarakat. Tak heran, berbagai olahan belut seperti keripik belut dan belut asap kini menjadi favorit di pasaran. Tingginya permintaan inilah yang mendorong banyak orang untuk membudidayakan belut, terutama dengan metode menggunakan lumpur yang dinilai paling mudah dan efisien. 

Secara fisik, belut memiliki tubuh licin tanpa sisik dan mampu bernapas di udara. Hewan ini juga memiliki sifat hermafrodit protogini, yaitu mengalami perubahan jenis kelamin dari betina saat muda menjadi jantan saat tua. Dengan pemahaman dasar ini, peternak dapat lebih mudah mengelola siklus budidaya belut. 

  1. Menentukan Bibit Belut yang Berkualitas

Pemilihan bibit menjadi langkah awal yang sangat penting dalam budidaya belut. Bibit yang baik biasanya memiliki ukuran seragam, fisik tidak cacat, gerakan lincah, dan bebas dari penyakit. Bibit bisa diperoleh dari hasil tangkapan alam maupun hasil budidaya. Untuk proses pembesaran, ukuran bibit ideal adalah 10–12 cm dengan waktu pemeliharaan sekitar 3–4 bulan. 

  1. Mempersiapkan Kolam Pemeliharaan

Budidaya belut dapat dilakukan di kolam permanen maupun semi permanen. Kolam permanen biasanya terbuat dari tembok, tanah, atau sawah, sedangkan kolam semi permanen bisa memanfaatkan drum, terpal, atau kontainer plastik.
Jika menggunakan kolam tembok, buat dengan tinggi sekitar 1–1,25 meter dan lengkapi lubang pembuangan air agar mudah mengganti media tumbuh. Kolam baru sebaiknya dikeringkan beberapa minggu, lalu direndam dengan air yang dicampur daun pisang, pelepah pisang, atau sabut kelapa guna menghilangkan bau semen. 

  1. Membuat Media Hidup yang Ideal untuk Belut

Media tumbuh berfungsi sebagai tempat hidup sekaligus sumber nutrisi alami bagi belut. Komposisinya bisa berupa lumpur sawah, pupuk kandang, kompos, humus, jerami, sekam padi, pelepah pisang, mikroba dekomposer, dan tanaman air. Tidak ada takaran baku untuk bahan-bahan tersebut—peternak bisa menyesuaikan sesuai pengalaman dan kebiasaan masing-masing. 

  1. Menebarkan Bibit ke Kolam

Setelah kolam dan media siap, tahap selanjutnya adalah menebar bibit belut. Untuk bibit berukuran 10–12 cm, kepadatan idealnya sekitar 50–100 ekor per meter persegi. Waktu terbaik untuk menebar bibit adalah pada pagi atau sore hari agar belut tidak stres.
Jika bibit berasal dari alam, lakukan karantina selama 1–2 hari di wadah berisi air mengalir dan beri pakan berupa kocokan telur untuk meningkatkan daya tahan sebelum dipindahkan ke kolam utama. 

  1. Memberikan Pakan Secara Teratur dan Tepat Waktu

Belut termasuk hewan yang aktif di malam hari (nokturnal) dan memiliki nafsu makan tinggi. Karena itu, pemberian pakan sebaiknya dilakukan pada sore atau malam hari. Jumlah pakan bisa disesuaikan dengan berat populasi belut, yaitu 5–20% dari bobot tubuhnya per hari.
Pakan hidup seperti cacing, zooplankton, larva ikan, atau kecebong bisa diberikan setiap tiga hari sekali. Sedangkan pakan mati seperti cincangan bekicot, bangkai ayam, atau pelet dapat diberikan 1–2 kali sehari. 

  1. Waktu dan Ukuran Ideal untuk Panen

Tidak ada waktu pasti kapan belut siap dipanen, karena hal ini bergantung pada permintaan pasar. Pasar lokal umumnya menyukai belut berukuran kecil dengan masa pembesaran 3–4 bulan, sementara pasar ekspor lebih memilih belut berukuran besar yang dipelihara 3–6 bulan. 

Dengan manajemen pemeliharaan yang baik, budidaya belut di media lumpur dapat menjadi peluang usaha menjanjikan. Kunci suksesnya terletak pada pemilihan bibit unggul, pemberian pakan yang tepat, serta perawatan media kolam yang bersih dan sesuai. Dengan kesabaran dan ketekunan, usaha ini bisa menghasilkan keuntungan yang berkelanjutan. 

Penulis: Rahel Azzahra | Editor: Rahel Azzahra 

Tanya Pakar

powered by Advanced iFrame