SIRSAK: SI PELINDUNG TANAMAN YANG RAMAH LINGKUNGAN
SIRSAK: SI PELINDUNG TANAMAN YANG RAMAH LINGKUNGAN
Hama tanaman kerap menjadi kendala serius bagi petani, merugikan dengan merusak hasil panen, menurunkan produktivitas pertanian, dan berdampak pada kesejahteraan para petani.
Dr. Ali Nurmansyah, seorang dosen proteksi tanaman di Institut Pertanian Bogor, menyatakan bahwa serangan hama dan penyakit pada tanaman memiliki dampak yang dirasakan secara langsung dan tidak langsung, termasuk penurunan hasil panen.
Lebih lanjut, laporan Food and Agriculture Organization (FAO) tahun 2021 menyebutkan bahwa serangan penyakit dan hama tanaman telah menyebabkan penurunan produksi tanaman global sekitar 40 persen.
Sebagian petani di Indonesia mengandalkan pestisida kimia untuk mengatasi masalah tersebut karena dianggap memberikan efek yang cepat dan efektif. Namun, disayangkan bahwa para petani mungkin tidak menyadari bahwa penggunaan pestisida kimia secara berkelanjutan dapat memiliki dampak negatif pada lingkungan.
Akumulasi sisa pestisida dari penggunaan yang terus-menerus dapat menyebabkan keracunan pada manusia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa setiap tahun terjadi sekitar 25 juta kasus keracunan pestisida kimia, atau sekitar 68.493 kasus setiap hari.
Mengingat jejak pencemaran dan risiko jangka panjang yang ditinggalkan oleh pestisida kimia, saatnya membuka pintu bagi solusi yang lebih ramah lingkungan.
Biopestisida, jenis pestisida alami yang terbuat dari bahan-bahan organik, telah menjadi pilihan utama dalam dunia pertanian modern. Biopestisida bukan hanya alternatif yang ekonomis, tetapi juga mengurangi beban lingkungan.
Petani tidak hanya melindungi tanaman mereka dari serangan hama dengan beralih ke biopestisida, tetapi juga ikut merawat keberlanjutan lingkungan. Solusi ini tidak hanya mengurangi risiko terhadap keanekaragaman hayati, tetapi juga membantu menjaga keseimbangan alam.
Biopestisida merupakan pestisida yang terbuat dari bahan-bahan alami, seperti tanaman, bakteri, atau fungi, yang digunakan untuk mengendalikan hama tanaman.
Menurut Suhaya dalam artikel berjudul “Pestisida Nabati”, biopestisida memiliki berbagai fungsi ajaib. Biopestisida dapat bertindak sebagai repelan, menjauhkan serangga dengan bau menyengat yang dihasilkan oleh tumbuhan.
Selain itu, mereka berfungsi sebagai antifeedant, menghambat nafsu makan serangga atau menghalangi perkembangan hama. Fungsi atraktan juga ada, yaitu menarik serangga ke suatu tempat sehingga tanaman dapat menjadi perangkap alami melawan hama.
Biopestisida berbeda dari pestisida kimia konvensional, yang seringkali memiliki dampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. Salah satu bahan alami yang dapat dijadikan sebagai biopestisida adalah daun sirsak.
Sirsak (Annona muricata) adalah tanaman tropis yang terkenal dengan buahnya yang lezat dan memiliki sejumlah manfaat kesehatan. Palam eksplorasi dunia tanaman obat, sirsak telah menjadi fokus utama para peneliti.
Tanaman sirsak tidak hanya sekadar tanaman biasa. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Pai dan tim pada tahun 2016, sirsak kaya akan kandungan antioksidan, menjadikannya pilihan utama dalam perawatan kesehatan.
Namun, keunggulan sirsak tidak hanya terbatas pada bidang kesehatan. Daun sirsak memiliki sifat-sifat yang dapat dimanfaatkan dalam pembuatan biopestisida. Dalam dunia pertanian, ekstrak daun sirsak terkenal sebagai senjata ampuh melawan Plutella xylostella, hama utama yang mengancam tanaman kubis.
Studi yang dilakukan oleh Trindade dan tim pada tahun 2016 menunjukkan bahwa ekstrak daun sirsak memiliki aktivitas larvasida yang mampu menghentikan perkembangan hama ini secara efektif. Daun sirsak mengandung senyawa-senyawa alami, seperti acetogenins, alkaloid, dan tanin, yang efektif dalam mengendalikan hama tanaman.
Keberhasilan penggunaan biopestisida dari daun sirsak dapat dilihat dari pengalaman R. Alif Malik dan tim yang berhasil mengubah kebiasaan masyarakat di Tasikmalaya. Secara praktis, biopestisida diterapkan pada tanaman kangkung dan hasilnya dibandingkan dengan tanaman kangkung yang tidak menggunakan pestisida. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kangkung yang disemprot biopestisida menghasilkan lebih banyak daripada kangkung tanpa penggunaan pestisida.
Membuat biopestisida dari daun sirsak relatif sederhana dan dapat dilakukan oleh petani dengan peralatan yang minimal. Pertama, petani perlu mengumpulkan daun sirsak yang segar dan sehat sebanyak 300 gram. Daun yang baik untuk digunakan adalah yang belum terlalu tua atau terlalu muda.
Selanjutnya, daun dipotong kecil-kecil dan diblender sampai halus menggunakan 700 mililiter air. Setelah halus, tambahkan detergen sebanyak 5 gram, kemudian saring hasil blenderan.
Cairan hasil saringan dapat disimpan selama maksimal 2 hari. Jika ingin digunakan, ekstrak daun sirsak dapat ditambahkan air dengan perbandingan 1:9. Semprotkan cairan ini pada tanaman yang ingin dilindungi.
Pemanfaatan daun sirsak sebagai bahan baku biopestisida bukan sekadar langkah dengan segala kelebihan dan manfaatnya, melainkan sebuah terobosan gemilang dalam merawat bumi kita. Dalam upaya melindungi tanaman secara ramah lingkungan dan sehat, biopestisida dari daun sirsak menawarkan solusi terbaik.
Biopestisida ini dapat membantu petani mengendalikan hama tanaman tanpa merusak lingkungan dan kesehatan manusia. Selain itu, pembuatan biopestisida dari daun sirsak juga dapat mengurangi biaya produksi pertanian.
Maka dari itu, penggunaan biopestisida dari daun sirsak dapat menjadi solusi yang menjanjikan dalam pertanian berkelanjutan di masa depan. Hal tersebut menjadi harapan cerah bagi masa depan pertanian kita, di mana daun sirsak membawa harapan dan keberlanjutan dalam satu paket. Manusia harus bersama-sama membangun masa depan yang hijau dan berkelanjutan untuk generasi mendatang.
Tim Penulis: Adinda Pitaloka ; Alfin Dyas Prasetyo ; Dwi Oktavia Ningsih ; Irma Nurmalia ; Jimat Alfian ; Khairunnisa | Editor: Nurma Wibi Earthany