Artikel

CARA MENGATASI VIRUS KUNING PADA CABAI (BAGIAN 3)

gejala virus kuning 1
Artikel / Hama dan Penyakit Tanaman / Pertanian

CARA MENGATASI VIRUS KUNING PADA CABAI (BAGIAN 3)

Pengendalian penyakit kuning virus Gemini dapat dilakukan secara mekanis, kultur teknis, serta biologis sebagai pencegahan (strategi preventif), maupun secara kimiawi yang dilakukan sebagai cara pengendalian terakhir sebagai strategi kuratif. Pengendalian yang dapat dilakukan, yaitu:

Penggunaan benih sehat. Benih yang sehat akan menghasilkan tanaman dengan pertumbuhan yang baik. Tanaman yang sehat memiliki ketahanan yang lebih baik terhadap hama dan penyakit.

Pengelolaan intensif pada pembibitan. Pengelolaan yang baik pada saat pembibitan dapat menghindarkan tanaman terinfeksi virus saat masih bibit. Tempat persemaian disungkup dengan kain kasa atau plastik yang dilubangi untuk menghindari infestasi kutu kebul. Pemilihan tempat persemaian diutamakan yang jauh dari lahan yang sudah terinfestasi penyakit.

Pemasangansticky trap. Pemasangan sticky trap warna kuning terbukti mampu mengurangi populasi kutu kebul. Yellow sticky traps adalah metode umum untuk memantau banyak hama sekaligus juga dapat menjadi metode pengendalian. Penggunaan yellow sticky traps yang dikombinasikan dengan tanaman perangkap mampu menurunkan populasi kutu kebul pada pertanaman cabai hingga 53%.

This image has an empty alt attribute; its file name is sticky-trap.jpg
Pemasangan sticky traps di pertanaman
Sumber: https://www.indiamart.com/proddetail

Penggunaan mulsa reflektif. Pemasangan mulsa plastik yang berwarna reflektif seperti warna perak terbukti dapat mengendalikan kutu kebul sebagai vektor penyakit kuning. Warna yang reflektif pada mulsa dapat memantulkan sinar matahari yang mengganggu serangga vektor. Mulsa juga berfungsi untuk menghalangi gulma tumbuh di pertanaman.

This image has an empty alt attribute; its file name is mulsa-di-pertanaman.png
Penggunaan mulsa plastik di pertanaman
Sumber: © Widodo, Dept Proteksi Tanaman, IPB

Penanaman jagung sebagai tanaman pagar/penghalang. Tanaman jagung dapat digunakan sebagi tanaman pagar untuk mencegah kutu kebul ke pertanaman. Tanaman penghalang (barier) dengan tanaman jagung yang rapat dapat membantu mengurangi migrasi kutu kebul. Tanaman jagung selain bermanfaat sebagai penghalang fisik masuknya kutu kebul ke pertanaman, juga dapat berfungsi sebagai inang bagi serangga predator bagi kutu kebul, seperti kumbang Coccinellidae (Menochilus sexmaculatus Fab.). Dengan adanya tanaman jagung di sekeliling pertanaman dapat melestarikan dan meningkatkan musuh alami yang telah ada dengan memanipulasi lingkungan, sehingga menguntungkan kemampuan bertahan hidupnya. Penanaman jagung dilakukan lebih awal yaitu 3 minggu sebelum tanaman.

Sanitasi gulma. Gulma dapat menjadi inang alternatif virus Gemini, yang dapat menjadi sumber inokulum di pertanaman. Sanitasi lahan dengan menyiangi gulma dilakukan secara teratur sesuai kondisi lahan atau minimal seminggu sekali. Gulma yang terinfeksi virus dikubur di luar pertanaman atau dibakar.

Eradikasi tanaman sakit. Infeksi virus pada tanaman bersifat sistemik, sehingga keseluruhan bagian tanaman sakit dapat menjadi sumber inokulum virus di pertanaman. Tanaman yang menunjukkan gejala segera dicabut dan dimusnahkan supaya tidak menjadi sumber penularan ke tanaman lain yang sehat. Tanaman yang bergejala dimusnahkan dengan cara dibakar atau dikubur di luar pertanaman serta dapat diganti dengan tanaman yang sehat.

Air yang cukup dan pemupukan berimbang. Tanaman akan tumbuh dengan baik jika kebutuhan air dan unsur hara tercukupi. Tanaman akan tumbuh sehat sehingga memiliki ketahanan yang lebih baik terhadap hama dan penyakit.

Rotasi tanaman. Rotasi tanaman dilakukan untuk memutus siklus hidup virus maupun vektornya. Rotasi tanaman dilakukan dengan tanaman bukan inang virus (terutama bukan dari Famili Solanaceae, seperti tomat, cabai, kentang, tembakau). Rotasi tanaman akan lebih berhasil jika dilakukan paling sedikit dalam satu hamparan, tidak perorangan. Rotasi tanaman dilakukan serentak tiap satu musim tanam dengan lahan seluas mungkin. Tanaman yang digunakan untuk rotasi tanaman adalah tanaman di luar famili inang, seperti Famili Poaceae, yaitu padi, jagung dan sorgum.

Pengaturan waktu tanam. Pengaturan waktu tanam dapat dilakukan dengan menanam lebih awal atau menunda waktu tanam. Pengaturan waktu tanam dapat menghindari periode migrasi dan serangan kutu kebul yang lebih besar. Pengaturan waktu tanam juga dapat menghindari waktu tanam yang tidak serempak pada hamparan lahan (tumpang tindihnya waktu tanam) serta mengatur periode tidak adanya tanaman inang kutu kebul. Penanaman dapat dilakukan pada awal musim kemarau dan dilakukan secara serentak pada satu hamparan.

Tumpang sari cabai dengan kubis. Budi daya dengan sistem tumpang sari dapat meningkatkan keberagaman tanaman pada lahan, sehingga lebih ramah secara ekologis. Tumpang sari antara cabai merah dengan kubis dapat menekan populasi B. tabaci hingga sebesar 60,72%.

Penggunaan varietas tahan. Varietas cabai yang tahan terhadap infeksi virus Gemini dapat digunakan untuk mengurangi tingkat kerugian akibat infeksi penyakit ini, seperti varietas IPBC12 dan SSP yang tergolong genotipe agak tahan terhadap PYLCV, serta varietas Hot Chilli yang kurang disukai vektor kutu kebul.

Konservasi musuh alami. Kutu kebul memiliki musuh alami baik predator maupun parasitoid. Predator kutu kebul antara lain Menochilus sp., Micraspis sp., dan Paederus sp., sedangkan parasitoidnya antara lain Polynema sp., Eretmocerus sp., Encarsia sp., Aphelinus sp., dan Aphidius sp. Konservasi dilakukan dengan tidak membunuh musuh alami di pertanaman, sehingga dapat mengendalikan populasi kutu kebul secara alami. Penggunaan pestisida secara berlebihan perlu dihindari untuk menjaga populasi musuh alami di pertanaman. Konservasi juga dapat dilakukan dengan memanipulasi lingkungan, seperti menanam tanaman jagung yang dapat menjadi habitat predator kumbang koksi Menochilus sexmaculatus. Kumbang ini mampu memangsa sebanyak 200-400 ekor kutu kebul per hari.

This image has an empty alt attribute; its file name is menochillus-musuh-alami-kutu-kebul.jpg
Kumbang koksi Menochilus sexmaculatus salah satu musuh alami kutu kebul
Sumber: http://www.keramaislands.asia/nature/menochilus-sexmaculatus

Aplikasi cendawan entomopatogen sebagai biopestisida. Spesies cendawan yang umum digunakan adalah Lecanicillium lecanii, Bauveria bassiana, Paecilomyces fumosoroseus, dan Metarhizium anisopliae. Selain dari produk yang sudah dijual bebas, cendawan entomopatogen mudah didapatkan di pertanaman dengan mengoleksi bangkai serangga yang mati terinfeksi kemudian diperbanyak. Penyemprotan L. Lecani dengan frekuensi aplikasi 3 kali per minggu cukup efektif mengendalikan kutu kebul. Secara umum aplikasi cendawan dapat dilakukan setiap hari, pengendalian lebih efektif dengan frekuensi aplikasi lebih sering dan jumlah lebih banyak.

Penggunaan PGPR. Aplikasi PGPR dapat dilakukan sebagai perlakuan benih, dicampurkan ke dalam tanah untuk pembibitan, atau saat pindah tanam. PGPR mengandung bakteri Pseudomonas fluorescens dan Bacillus sp., dan dapat menekan insidensi penyakit melalui mekanisme induksi ketahanan secara sistemik atau menghasilkan hormon tumbuh.

This image has an empty alt attribute; its file name is entomopatogen-abcd.jpg
Bangkai serangga yang terinfeksi cendawan entomopatogen; a. Lecanicillium lecanii, b. Metarhizium anisopliae, c. Bauveria bassiana, d. Paecilomyces fumosoroseus
Sumber: a. https://www.koppert.com/news/, b. © BA Wilson. Pattemore et al. BMC Genomics, 2014., c. https://alchetron.com/Beauveria-bassiana, d. © Surendra Dara. https://ucanr.edu/blogs/

Penggunaan sabun cair (yang lembut) 1.5 – 2 cc/liter untuk mengendalikan tungau, thrips, kutu daun, kutu kebul. Penggunaan sabun cair juga dapat meningkatkan efektivitas insektisida yang digunakan.

Aplikasi insektisida nabati. Insektisida nabati yang dapat menekan populasi kutu kebul antara lain ekstrak nimba dan ekstrak biji bengkoang. Aplikasi perlu dilakukan secara berkala karena daya bunuh yang lebih rendah dibandingkan insektisida kimia.

Pengendalian dengan bahan kimia sintetik dapat dilakukan dengan aplikasi insektisida untuk menekan populasi vektor. Bahan aktif insektisida yang dapat digunakan pada tanaman cabai, antara lain imidakloprid, tiametoksam, diafentiuron, dinotifuran, pimetrozin, siantraniliprol, klorpirifos, asefat, dan abamektin. Penggunaan insektisida yang berlebihan telah menyebabkan resistensi pada kutu kebul hingga muncul biotipe baru. Penggunaan insektida kimia harus dilakukan dengan dosis yang tepat secara bijaksana untuk mencegah terjadinya resistensi, resurgensi, dan hilangnya musuh alami.

Penulis: Widodo, Hermanu Triwidodo, dan Niky Elfa Amanatillah | Editor: Exciyona Adistika

Tanya Pakar

powered by Advanced iFrame. Get the Pro version on CodeCanyon.