RAGAM TEKNIK PENGENDALIAN TIKUS DI SAWAH
RAGAM TEKNIK PENGENDALIAN TIKUS DI SAWAH
Padi, sebagai salah satu tanaman budidaya terpenting di Indonesia, memiliki peran sentral sebagai sumber makanan pokok masyarakat. Produktivitas padi di sawah rentan terhadap serangan hama, yang dapat memengaruhi kualitas dan kuantitas hasil panen. Oleh karena itu, perlunya tindakan pengendalian hama untuk menjaga kesehatan tanaman padi di lahan pertanian.
Salah satu jenis hama yang sering menyebabkan masalah pada tanaman padi adalah tikus, yang dapat berpotensi merusak hingga menyebabkan gagal panen. Dalam menghadapi ancaman serangan tikus, beberapa teknik pengendalian dapat diterapkan, seperti Trap Barrier System, pengumpanan, sanitasi, gropyokan, dan pengendalian hayati.
Trap Barrier System (TBS)
Sistem perangkap tikus ini menggunakan tanaman umpan dan pagar plastik setinggi 70 centimeter yang mengelilingi petakan sawah (Kanwal et al., 2015). Dikutip dari Litbang Pertanian, teknik ini efektif untuk mengatasi tikus dalam jumlah besar dan terus menerus sepanjang siklus tanam hingga panen, terutama di daerah yang endemik tikus dengan populasi tinggi.
Pengumpanan
Teknik ini melibatkan penggunaan umpan bersamaan dengan perangkap dan pengurangan bahan kimia atau rodentisida. Pemilihan umpan yang efektif memainkan peran kunci dalam menarik tikus ke perangkap, dan penggantian umpan yang tidak efektif menjadi kunci untuk mempertahankan keberhasilan teknik ini (Martina et al., 2018).
Sanitasi
Sanitasi bertujuan untuk mengurangi tempat bersembunyi tikus, dengan fokus pada eliminasi semua aspek fisik yang mendukung tikus untuk berkembang biak. Upaya sanitasi melibatkan penghilangan tempat berlindung tikus, secara tidak langsung membantu menekan populasi tikus di area tersebut. Sanitasi lingkungan adalah upaya dalam pengendalian segala aspek fisik yang dapat menunjang tikus untuk bersembunyi atau menjadi tempat tinggal bagi tikus (Primadani et al., 2020).
Gropyokan
Gropyokan adalah satu cara untuk mengendalikan populasi tikus sawah di pertanaman padi. Metode ini dilakukan dengan cara yang relatif sederhana yakni menggunakan cangkul, alat pemukul, dan jaring. Gropyokan dilakukan dengan mencari lubang tikus yang aktif pada pematang sawah, sekitar saluran irigasi, maupun di tepi sungai. Lubang tikus yang terindikasi masih aktif lalu dibongkar menggunakan cangkul atau dapat juga menggunakan air yang dimasukkan ke dalam lubang tikus, lalu tikus yang hendak lari dihalang dengan jaring kemudian dipukul dengan alat pemukul yang disiapkan (Istiaji, 2020).
Pengendalian Hayati
Teknik ini melibatkan penurunan populasi tikus secara alami melalui aksi atau tekanan dari predator, parasit, antagonis, atau penyakit. Pemangsa tikus dapat berasal dari kelompok burung, mamalia, dan reptilia. Pemangsa dari kelompok burung antara lain Tyto albajavanica (burung hantu putih), Bubo ketupu (burung hantu cokelat), dan Nyctitorac nyctitorac (burung kowak maling). Pemangsa dari kelompok mamalia yaitu Verricula malaccensis (musang bulan), Herpestes javanicus (garangan), Felis catus (kucing), dan Canis familiaris (anjing). Pemangsa dari kelompok reptilia antara lain Ptyas koros (ular tikus), Naja naja (ular kobra), dan Python reticulatus (ular sanca) (Priyambodo, 1995).
Penerapan berbagai teknik ini menjadi kunci untuk meminimalkan kerugian akibat serangan tikus dan menjaga produktivitas tanaman padi di sawah Indonesia.
Sumber:
- Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2019. Trap barrier system (TBS).
- Istiaji B, Priyambodo S, Sanmas AA, Rosidah A, Ardella A, Primadani DK, Rahmadhani DA, Sukmawati I, Pratiwii LD, Fauzana N, et al. 2020. Efektifitas kegiatan gropyokan tikus sawah (Rattus argentiventer) di Desa Bener, Kabupaten Klaten. Jurnal Pusat Inovasi Masyrakat. 2(2): 163-168.
- Kanwal M, Khan HA, Javed M. 2015. Managing the damage of house rat (Rattus rattus Cab.) against rice (Oryza sativa Linn.) with the trap barrier system in anlrrigated farmland of Faisalabad, Pakistan. Pakistan Journal Agriculture Science. 52(4): 1073-1078.
- Martina D., Sukismanto, Werdiningsih I. 2018. Perbedaan jenis umpan terhadap jumlah rodentia tertangkap di wilayah kerja puskesmas cangkringan. Jurnal Medika Respati. 13(2): 10-19.
- Primadani DK, Istiaji B, Priyambodo S, Sanmas AA, Fauzana N, Nurhawati T, Rosidah A, Ardella A, Rahmadani DA, Sukmawati I, et al. 2020. Potensi pemanfaatan burung hantu sebagai pengendalian tikus sawah di Desa Bener, Kecamatan Wonosari Kabupaten Klaten. Jurnal Pusat Informasi Masyarakat. 2(2): 280-285.
- Priyambodo S. 1995. Pengendalian Hama Tikus Terpadu. Jakarta: Penebar Swadaya.
Penulis: Efriansyah | Editor: Nurma Wibi Earthany