OPTIMALKAN PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG DENGAN KOMBINASI KITOSAN DAN SILIKA DALAM PEMBUATAN PUPUK NANO
OPTIMALKAN PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG DENGAN KOMBINASI KITOSAN DAN SILIKA DALAM PEMBUATAN PUPUK NANO
Jagung, sebagai salah satu komoditas di Indonesia, masih memiliki produktivitas yang tergolong rendah.
Berdasarkan data Departemen Pertanian Amerika Serikat (United States Department of Agriculture), produktivitas tanaman jagung di Indonesia saat ini hanya mencapai 4,1 ton per hektar. Indonesia kalah dibandingkan dengan Thailand (4,3 ton per hektar), Vietnam (4,4 ton per hektar), dan China (5,2 ton per hektar).
Rendahnya produktivitas ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti tanah yang terlalu padat atau terlalu kering, kurangnya nutrisi dalam tanah, atau serangan hama dan penyakit. Kemampuan tanah dalam menyerap nutrisi dan mengatasi serangan hama atau penyakit menjadi masalah serius karena memengaruhi ukuran tongkol jagung yang dihasilkan.
Bukti dari permasalahan tersebut terindikasi dengan ukuran tongkol jagung yang kecil dan kurang baik. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, kami berupaya untuk mengoptimalkan ukuran tongkol jagung yang dihasilkan dengan cara mengombinasikan silika dan kitosan dalam pembuatan pupuk.
Silika merupakan salah satu unsur hara yang termasuk sebagai material terbesar yang dibutuhkan oleh tanaman. Manfaat silika meliputi kemampuannya dalam menstimulasi fotosintesis, menyuburkan tanah, dan memfasilitasi translokasi Karbon dioksida.
Dharmika dan Mulyani (2018) melaporkan hasil penelitian mereka pada Jurnal Agronomi Indonesia bahwa silika memiliki peran penting dalam meningkatkan ketahanan tanaman jagung dan membuatnya lebih resisten terhadap serangan hama dan penyakit. Penggabungan silika dengan kitosan juga dapat membuat pupuk lebih terlindungi dari proses pendegradasian oleh air tanah.
Kitosan dikenal sebagai polimer yang sangat biodegradable. Beberapa manfaat yang terkandung dalam kitosan antara lain melibatkan perlambatan laju pelepasan nutrisi pupuk dengan menutupi sebagian besar pori-porinya, sehingga air masih dapat masuk untuk melarutkan melalui pori-pori yang tidak tertutup.
Perpaduan silika dan kitosan dapat mengoptimalkan proses penyerapan hara yang terdapat di tanah. Kombinasi silika dan kitosan dalam pembuatan pupuk nano dapat mengatasi kekurangan unsur hara dalam tanaman dan meningkatkan hasil produksi pertanian di Indonesia, sekaligus mendukung program ketahanan pangan nasional. Pemberian pupuk ini menyebabkan tongkol jagung berukuran lebih besar dengan kualitas yang lebih baik dibandingkan penggunaan pupuk sintesis.
Hartati (2014), seperti yang disampaikan dalam Caraka Tani: Journal of Sustainable Agriculture, menyatakan bahwa pemberian pupuk sintesis dapat berakibat pada penurunan kualitas tanah, baik secara sifat kimia, fisika, maupun biologi, yang dapat menurunkan produktivitas tanah dan tanaman.
Selain itu, alasan paling mendasar bahwa pupuk nano lebih unggul dibandingkan pupuk sintesis adalah karena prinsip mekanismenya yang melibatkan pembentukan suatu hambatan berupa interaksi molekuler sehingga zat hara dalam butiran pupuk tidak mudah lepas ke lingkungan.
Pemberian pupuk nano yang mengandung silika dan kitosan diharapkan mampu meningkatkan produktivitas tanaman jagung, baik dari segi ukuran maupun kualitasnya. Keuntungan lain yang dapat dihasilkan oleh pupuk ini adalah tingkat keamanan yang lebih baik terhadap lingkungan dibandingkan dengan penggunaan pupuk sintesis, yang pada akhirnya dapat menyebabkan pencemaran tanah.
Tim Penulis: Adif Fachri ; Anargya Rifqy Prasetyo ; Franssisca Gunawan ; Ikrima Ahdavia | Editor: Nurma Wibi Earthany