MENGAPA BUAH DURIAN BERAROMA MENYENGAT?
Durian (Durio spp.) adalah buah tropis asli Asia Tenggara. Buah yang memiliki julukan “King of fruit” atau raja dari segala buah ini banyak tumbuh di negara-negara Asia Tenggara, terutama di Thailand, Indonesia, Filipina, Brunei, dan Malaysia. Durian sering berwarna kuning kehijauan dengan kulit luar yang berduri.
Durian merupakan buah yang kontroversial karena disamping memiliki rasa yang manis, buah ini memiliki aroma yang sangat kuat. Meskipun sebagian besar masyarakat di Asia Tenggara menyukai buah ini, namun di negara lain buah ini banyak dihindari karena aromanya yang menyengat. Masyarakat di luar Asia Tenggara mendeskripsikan bau durian seperti bau kaus kaki olahraga, bawang busuk, atau seperti bau sampah. Oleh karena itu, buah ini dilarang dibawa di banyak tempat, terutama hotel dan transportasi publik.
Lalu, Mengapa Aroma Durian Sangat Menyengat?
Sekelompok peneliti di Technical University of Munich di Jerman merilis hasil penelitian mereka. Menurut hasil penelitian tersebut, asam amino langka yang disebut etionin merupakan penyebab menyengatnya aroma durian. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa bau tersebut berasal dari senyawa kimia yang disebut ethanethiol, yang tidak diketahui dengan jelas bagaimana senyawa itu diproduksi. Sementara studi terbaru yang diterbitkan dalam Journal of Agriculture and Food Chemistry menemukan bahwa kandungan etioninnya meningkat saat durian matang yang menyebabkan buah durian melepaskan baunya.
Dampak Mengonsumsi Etionin dalam Durian
Menurut peneliti, banyaknya kadungan etionin dalam buah durian penting untuk diketahui. Selain untuk memahami mengapa durian berbau, juga karena konsumsi etionin yang berlebihan memiliki dampak terhadap kesehatan. Berdasarkan sebuah penelitian, memakan durian dalam jumlah besar dan berlebihan memperbesar risiko kerusakan hati. Selain itu, konsumsi durian yang berlebihan dapat menyebabakan masalah pencernaan, seperti obesitas, hipertensi, penyakit jantung, dan diabetes.
Penulis: Niky Elfa Amanatillah | Editor: Exciyona Adistika