LEUIT: SIMBOL KETAHANAN PANGAN KASEPUHAN CIPTAGELAR
Desa adat Ciptagelar, sebuah perkampungan adat yang terletak di wilayah Sukabumi, Jawa Barat, mempertahankan tradisi dan kepercayaan yang masih kental dalam kehidupan masyarakatnya. Masyarakat adat Kasepuhan Ciptagelar hidup selaras dengan alam melalui berbagai tradisi dan mitos yang diwariskan turun-temurun. Salah satu wujud nyata dari kearifan lokal mereka adalah dalam sistem budidaya pertanian yang tidak hanya berorientasi pada hasil, tetapi juga pada kelestarian budaya dan ketahanan pangan.
Budaya masyarakat Kasepuhan Ciptagelar banyak dipengaruhi oleh ajaran tatali paranti karuhun yang menjadi landasan budaya mereka. Tatali paranti karuhun tidak hanya mencakup aspek religi, tetapi juga pandangan hidup, mata pencaharian, dan aktivitas sosial budaya. Masyarakat meyakini bahwa menjalankan tata cara yang diwariskan oleh leluhur adalah bentuk penghormatan dan rasa syukur kepada alam yang memberikan hasil bumi bagi mereka. Melalui tata cara ini, masyarakat Ciptagelar menjaga keseimbangan antara manusia dan alam.
Sistem Pertanian Tradisional yang Berkelanjutan
Pertanian menjadi mata pencaharian utama bagi masyarakat Kasepuhan Ciptagelar. Kebanyakan dari mereka bekerja di sawah, kebun, dan ladang. Sistem pertanian mereka berbeda dari sistem pertanian modern, terutama dalam sifatnya yang alami dan aturan-aturan adat yang ketat. Penanaman padi dilakukan hanya satu kali dalam setahun dengan bibit lokal dan alat tradisional, tanpa menggunakan pestisida. Setiap tahapan bertani, mulai dari menanam hingga panen, disertai dengan upacara adat sebagai wujud rasa syukur dan penghormatan kepada alam.
Aturan adat ini diterapkan bukan hanya untuk melestarikan varietas padi lokal, tetapi juga untuk mendukung ketahanan pangan warga Kasepuhan. Varietas padi lokal yang ditanam terbukti lebih tahan lama ketika disimpan dalam lumbung tradisional yang disebut leuit, dibandingkan dengan varietas unggulan lainnya.
Leuit: Simbol Ketahanan Pangan dan Tradisi
Keberadaan leuit atau lumbung padi menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Kasepuhan sebagai petani. Leuit dirancang untuk tahan terhadap cuaca dan gangguan hama, serta dilengkapi sistem sirkulasi udara yang baik untuk menjaga kualitas gabah. Masyarakat Ciptagelar percaya bahwa selama mereka menjaga padi di dalam leuit, ketahanan pangan mereka akan terjamin hingga musim panen berikutnya.
Leuit tidak hanya menjadi tempat penyimpanan padi, tetapi juga simbol ketahanan pangan yang diwariskan turun-temurun. Sistem ini memungkinkan masyarakat Kasepuhan Ciptagelar untuk tetap memiliki cadangan pangan yang cukup, meskipun musim panen tidak selalu melimpah.
Kearifan lokal dalam budidaya pertanian di Kasepuhan Ciptagelar menunjukkan harmoni antara manusia dan alam. Melalui pelaksanaan ajaran tatali paranti karuhun dan penggunaan leuit sebagai lumbung padi tradisional, masyarakat adat Ciptagelar berhasil menjaga ketahanan pangan dan melestarikan budaya leluhur. Filosofi hidup mereka yang mengajarkan penghormatan terhadap alam tanpa menjadikannya berhala merupakan contoh kebijaksanaan yang patut diambil sebagai pelajaran.
Penulis: Fathiyya Azzahra | Editor: Rahel Azzahra