Artikel

CERITA HARI INI BERSAMA PETANI JAGUNG LAMONGAN

corn-gbd45ca5b9_1920
Berita

CERITA HARI INI BERSAMA PETANI JAGUNG LAMONGAN

Sepertinya, belum ada yang mengalahkan indahnya semangat fajar ketika panen. Bagaimana tidak, penantian dengan penuh harap- harap cemas kurang lebih 4 bulan akhirnya membuahkan hasil. Tak seberapa memang, tapi kenyataannya mereka melanjutkan hidup dengan senyum yang penuh syukur. Berikut adalah ulasan mengenai usaha tani jagung salah satu narasumber yang berasal dari Lamongan Jawa Timur mulai dari pengolahan lahan hingga ke tengkulak.

Beliau berladang di lahan Perhutani dengan kapasitas tanam 7 Kg benih jagung. Penanaman jagung diawali dengan membasmi gulma. Berbagai merek herbisida dipasaran tentunya sangat menggiurkan karena harga yang sangat terjangkau jika dibandingkan dengan perlakuan terdahulu yang menggunakan traktor untuk membalik tanah sekaligus menghilangkan gulma. Perbandingan harganya pun sangat jauh, bisa mencapai 3 kali lipat. Pengunaan herbisida hanya menghabiskan sekitar Rp 150.000 saja. Efek negatif dari penggunaan herbisida dan kurangnya pengolahan tanah mungkin untuk saat ini dampaknya belum dirasakan oleh warga sekitar. Hal tersebut karena minimnya atau bahkan tidak ada pencerdasan baik dari penyuluh pertanian atau sumber lain. Setelah rumput mati, tahap selanjutnya ialah membuat lubang tanam atau kowak (bahasa jawa). Kowak biasanya dilakukan oleh warga atau sanak saudara sekitar rumah dengan biaya Rp 500.000. Penaburan kotoran ayam sebagai pupuk awal dilakukan 2 minggu sebelum tanam sebanyak 50 karung. Setiap karung dibandrol dengan harga Rp 7.000.

Bibit jagung per kilogram bervariasi menurut merek dan varietasnya, pemilik menggunakan bibit dengan harga Rp 80.000/Kg. Penggunaan varietas tergantung pengalaman dari musim tanam sebelumnya, tentunya petani lebih menyukai varietas dengan tongkol besar dan biji berat serta tahan hama dan penyakit tanaman. Tenaga penanam dilakukan oleh 6 orang perempuan dengan upah kerja Rp 35.000 per setengah hari kerja. Berbeda dengan upah pekerja laki-laki sebesar Rp 50.000, hal tersebut dikarenakan beban kerja yang lebih berat. Saat penanaman jagung, buruh laki-laki bertugas membuat lubang tanam (tugal: bahasa indonesia) atau dalam bahasa jawa disebut ngejek. Untuk bibit 7 Kg hanya membutuhkan 2 orang pekerja laki-laki saja.

Pemupukan dilakukan sebanyak 3 kali. Pemupukan pertama hingga ketiga berturut-turut 2, 3, dan 3 paket. 1 paket pupuk subsidi terdiri dari 2 karung NPK dan 2 karung Phoska, masing-masing dengan berat 50 Kg/karung. Harga 1 paket pupuk bersubsidi sebesar Rp 225.000. Pemupukan pertama dan kedua dilakukan secara mandiri karena tanaman jagung belum tinggi sehingga masih mudah untuk dilakuakan. Pemupukan ketiga dibantu oleh 2 orang buruh perempuan.

Foto: pixabay.com

Diantara tahapan diatas, panen mungkin sangat menyenangkan namun tahap ini pula yang menguras tenaga cukup besar. Panen dilakukan oleh 15 buruh perempuan yang bertugas mengupas tongkol jagung dan 2 orang buruh laki-laki yang bertugas mengumpulkan jagung sekaligus menjadi tukang panggul. Setengah hari kerja setiap buruh perempuan diberi upah Rp 35.000 dan 1 ember jagung. Sementara itu buruh laki-laki diganjar sebesar Rp 70.000.  

Proses selanjutnya adalah pemipilan, dilakukan dengan menggunakan mesin yang disebut grantek (bahasa jawa) dengan ongkos Rp 50.000/ ton jagung. Tenaga dari proses ini dilakukan secara gotong royong atau bergantian dengan tetangga dan sanak saudara. Pemilik cukup menyediakan makanan ataupun minuman  saja. Dari keseluruhan proses dari persiapan lahan hingga pemipilan narasumber menyebutkan biaya konsumsi sekitar Rp 700.000. Jika dikalkulasi secara keseluruhan usaha tani jagung menghabiskan biaya sebesar Rp 5.275.000.

Hingga saat tulisan ini dibuat harga jagung kering panen tingkat tengkulak di daerah lamongan selatan Rp 2.500/Kg. Sehingga dari 4.080 Kg jagung kering panen, pemilik mengantongi Rp 10.200.000. Keuntungan bersih usaha tani jagung selama kurang lebih 4 bulan sebesar Rp 4.925.000. Sudah bersyukurkah kita hari ini? Kebahagiaan bukan hanya soal nominal. Cinta kasih untuk petani Indonesia.

Penulis: Lisa Bela Fitriani

Tanya Pakar

powered by Advanced iFrame. Get the Pro version on CodeCanyon.

X