BAYI TABUNG UNTUK SELAMATKAN SATWA LANGKA
BAYI TABUNG UNTUK SELAMATKAN SATWA LANGKA
Teknologi reproduksi berbantu atau Assisted Reproductive Technology (ART) kini tidak hanya menjadi solusi bagi pasangan suami-istri yang mengalami kesulitan memperoleh keturunan. Teknologi ini juga mulai diterapkan untuk menyelamatkan satwa langka dan dilindungi dari ancaman kepunahan.
Salah satu tokoh penting dalam pengembangan inovasi yang sering disebut ‘bayi tabung’ untuk menyelamatkan satwa dari kepunahan ini adalah Prof. Arief Boediono dari Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis (SKHB) IPB University.
Prof. Arief Boediono dan timnya berhasil mengembangkan program pembuatan embrio badak Sumatera secara in vitro menggunakan metode intracytoplasmic sperm injection (ICSI). Teknologi ini memungkinkan koleksi sel telur dan sperma dari badak Sumatera di lapangan untuk difertilisasi di laboratorium. Embrio yang dihasilkan dapat langsung ditransfer ke hewan resipien atau disimpan dalam fasilitas BioBank menggunakan nitrogen cair hingga waktu yang tepat.
Teknologi Reproduksi untuk Hewan Langka
Proses pembuahan secara in vitro yang diterapkan pada badak Sumatera dengan teknik penyuntikan sperma tunggal langsung ke sitoplasma sel telur. Prosesnya berlangsung dengan bantuan alat micromanipulator. Proses ini meniru mekanisme pembuahan alami dan menghasilkan embrio yang berpotensi menjadi individu baru.
Selain badak Sumatera, teknologi ini juga diterapkan untuk hewan langka lainnya seperti harimau dan anoa. Embrio yang dihasilkan dapat dibekukan pada suhu -196°C dan disimpan hingga terdapat resipien yang siap. Teknologi ini juga memungkinkan koleksi sel telur dari hewan yang masih hidup melalui teknik ovum pick up (OPU), sehingga proses koleksi dapat dilakukan berulang tanpa harus menunggu hewan mati.
Potensi BioBank untuk Konservasi
Fasilitas BioBank berfungsi untuk menyimpan sperma, sel telur, dan embrio, serta sel somatis yang dapat digunakan dalam program kloning. Teknologi ini membuka peluang besar untuk konservasi genetika satwa langka dan dilindungi. Dengan adanya penyimpanan jangka panjang, program penyelamatan satwa tidak hanya bergantung pada populasi alami, tetapi juga pada cadangan genetika yang aman di laboratorium.
Teknologi ART yang digunakan pada satwa langka juga diterapkan untuk meningkatkan efisiensi reproduksi hewan produksi. Misalnya, embrio dapat diproduksi dari sel telur yang dikoleksi dari sapi yang telah mati di rumah potong hewan. Embrio ini kemudian ditransfer ke hewan resipien untuk menghasilkan keturunan.
Teknologi ini tidak hanya memberikan harapan baru bagi populasi satwa langka, tetapi juga memperkuat peran Indonesia dalam konservasi global. Melalui inovasi dan kolaborasi, penyelamatan biodiversitas menjadi lebih terarah dan terintegrasi.
Dengan penerapan teknologi ‘bayi tabung’, peluang untuk menyelamatkan spesies langka dari kepunahan kini semakin besar. Teknologi ini menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan dapat menjadi alat yang ampuh untuk melindungi kekayaan alam.
Penulis: Rahel Azzahra | Editor: Rahel Azzahra