Artikel

SISTEM TANAM SUPERBODI: INOVASI CERDAS BUDIDAYA KEDELAI DI LAHAN SAWAH

IPB DIGITANI - TANI DAN NELAYAN CENTER IPB UNIVERSITY - SISTEM TANAM SUPERBODI: INOVASI CERDAS BUDIDAYA KEDELAI DI LAHAN SAWAH
Artikel / Pertanian

SISTEM TANAM SUPERBODI: INOVASI CERDAS BUDIDAYA KEDELAI DI LAHAN SAWAH

Dalam upaya meningkatkan produktivitas lahan pertanian dan menyeimbangkan produksi antara padi dan kedelai, sejumlah akademisi dari Universitas Jenderal Soedirman mengembangkan sebuah inovasi teknik budidaya yang disebut superbodi. Sistem ini merupakan akronim dari “masukkan benih di pertengahan bonggol padi”, dan telah dikembangkan sejak tahun 2010 oleh Prof. Ir. Totok Agung Dwi Haryanto, M.P., Ph.D., Dyah Susanti, S.P., M.P., dan Dr. Agus Riyanto, S.P., M.Si.

Pemanfaatan Bonggol Padi Pascapanen

Superbodi menawarkan solusi pemanfaatan lahan sawah pascapanen padi, khususnya pada musim kemarau. Dalam praktiknya, bonggol padi bekas panen dipangkas hingga tersisa 2 cm dari permukaan tanah. Bagian tengah bonggol kemudian dilubangi menggunakan tugal sedalam 3 cm, lalu ditanami 1—2 benih kedelai.

Sistem ini sangat ideal untuk diterapkan di sawah tadah hujan karena mampu mempertahankan kelembapan tanah melalui akar padi yang masih tertinggal. Akar-akar tersebut tidak hanya menyimpan air, tetapi juga unsur hara penting yang mendukung pertumbuhan kedelai hingga masa panen.

Efisiensi dan Keunggulan Superbodi

Salah satu keunggulan utama sistem superbodi adalah kesederhanaannya. Tanpa perlu pengolahan lahan ulang, petani bisa segera menanam kedelai sesaat setelah panen padi, bahkan idealnya maksimal satu hari setelah panen untuk menjaga kelembapan bonggol.

Selain menghemat biaya produksi dan waktu tanam, sistem ini juga memberikan manfaat agronomis lainnya:

  • Memutus siklus hama dan penyakit padi
  • Meningkatkan kesuburan tanah melalui bintil akar kedelai yang melakukan fiksasi nitrogen dengan bantuan bakteri rhizobium
  • Meningkatkan indeks pertanaman, menjadikan lahan sawah lebih produktif
  • Mengurangi risiko gagal panen, karena kedelai bisa menjadi alternatif apabila padi tidak berhasil dipanen

Secara produktivitas, kedelai yang ditanam dengan metode superbodi menunjukkan peningkatan hasil yang signifikan. Jika sebelumnya hanya mencapai 0,9—1,25 ton per hektare, dengan teknik ini hasil panen dapat meningkat menjadi 1,6—1,9 ton per hektare.

Potensi dan Risiko

Teknik ini sangat cocok diterapkan pada musim kemarau pertama (MK 1), dengan waktu panen kedelai yang bisa dilakukan pada Juni hingga Juli.

Namun, sistem superbodi juga memiliki tantangan tersendiri. Salah satunya adalah kompetisi ruang tumbuh dan nutrisi antara kedelai dan sisa tanaman padi. Hal ini terutama bila jarak tanam padi sebelumnya terlalu rapat. Selain itu, tidak semua unsur hara dari pupuk terserap tanaman padi; sekitar 60% dapat hilang akibat pengendapan, penguapan, atau pencucian.

Sistem tanam superbodi adalah contoh nyata inovasi lokal yang mampu menjawab tantangan pertanian di tengah keterbatasan sumber daya. Dengan pendekatan yang sederhana namun efektif, teknik ini berpotensi besar untuk memperkuat ketahanan pangan nasional, terutama dalam penyediaan kedelai domestik yang selama ini masih bergantung pada impor.

Penulis: Rahel Azzahra | Editor: Rahel Azzahra

Tanya Pakar

powered by Advanced iFrame. Get the Pro version on CodeCanyon.